chap4

160 16 2
                                    

CAN’T WE?
By : Desy aka Dedes
Supported by : @chanbaekmeme
Rated T (bisa berubah sewaktu-waktu)
Genre : Romance, Comedy, Sad
Yaoi! Boy x Boy!
ChanBaek!
Support CHANBAEK as GAY!
Mohon maaf jika ada kesamaan nama dan alur cerita. Author hanyalah manusia biasa yang tak luput dari yang namanya ‘kesalahan’.
Typo everywhere!
Jika suka silahkan dibaca dan tinggalkan jejak berupa follow, favorite, and review. Kalo tidak suka silahkan pergi saja dan jangan meninggalkan jejak apapun (
Sangat menerima semua kritik dan saran ( tentunya dalam bahasa yang baik dan sopan (
HAPPY READING (
Chapter 4
.
.
Preview Chap~
“Aish! Berhenti tertawa kerdil!” Chanyeol berteriak kesal.
Tetapi Baekhyun tidak menghiraukan teriakan Chanyeol dan masih tetap tertawa.
Chanyeol yang kesal langsung berjalan menuju Baekhyun lalu menggelitikinya.
“Rasakan! Tertawalah terus! Rasakan!”
“Huaaahahahhahahaha,, huaaa berhenti! Aaaakhhaahahahahhaha Chanyeol brengsek berhenti” Baekhyun berteriak sambil tertawa menahan geli.
Mereka tertawa lepas, melupakan fakta bahwa mereka adalah musuh bebuyutan..
Chanyeol berhenti menggelitiki Baekhyun dan Baekhyun mulai mengatur nafasnya.
Mereka saling menatap satu sama lain...
Dengan perlahan Chanyeol mendekatkan wajahnya,
Namun tiba-tiba..
“Apa yang sedang kalian lakukan?”
“Ayah!”
“Ibu!”
.
.
“Kalian? Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Tuan Park dengan ekspresi terkejut.
Baekhyun langsung mendorong tubuh Chanyeol.
“Paman, Ibu.. aku bisa jelaskan ini. Tadi Chanyeol hanya sedikit terpeleset lalu ia jatuh. Ya.. seperti itu” jawab Baekhyun gugup.
“Baekhyun ayo keluar ada yang perlu ibu bicarakan padamu” Ibu Baekhyun kemudian meninggalkan kamar itu dan menuju ruang tamu.
“Baik bu” Baekhyun langsung bergegas mengejar ibunya yang sudah terlebih dulu berjalan menuju teras.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Tuan Park dingin.
“Kau sendiri mau apa kau di sini?” tantang Chanyeol.
“Kau belum menjawab pertanyaanku tapi kau malah balik bertanya. Dasar tidak tahu sopan santun!” ucap Tuan Park dingin.
“Tcih! Sejak kapan kau perduli aku punya sopan santun atau tidak. Berhenti mengurusiku!” ucap Chanyeol dingin lalu hendak pergi meninggalkan Tuan Park.
Tetapi Tuan Park menahan tangan Chanyeol dan membuat Chanyeol mau tidak mau membalik badannya. Ditatapnya Tuan Park dengan tatapan yang menusuk.
“Ayo kita hentikan semua ini, aku lelah harus terus membencimu seperti ini” ucap Tuan Park pelan.
“Tidak” Chanyeol menjawab singkat kemudian menghempaskan tangan Tuan Park sehingga membuat genggaman dari Tuan Park terlepas dan pergi begitu saja.
“Huh, sepertinya akan sulit” Tuan Park kemudian berjalan lesu menuju ruang tamu yang disana sudah ada Chanyeol duduk dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.
Tuan Park memilih duduk di sofa yang berada di seberang Chanyeol.
...
“Apa yang kalian lakukan? Kenapa Chanyeol ada di sini? Apa dia menginap?” tanya Ibu Baekhyun, Byun Sooyeon.
“Aku tidak begitu ingat bu. Yang ku ingat hanya aku yang terjatuh pingsan. Kemudian ketika aku bangun sudah ada Chanyeol yang ternyata merawatku” Baekhyun menjelaskan semua, kecuali kejadian dimana ia mencium Chanyeol.
“Kau pingsan? Ya tuhan, maafkan ibu karena ibu tidak pulang semalam. Ibu tidak tahu kalau kau sakit sayang. Apa kau masih demam?” Sooyeon mengelus pipi Baekhyun dengan ekspresi bersalah.
“Tidak apa bu. Sesekali ibu juga harus berkencan. Aku sudah besar bu, aku bisa mengurus diriku sendiri” ucap Baekhyun kemudian memeluk hangat tubuh Sooyeon.
“Apa sekarang kau sudah baikan?” Sooyeon bertanya.
“Tentu saja!” Baekhyun menjawab sembari melepas pelukannya pada Sooyeon kemudian tersenyum memperlihatkan mata bulan sabitnya.
“Baiklah kalau begitu ayo kita masuk. Mereka mungkin sudah menunggu sejak tadi” Sooyeon menggenggam tangan Baekhyun kemudian memasuki rumah mereka.
.
“Maaf membuat kalian menunggu lama” Sooyeon berkata sambil tersenyum diikuti Baekhyun yang berjalan di sampingnya dengan ekspresi wajah yang kaku.
Chanyeol menatap Baekhyun intens, bola matanya mengikuti semua gerak dari Baekhyun. Baekhyun sendiri yang sedari tadi merasa ditatap memberanikan diri untuk menatap balik Chanyeol. Tetapi yang didapatkannya hanya tatapan intens Chanyeol dan jantungnya yang berdetak tak karuan.
’Sialan!’ batin Baekhyun kemudian dengan cepat
“Jadi..” Chanyeol berkata sambil menatap Tuan Park dan Sooyeon satu persatu.
“Apa aku sudah boleh pergi sekarang?”
“Tapi, apa kau tidak mau bertanya kenapa aku dan ayahmu pulang bersama?” tanya Sooyeon berhati-hati.
“Aku tidak ingin tahu urusan kalian. Kalau begitu aku pergi” ucap Chanyeol final kemudian berdiri dan sedikit membungkuk pada Sooyeon dan akhirnya pergi meninggalkan mereka.
Chanyeol pun pergi...
“Ekhm.. bagaimana kalau kita sarapan bersama saja? Bukankah ini waktu yang tepat untuk kita saling mendekatkan diri?” ajak Tuan Park sambil tersenyum lebar.
“Hahaha tentu saja.. Ayo!” Sooyeon berseru senang.
Sedangkan Baekhyun hanya tersenyum kikuk tetapi kemudian ia ikut berdiri dan berjalan menuju meja makan untuk menunggu menu yang akan dibuat oleh ibunya.
Baekhyun terus memikirkan Chanyeol. Entah apa yang merasukinya sampai ia memikirkan musuh bebuyutannya itu.
Entahlah mungkin ia hanya merasa bersalah karena belum mengucapkan terima kasih pada Chanyeol atau mungkin karena kejadian tadi yang mereka hampir saja berciuman. Berbagai kemungkinan-kemungkinan konyol terus muncul di pikiran Baekhyun.
‘Mungkin aku hanya perlu beristirahat. Pasti ini efek dari demamku semalam’ batin Baekhyun.
...
..
“Selamat pagi Byun~” Luhan menyapa begitu memasuki kelas yang masih sepi.
“Pagi~” Baekhyun menjawab lesu kemudian menenggelamkan kepalanya di atas kedua lengan yang ia letakkan di atas meja.
“Apa kau sedang sakit?” Luhan mulai khawatir.
“Ya, kurasa aku sakit” jawab Baekhyun masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.
“Sungguh? Kepalamu pusing? Atau kau mual-mual? Atau ada gejala lainnya yang kau rasakan?” tanya Luhan berpura-pura panik sambil menggoyangkan pundak kecil Baekhyun.
“Lu, aku bukan ibu-ibu hamil” Baekhyun mengangkat kepalanya kemudian menatap sahabatnya itu dengan ekspresi -_- .
“Haha maaf maaf. Jadi kau sakit apa?” Luhan mulai mencoba serius.
“Hmm kurasa aku sakit jiwa” Baekhyun menjawab dengan tatapan kosong ke depan.
“Tcih.. kenapa kau baru menyadarinya sekarang? Aku bahkan sudah menganggapmu sakit jiwa sejak pertama kita bertemu” Luhan menjawab enteng.
“Sudahlah aku mau tidur dulu. Kalau ada guru datang bangunkan aku” kemudian Baekhyun kembali menggelamkan kepalanya di atas kedua lengan yang ia letakkan di atas meja.
“Ya ya terserah saja” ucap Luhan cuek lalu membuka tas nya untuk menyiapkan beberapa buku yang sesaat lagi akan mereka pakai saat pelajaran.
.
Satu persatu siswa dan siswi mulai berdatangan, kelas pun mulai ramai. Tetapi sepertinya hari ini suasana kelas menjadi berbeda karena sosok pembuat keributan di kelas belum juga datang.
“Hei Jongin mana Chanyeol?” tanya Jongdae saat menyadari jika sahabatnya itu belum terlihat sejak ia datang tadi.
“Entahlah” jawab Jongin sambil menggidikkan pundaknya.
“Kurasa ia tidak akan sekolah ini” Jongdae mulai menyiapkan bukunya.
--
Baekhyun mulai menyadari kalau Chanyeol tidak hadir. Mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Ia juga merasa kalau hari ini sangatlah membosankan.
Baekhyun menenggelamkan kepalanya di atas kedua tangan yang ia lipat di atas meja. Memejamkan matanya, ia hanya terlalu banyak berpikir beberapa hari terakhir ini. Entah apa yang ia pikirkan, hanya saja otaknya terasa penuh.
“Hei, apa kau sakit” Luhan menepuk pundak Baekhyun pelan.
Baekhyun mengangkat kepalanya lalu menggelengkan kepalanya pelan.
“Sepertinya guru Kim tidak masuk hari ini. Ayo kita pergi ke kantin saja, aku dan yang lain sudah lapar” Luhan menarik lengan Baekhyun.
“Tidak, kalian saja. Akun sedang tidak lapar” Baekhyun menarik lengannya pelan lalu tersenyum lemah.
“Huh baiklah, hubungi aku jika kau lapar” Luhan kemudian pergi meninggalkan Baekhyun yang kembali ke posisi sebelumnya.
Baekhyun berusaha untuk tidur, tetapi ia tidak bisa menghilangkan Chanyeol dari pikirannya. Ia terus saja bertanya-tanya kenapa Chanyeol tidak masuk hari ini.
‘Apa karena aku tidak mengucapkan terima kasih?’
‘Atau karena ayahnya pulang bersama ibu?”
‘Atau karena ia tahu kalau ayahnya dan ibu sudah bertunangan?’
Baekhyun kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan kelas dengan lesu. Kakinya melangkah entah kemana. Berjalan menyusuri lorong sekolah dengan tatapan kosong. Tanpa ia sadari ia sudah sampai di atap sekolah.
Baekhyun mengambil duduk dikursi panjang yang ada di sana.
“Brengsek! Pergi tanpa mengatakan apapun, dia bahkan tidak mencoba untuk menghubungi ku!” Baekhyun berbicara sendiri sambil menendang-nendangkan kakinya ke udara.
“Awas saja kalau besok kau masuk! Aku akan langsung membunuhmu!” baekhyun merengut.
Di baringkannya tubuhnya di kursi panjang itu, kemudian dipejamkannya matanya. Mencoba untuk menenangkan pikirannya yang entah mengapa menjadi kacau.
Tetapi baru saja Baekhyun memejamkan matanya ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk.
'Ibu'
Dengan cepat Baekhyun mengangkat panggilan itu.
“Halo ibu?”  jawab Baekhyun lemas
“Oh Baekhyun hari ini ibu harus keluar kota. Jadi ibu tidak akan pulang malam ini, jangan lupa kunci pintu dan semua jendela. Kalau kau lapar pesan saja makanan siap saji. Tidak apa kan ibu tinggal malam ini?”
“Ah tentu saja bu aku akan baik-baik saja. Aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Hmm bu sepertinya aku harus tutup dulu telfonnya sepertinya guruku sudah datang. Hubungi aku jika ibu sudah sampai. Hmm aku juga menyayangi ibu” Baekhyun mengakhiri panggilan.
Ditatapnya layar ponsel yang berada di tangannya sambil tersenyum kecil.
“Semoga kencan ibu menyenangkan” kemudian Baekhyun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
“Ah kurasa ini tempat yang sangat strategis jika aku sedang stress” Baekhyun membaringkan kembali tubuhnya di kursi.
“Ah ternyata musuhku sedangkan stress. Kenapa?” seseorang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu sambil menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu.
“A-apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau tau tempat ini?” Baekhyun terduduk dengan mata yang membelalak.
“Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di tempatku?” tanya seseorang itu.
“Berhenti menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan Park Chanyeol” Baekhyun menatapnya malas.
“Ini sekolahku, jadi tempat ini juga milikku. Apa yang kau lakukan disini? Merindukanku?” Chanyeol menyeringai.
"Kau tetaplah si brengsek Park Chanyeol. Kemarin kau bersikap seperti manusia normal. Dan sekarang kau kembali pada dirimu yang sebenarnya" Baekhyun bangkit lalu berjalan hendak meninggalkan Chanyeol.
"Hei kenapa kau terburu-buru sekali? Kau tidak ingin menemani 'oppa' lebih lama?" Chanyeol menahan lengan Baekhyun kemudian mengedipkan sebelah matanya.
“Brengsek kau!" Baekhyun menarik lengannya paksa kemudian pergi meninggalkan Chanyeol yang masih berdiri menatap kepergian Baekhyun dengan senyum kemenangan.
"Merindukanku rupanya" Chanyeol tertawa kecil kemudian berlari menyusul Baekhyun.
._____________.
“Oh kupikir kau tidak masuk hari ini” Jongin terkejut ketika melihat Chanyeol memasuki kelas.
“Tadinya aku berniat untuk membolos hari ini. Tetapi sepertinya seseorang sedang merindukanku. Jadi aku memutuskan untuk masuk” Chanyeol sengaja mengeraskan suaranya agar orang yang ‘merindukan’ nya itu mendengar.
“Ah, rupanya ada yang merindukanmu. Siapa orang malang itu?” Jongdae menggoda.
“Shh ini rahasia jadi hanya kalian berdua yang akan kuberi tahu” sekali lagi Chanyeol mengeraskan suaranya.
Jongdae dan Jongin mendekatkan telinganya ke arah mulut Chanyeol.
Chanyeol kemudian membisikkan sesuatu pada Jongin dan Jongdae.
“Hahahahahahaha sudah kutebak dia orang malang itu” Jongdae berpura-pura tertawa terpingkal-pingkal.
“Bagaimana kau tahu kalau dia merindukanmu?” Jongin bertanya.
“Tentu saja dia yang mengatakannya padaku. Dia bahkan menyatakan cintanya padaku tadi di atap sekolah” Chanyeol tersenyum penuh kemenangan.
“WOW” Jongdae dan Jongin saling menatap.
Chanyeol menyeringai.
“Dia sangat agresif. Dia bahkan mencoba untuk menciumku, ah aku hampir saja kehilangan akal sehatku” Chanyeol benar-benar pintar berakting.
“Wah, kau beruntung sekali Park Chanyeol” Jongdae menepuk pundak Chanyeol.
“Tapi, dia juga sedikit an-“ ucapan Chanyeol terhenti.
“Brak!!!!” suara dari depan kursi Jongdae dan Jongin terdengar.
“Berhenti membuat cerita tidak masuk akal brengsek! Aku tidak merindukanmu dan aku tidak pernah menyatakan cinta padamu!” Baekhyun menatap Chanyeol penuh amarah.
“Hei tenanglah Byun, aku bahkan tidak mengatakan orang itu adalah kau. Kenapa kau jadi sensitif sekali pfft” Chanyeol tertawa kemudian berhigh five dengan Jongdae dan Jongin.
Baekhyun yang merasa kesal langsung berjalan menuju meja Chanyeol.
Kemudian ...
“Bugh!” pukulan keras tepat mengenai wajah Chanyeol.
“Akh! Apa kau sudah gila? Akh!” Chanyeol memegangi wajahnya.
“Chanyeol sudut bibirmu berdarah” Jongin menunjuk bibir Chanyeol.
“Aish! Kau benar-benar kelewatan! Apa aku mengatakan hal yang salah? Apa aku menyebut namamu?” Chanyeol membentak.
Baekhyun yang mendengar itu kemudian tersadar.
‘Aish! Ada apa denganku? Kenapa aku harus marah? Padahal si brengsek ini tidak menyebutkan namaku. Aisshhhhhh’
Baekhyun kemudian pergi meninggaalkan kelas yang masih dalam keadaan menegang.
.---------.
“Baiklah, cukup sampai disini untuk hari ini. Langsung pulanglah ke rumah! Jangan mampir kemana-mana! Jangan membuat orang tua kalian khawatir” Guru Jung mengingatkan.
“Baik” satu kelas menjawab serempak.
“Aaahh aku tidak ingin sekolah lagi” salah satu siswa berteriak.
“Aku ingin langsung menikah saja. Aku benci sekolah” siswa lainnya menyaut dan langsung ditertawai oleh siswa dan siwsi yang lain.
“Chanyeol aku akan menumpang padamu hari ini. Mobilku sedang ada di bengkel” ucap Jongdae tidak tahu diri.
“Tidak! Aku tidak sedang baik hati hari ini” Chanyeol berdiri meninggalkan Jongdae dan Jongin.
“Sejak kapan kau baik hati?” Jongdae mencibir.
“Pulang denganku saja. Aku sedang membawa mobil hari ini” Jongin menawarkan.
“Kaulah yang pantas disebut baik hati” Jongdae merangkul pundak Jongin.
.------.
“Aish kemana perginya anak ini?” Luhan berkeliling sekolah mencari keberadaan Baekhyun yang sejak tadi tidak kembali juga.
“Aish penis sialan kenapa disaat penting begini kau harus ke toilet?” Luhan mendumel sambil berlari kecil menuju toilet.
“Brak!” pintu toilet dibuka dengan kasar oleh Luhan.
.....
“Mungkin ini  waktu yang tepat, sekarang sudah waktunya pulang” Baekhyun berdiri dari closet yang tadi ia duduki.
Baru saja Baekhyun membuka pintu toilet yang ia masuki, ia dikejutkan oleh pintu utama toilet yang terbuka dengan suara yang nyaring.
“Astaga!” Baekhyun memejamkan matanya sambil memegang dadanya.
“Baekhyun?” tanya orang yang membuka pintu itu.
Baekhyun langsung membuka matanya.
“Luhan? Astaga kau mengejutkanku!” Baekhyun bernafas lega.
“Sebentar aku masih ada urusan penting” Luhan kemudian berlari menuju salah toilet.
Beberapa menit kemudian.
“Apa yang kau lakukan disini Baek?” suara Luhan terdengar khawatir.
“Aku sudah mempermalukan diriku sendiri Lu” Baekhyun menunundukkan kepalanya.
“Memangnya kau melakukan apa sampai kau harus merasa seperti itu?” Luhan memegang pundak Baekhyun.
“Ceritanya panjang” Baekhyun masih setia menunduk.
“Baiklah kalau kau belum siap cerita. Ayo kita pulang saja, aku lelah harus membawa tasmu kesana kemari” Luhan memberikan tas yang sejak tadi ia bawa kesana kemari pada Baekhyun.
“Maaf Lu aku merepotkanmu lagi” ucap Baekhyun.
“Tidak apa, ayo pulang. Aku lelah” Luhan menggandeng lengan Baekhyun.
.-------.
“Tok.. Tok.. Tok” suara ketukan pintu berbunyi.
Tidak ada jawaban.
“Tuan muda, makan siang sudah kami siapkan” teriak seorang pelayan dari luar kamar Chanyeol.
Chanyeol membuka pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga.
“Aku tidak akan makan siang di rumah hari ini. Kalian saja yang makan” Chanyeol berjalan menuju pintu utama.
Chanyeol  akhirnya pergi entah kemana dengan mengendarai mobilnya.
.-------.
“Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Tok..”
“Aish siapa orang brengsek yang mengetuk pintu seperti itu” Baekhyun menggerutu dari arah dapur. Padahal ia baru saja akan menyiapkan makan siang untuk dirinya sendiri.
Baru saja Baekhyun membuka setengah pintunya ia langsung menutup pintunya dengan keras. Mungkin bisa disebut membanting karena menghasilkan suara yang sangat nyarin, membuat tamu yang mengetuk pintu dengan kurang ajar itu terkejut.
“Brak!!”
“Yak! Kerdil! Buka pintunya! Aish kau benar-benar tidak tahu sopan santun!” itu suara Chanyeol berteriak.
“Pergilah brengsek!” Baekhyun menyahut.
“Aku tidak akan pergi sebelum kau membuka pintu ini!” Chanyeol menyahut kembali.
“Terserah kau saja!” Baekhyun lalu pergi kembali ke dapur dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
.
“Baekhyun! Cepat buka pintu! Baekhyuuuuuun!! Aku akan merusak pintu ini jika kau tidak segera membukanya” Chanyeol berteriak sambil menggedor-gedor pintu.
Baekhyun mendengar itu hanya menggidikkan bahunya lalu melanjutkan kembali makannya.
“Aku akan hitung sampai tiga. Aku benar-benar akan merusak pintu ini. Satu, dua, ti,-“
“Ceklek” pintu pun terbuka.
“Wow, mempan juga ternyata” Chanyeol tersenyum picik.
“Apa maumu?” Baekhyun bersedekap dada.
“Hanya ingin mengunjungi rumah teman” Chanyeol menjawab enteng.
“Kurasa kita bukanlah teman” Baekhyun  menjawab sinis.
“Ah, aku lupa kalau teman tidak akan berciuman. Bagaimana kalau kurubah menjadi ‘mengunjungi rumah kekasihku’ ?” Chanyeol menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum.
“Pikiranmu terlalu kuno Tuan Park. Berciuman tidaklah menjadikan kita sepasang kekasih. Kita bahkan saling membenci satu sama lain. Aku tidak menyukaimu, dan kau juga tidak menyukaiku” Baekhyun menatap Chanyeol dengan wajah datar.
“Kalau begitu mulai sekarang mulailah untuk menyukaiku dan aku akan mulai untuk menyukaimu. Kita bisa hentikan permusuhan ini” jawab Chanyeol.
“Kenapa kau selalu saja mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal? Berhenti mengatakan hal-hal seperti itu dan pergilah sekarang. Aku sedang tidak dalam mood untuk berdebat denganmu” Baekhyun kemudian membanting pintu. Tetapi baru saja Baekhyun hendak memutar kunci pintu, tiba-tiba saja Chanyeol membuka pintu lalu dengan paksa mendorongnya.
“Apa yang kau lakukan?” Baekhyun terkejut.
“Sudah kubilang aku sedang mengunjungi rumah kekasihku” Chanyeol menatap Baekhyun tanpa ekspresi.
“Sudah kubilang berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal” Baekhyun menjawab kesal.
“Kalo begitu ayo buat ini menjadi masuk akal” Chanyeol tetap memaksa.
“Ini tidak masuk akal Chanyeol. Kau dan aku adalah musuh, dan kita saling membenci. Kumohon hentikan ini” Baekhyun memohon.
“Kita berdua tahu, kita tidaklah saling membenci satu sama lain. Kita bahkan hanya menyangkal perasaan kita masing-masing. Dan sekarang aku tidak akan menyangkal perasaanku lagi, aku menyukaimu Baekhyun” Chanyeol menatap Baekhyun dalam sambil memegang kedua bahu kecil Baekhyun.
“Aku tidak menyukaimu” Baekhyun menjawab singkat kemudian mengalihkan wajahnya.
“Berhenti membohongi perasaanmu sendiri Baekhyun. Kau akan semakin tersakiti jika kau terus seperti ini. Sekarang tatap aku” Chanyeol menarik dagu Baekhyun agar menoleh ke arahnya.
“K-kau menangis?” Chanyeol terkejut melihat kedua mata Baekhyun yang sedikit memerah dan kedua pipinya yang sudah basah oleh air matanya.
“Tidak! Kenapa aku harus menangis? Pergilah” Baekhyun melepas kedua tangan Chanyeol dari wajahnya lalu dengan cepat menghapus air matanya.
“Kenapa tidak masuk akal jika kita menjadi sepasang kekasih?” Chanyeol kembali bertanya.
“Berhenti bertanya dan pergilah” Baekhyun dengan cepat mendorong Chanyeol lalu menutup pintu dan menguncinya dengan rapat.
“Baekhyun ketika kau membohongi hatimu sendiri, maka rasa sakitlah yang akan kau rasakan. Sampai jumpa” Chanyeol kemudian pergi meninggalkan rumah Baekhyun dengan berat hati.
Sedangkan Baekhyun yang sejak tadi berdiri di balik pintu hanya berusaha menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar.
“Karna aku akan menjadi hyungmu Chanyeol” ucap Baekhyun seorang diri sambil menghapus air matanya yang terus saja mengalir.
‘Kenapa dari semua pria yang ada harus ayah Chanyeol yang akan menjadi ayahku? Kenapa dari semua pria yang ada harus Chanyeol yang ku sukai? Kenapa hanya kami yang terluka?’ - Baekhyun.
....
..
.
“Ibu pulang.. Baekhyun!” suara Sooyeon terdengar dari arah pintu.
Tidak ada jawaban dari Baekhyun.
“Apa dia sudah berangkat sekolah?” tanya Sooyeon entah pada siapa kemudian berjalan menuju kamar Baekhyun/
“Ceklek..” suara pintu terbuka.
“Uh tidak dikunci?” Sooyeon terkejut karna tidak biasanya Baekhyun tidak mengunci kamarnya ketika tidur.
“Baek? Kenapa kau belum bersiap-siap untuk sekolah? Apa kau sakit?” Sooyeon yang khawatir berjalan menuju ranjang Baekhyun lalu membuka selimut yang membungkus seluruh tubuh Baekhyun.
“Uh ibu sudah datang?” Baekhyun yang membuka matanya terkejut ketika ia melihat keberadaan ibunya.
“Hei, ibu bahkan memanggilmu sejak tadi. Apa kau sakit? Dibagian mana yang sakit?” Sooyeon meletakkan telapak tangan kanannya pada dahi Baekhyun.
“Hm kau bahkan tidak deman. Kenapa masih belum bersiap-siap?” Sooyeon bertanya.
“Aku hanya ingin membolos hehe” Baekhyun tertawa kecil.
“Anak rajin ternyata juga ingin membolos rupanya. Baiklah ibu akan ijinkan kau membolos untuk kali ini saja” Sooyeon mengacak pelan rambut Baekhyun.
“Terima kasih bu. Ibu selalu mencoba untuk memahami perasaanku. Aku bahkan tidak pernah memahami perasaan ibu” ucap Baekhyun dengan suara seperti orang yang akan menangis.
“Hei kenapa jagoan ibu jadi cengeng seperti ini hmm? Apa ada yang terjadi kemarin?” Sooyeon menghapus setetes air mata Baekhyun yang sudah mengalir.
Baekhyun hanya menggelengkan kepalanya kemudian ia bangkit lalu memeluk Sooyeon erat.
“Aku akan menjadi anak ibu yang akan selalu mendukung apapun keputusan ibu” ucap Baekhyun sambil terisak kecil.
“Kau sudah melakukan itu sayang. Kau selalu mendukung apapun keputusan ibu. Kau sudah menjadi anak yang selalu membanggakan ibu dengan semua prestasimu, dengan sikap-sikap kecilmu pada ibu, dengan semua pengertianmu pada ibu. Kau sudah membuat ibu sangat bangga Baek” ucap Sooyeon sambil mengelus lembut punggung Baekhyun.
Baekhyun kemudian melepaskan pelukan Sooyeon, kemudian ditatapnya sejenak wajah cantik ibunya. Sekarang, setiap kali ia melihat ibunya ia akan selalu teringat oleh perasaan bodohnya.
‘Jika aku harus membahagiakan ibu dengan cara merelakan perasaanku sendiri, maka aku akan melakukan itu’ – Baekhyun.
Dipeluknya lagi Sooyeon, bahkan lebih erat dari sebelumnya.
“Aigoo, anak ibu ternyata sangat manja hari ini” Sooyeon tersenyum lalu membalas pelukan Baekhyun lebih erat lagi.
‘Aku tidak ingin kehilangan ibu untuk yang kedua kalinya’ – Baekhyun.
....
...
..
.
FLASHBACK ON
“Kalau begitu kita bercerai! Aku tidak sudi mempunyai istri yang mengkhianatiku. Kau berselingkuh dengan Park bajingan itu! Kau bahkan sudah tidur dengannya!” teriak seorang pria dari dalam sebuah kamar yang keadaannya sangat berantakan.
Terlihat beberapa pecahan vas bunga dan barang-barang yang berantakan.
“Berapa kali aku harus menjelaskan padamu? Aku tidak berselingkuh! Kaulah yang berselingkuh! Aku bahkan menangkap basah kau sedang berciuman dengan sekretarismu sendiri! Dan kenapa kau selalu saja mengucapkan kata cerai disetiap perkelahian kita? Apa kau sadar apa yang sudah kau katakan?” seorang wanita membalas dengan suara yang tak kalah nyaring.
“YA! AKU SADAR! DAN AKU BARU SADAR KALAU ITU YANG SEHARUSNYA AKU LAKUKAN SEJAK DULU!” pria itu kembali berteriak, bahkan lebih kerasa dari sebelumnya.
Sepasang suami istri yang terlalu larut dalam emosi itu tidak menyadari bahwa putra kecil mereka sedang menyaksikan pertengkaran besar mereka dari ambang pintu dengan isak tangisnya.
“Hiks.. Hiks.. Ayah, ibu. Kenapa ayah dan ibu berteriak-teriak seperti itu?” putra kecil mereka yang masih berumur 7 tahun berdiri di ambang pintu kamar dengan air mata yang terus saja mengalir.
“Baekhyun? Astaga apa yang kau lakukan disini sayang?” Sooyeon yang menyadari putra kecilnya sedang menyaksikan pertengkaran itu berlari kecil menghampiri putra kecilnya yang sejak tadi terisak.
“K-kenapa hiks, ayah dan ibu hiks berteriak? B-baekhyun takut” Baekhyun kecil sesegukan.
“Ayah dan ibu tidak berteriak sayang. Ayah dan ibu hanya sedang mengobrol. Mungkin Baekhyun sudah mengantuk, bagaimana kalau malam ini ibu akan menemani Baekhyun tidur?” Soooyeon membujuk.
“Tapi, ibu janji tidak akan pergi kan? Ibu tidak akan meninggalkan Baekhyun kan?” Baekhyun kecil bertanya sambil menghapus air matanya.
“Ibu janji” Sooyeon mengelus pipi Baekhyun kecil
“Ayo kita tidur!” Baekhyun kecil menarik tangan Sooyeon.
Sooyeon berjanji agar tidak meninggalkan Baekhyun, tetapi pada kenyataannya Sooyeon tetap pergi setelah ia membuat Baekhyun kecil tertidur.
“Maafkan ibu sayang. Ibu tidak meninggalkanmu seorang diri. Bibi Soojung akan menjagamu, bibi Soojung sangat menyayangi Baekhyun. Selamat tinggal” ucap Sooyeon lalu mengecup kening Baekhyun pelan takut Baekhyun akan terbangun.
.
“Mau kemana kau jalang? Apa kau akan pergi menemui bajingan itu? Baiklah! Pergilah!” langkah Sooyeon terhenti ketika suaminya sedikit berteriak.
“Byun Yunho! Pelankan suaramu. Kau akan membuat Baekhyun terbangun” Sooyeon memperingatkan.
“Kau tidak akan pernah bisa menemui Baekhyun untuk selamanya jika kau berani melangkahkan kakimu keluar dari rumah ini” Yunho berkata pelan namun penuh amarah.
“Kau lah yang membuatku ingin pergi dari rumah ini! Kau yang tertangkap basah berselingkuh tapi akulah yang kau tuduh berselingkuh dengan atasanku sendiri. Tuan Park bahkan sangat baik pada keluarga kita” Sooyeon menatap Yunho nyalang.
“Pergilah! Tapi Baekhyun lah taruhannya!” Yunho kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Sooyeon.
“Aku akan pergi! Dan aku akan mengambil Baekhyun suatu hari nanti!” Sooyeon kemudian pergi meninggalkan rumah.
....
...
..
.
~TBC~
Aku tau ff ini masih jauh banget dari kata sempurna. Dari segi alur, bahasa, penulisan juga masih banyak kekurangannya. Jadi, aku Cuma minta sedikit saran dari kalian. Gapapa kan? Jangan kritik aja ya, aku butuh saran juga ( Dan untuk flashback bakal aku lanjut lagi di next Chap. Itu aku potong flashbacknya, takut kalian tambah bosen bacanya kalo kepanjangan.
See youuuu (
THANK YOU (
-DEDES-

Can't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang