#2 - Ruang Ekskul Teater (Spilut)

8.1K 290 38
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Loh, Ran, kamu ikut ekskul teater juga, toh?"


Aku yang sedari tadi sibuk bermain dengan gadget-ku tiba-tiba dikagetkan oleh kedatangan Eka, teman sekelasku. Aku hanya mengangguk lalu kembali lagi menatap layar handphone yang sedang kugenggam ini.


"Hei, cuek amat sih, sejak kapan kamu gabungnya? Kok aku nggak tahu? Harusnya dulu kamu bilang ke aku, biar kita daftarnya barengan. Kan nanti aku jadi ada temen kalau mau kegiatan ekstrakurikuler," aku merasa Eka lama-lama jadi cerewet plus ceriwis. Susah kalau pertanyaan anak ini nggak segera kujawab. Mengganggu saja, pikirku.


"Iyaa, Ka, maaf aku ngga bilang ke kamu dulu, habisnya kita belum akrab sewaktu MOPDB kemarin. Hmm, salah siapa coba..." Aku menjawab sambil nyinyir sedikit.


"Nggak ada yang salah sih menurutku, hehe."


Hih, aku yang berada di dalam ruang teater saat itu ingin sekali berpindah tempat duduk. Habisnya dia menganggu aktifitasku. Yah, memang dari tadi aku tidak menghiraukan sama sekali materi yang diberikan kakak senior kepada kami semua. Hari ini rasanya aku malas sekali untuk melakukan apapun. Kalau saja aku bukan anak baru disini, mungkin dari tadi aku sudah membolos ekskul hari ini.


"Udah udah, mending kamu dengerin materi, deh, trus catet di bukumu. Kali aja kan ada yang penting, Ka."


"Hmm, iyadeh, hehe" Jawab Eka sambil mengeluarkan alat tulis dan buku dari dalam tas kecilnya.


Sedikit dari apa yang kudengar, kakak senior sekarang sedang mengajarkan materi tentang seni pertunjukan panggung. Sudah hampir satu jam mereka menjelaskannya pada kami, tapi aku sama sekali tidak bisa menangkap apa inti dari materi sore itu. Untung saja ada handphone kesayanganku yang selalu menemaniku dikala bosan, batinku dalam hati.


Dan setelah jam menunjukkan pukul lima sore, kakak senior memberikan instruksi bahwa kegiatan hari ini sudah selesai. Rasanya sungguh melegakan. Kami semuapun langsung bangkit dari duduk dan segera berjalan ke luar ruang teater.


Sore itu, sinarr matahari terlihat berwarna oranye. Mungkin karena sudah hampir maghrib, pikirku. Suara derap langkah kaki anak-anak yang lain terdengar bersaut-sautan saat aku dan Eka berjalan di belakang mereka semua.


"Eh, Rin, aku tadi diceritain sama anak-anak yang lain. Katanya ruang teater kita itu banyak penunggunya..." Eka memulai pembicaraan kepadaku.

Bastyasaka's Thirteen Terrors [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang