Started

40 6 0
                                    

"Hmmm.. Ada benernya juga omongan si Lindsay, gue terlalu batu banget sampai gue buta gak bisa liat sekeliling gue. Jadi ngerasa bersalah nih sama Grey, gue udah keterlaluan kali ya? " Stacia berpikir keras karena rasa bersalahnya terhadap Grey sepertinya kebekuan hati Stacia setitik demi setitik mulai mencair, entah rasa apa yang sekarang mengganjal di hati Stacia.
Stacia memandang setiap rinai hujan yang deras membasahi pemandangan di luar jendela kamarnya , dia berusaha menepis kegundahan dengan alunan melodi gitar yang dipetiknya, musik ibarat aliran darah yang akan terus mengalir dan tak akan pernah berhenti baginya.

"Ini lebih baik lah, dan saatnya gue tidur" alunan melodi yang dipetiknya berakhir dalam 30 menit dan dia memutuskan untuk tidur.

***

Stacia berjalan memasuki kampusnya dengan wajah yang sangat tenang dan ceria. Upss.. Rupanya ada yang menyentuh pundak Stacia dan dia pun menoleh ke sumbernya.

"Ngggg.." anak kecil laki-laki itu pun tersenyum ke arah Stacia dengan menyodorkan surat serta setangkai bunga mawar pink ke arah Stacia.

"Namamu siapa adik kecil? kenapa kamu disini?" Stacia mengelus rambut anak kecil itu dan mencoba mensejajarkan posisinya dengan anak kecil itu.

"Aku Leno kakak cantik" Reno nama anak kecil itu, tapi dia menyebutkan dengan bahasa yang hanya bisa diucapkan anank kecil seusianya.

"Leno? Reno? Haha.. Kamu bawa apa, kenapa dikasih ke kakak?"
Stacia bingung dengan maksud Reno

"Hihihi.. Ini bukan dali Leno kakak cantik, ini dali kakak yang ada didalam sulat ini. Kakak ganteng yang kasih" Reno memasang wajah polos dan imutnya itu.

"Oo yaudah Reno, terimakasih ya. Reno sekarang boleh kembali ke orang tua Reno, hati-hati ya Reno" Reno mengangguk kemudian berlari mendekati orang tuanya.

"Lucu banget sih anak tadi, tapi siapa yang dimaksud Reno tentang kakak ganteng? Mungkin sebaiknya gue baca suratnya"
Stacia mematung diri, dia terlihat bingung dengan maksud bocah kecil tadi.

Dear : Stacia

Hei, Stacia! Ga usah penasaran gue siapa, lo udah tau gue siapa. Tenang aja gue ga bermaksud apapun ke lo. Lo harus kosongin acara buat gue malem ini aja. Ntar lo gue jemput jam 18.00 di rumah lo. Ga ada penolakan ya haha.. Gue pengen nyampein sesuatu yang penting ke lo. Ga usah bingung gitu lah, ntar cantik lo berkurang 1% .. Wait me!

Stacia pun menutup surat yang dibacanya dan memasukannya ke dalam tas. Dengan wajah pasrah dia berjalan ke arah Lindsay.

***

"Lind, gue mau cerita. Ganggu gak? Dua-duan terus sama Bryan btw sahabat sendiri dilupain. Sahabat tak dianggap ya? " Stacia menyebelahi Lindsay yang duduk di bangku taman.

Stacia menceritakan kejadian yang selama ini terjdi, mengingat Stacia jarang bertemu Lindsay karna Lindsay banyak menghabiskan waktu dengan Bryan. Lindsay dengan seksama mendengarkan Stacia bercerita mengenai suatu hal tentang Greyson.

"Ooo gitu, yaudah lah kesana aja. Ngapain nolak, bego lo kalo lo nolak ajakan Grey" sindiran Lindsay memecah pikiran Stacia

"Menurut lo nih Lind, apa sih istimewanya Grey?" Stacia berpikir keras karena dia sendiri tidak bisa menemukan keistimewaan Grey.

"Hello Stacia, lo tuh pinter tapi gak sadar-sadar dalam menilai cowok seperfect Greyson. Nih pertama fact about Greyson, Grey ganteng, pinter, cool, tajir, pantang menyerah buat dapetin cewek kayak lo, ronantis, idaman banget pokoknya" Lindsay mengoceh menyebutkan semua kesempurnaan Greyson

"Ih lo bisa ya detail gitu, tapi Lind gue masih belom tau tentang apa yang harus gue bicarain ke dia. Rasanya hati gue kosong"
Stacia mulai mengarah pada pembicaraan yang serius pada Lindsay.

***

Stacia pov

Gue bingung, harusnya gue seneng ada cowok yang rela mati-matian berusaha deketin gue yang batu ini. Tapi gue rasa hati gue kosong. Sejam lagi dia jemput gue dan apa yang harus gue bicarain ke dia, okelah mungkin kayak gini bisa!
-halo, mau kemana?- atau -emm.. Lo kenapa ajak gue pergi?-
Ah suram.. Gak gak itu garing banget ! Tau ah bingung gue, gue diem aja dan gue bakal ngomong kalau ditanya aja lah!

18.00

Ting tong...

Krekkkk (suara pintu terbuka)

"Selamat malam om, saya Greyson teman Stacia" Grey sangat sopan dan sangat menghormati orang tua Stacia, memang Grey adalah pribadi yang cukup dewasa dan mapan sehingga mempengaruhi gaya bertutur dan bertingkah laku dihadapan siapa saja. Grey tersenyum ramah dan menjabat tangan Papa Stacia.

"Greyson? Siapa pria ini? Pacar anak ku? Tampan dan bijaksana" aku mulai menganalisis pria bernama Greyson, sebagai papa dari gadis cantik tentunya aku harus selektif dalam memberi ijin kepada anak ku. Gumam papa Stacia

"Maaf om, apa keberadaan saya menyinggung om dan keluarga?"
Tanya Greyson

"Oh maaf Greyson, tentu tidak. Silahkan masuk, om panggil Stacia dulu" lamunan papa Stacia terpecah

Ah gue rasa ini mimpi, apa yabg diceritain Lindsay tentang keluarga Stacia terutama papanya gak bener sama sekali. Gue kira bakal diusir sebelum gue ngobrol sama papanya. "Oh, terimakasih om"

Papa Stacia berlalu untuk memanggil Stacia dikamarnya dan tak lama lagi Papa Stacia menemui Greyson lagi.

"Om maaf sebelumnya, saya kesini ingin meminta ijin.."

"Sudah nak Grey, om percaya padamu. Om mengijinkan Stacia dengan mu, bawalah dan jaga anak om baik-baik. Papamu namanya siapa? Barangkali om kenal"

" Endrew Arron om" gue gak nyangka sebelum gue bicara tentang niat buat ajak Stacia pergi, om Cornelius langsung memotong pembicaraan dan ijinin gue bawa anaknya pegi plus kata-katanya seakan percaya sama gue suruh jaga Stacia baik-baik. Tentu lah gue akan jaga Stacia baik-baik tanpa disuruh sekalipun.

"Pantas saja kau sangat bijaksana Grey, kau CEO di perusahaan papamu sekarang? Bagaimana kabar papamu? Om sudah lama gak ketemu semenjak kepergian papamu mengurus perusahaan cabangnya di luar negeri"

"Om tahu saya CEO? Apa om mengenal papa saya dengan baik?"
Shit, kebetulan pake banget om Cornelius kenal papa gue. Ada apa ini sebenarnya.

Prok.. Prok (suara sneakers milik Stacia terdengar pada saat dia menuruni tangga)

"Pa, papa kenapa natap Stacia begitu? Emm papa marah? Tunggu Stacia bisa jelasin kok pa, papa jangan salah paham dulu" Stacia terlihat ketakutan melihat mata tajam papanya mengarah pada Stacia.

"Kamu ini motong pembicaraan orang saja, dan papa kesal denganmu Stacia. Kenapa kamu gak pernah kenalin papa sama Greyson? CEO muda dan om Endrew sangat dekat dengan papa. Sana pergilah jangan membuat Grey menunggu lama, itu tidak sopan"

"Hahh..." Gue gak bisa ngerti apa maksud papa, perubahan papa 360° apa yang Grey bicarakan

"Sudah pergilah jangan mematung seperti itu"
Ungkap Cornelius pada anaknya

"Dan Grey , kapan-kapan kemarilah berbagi cerita pada om karna kau masih berhutang cerita pada om!"

Wow suatu awal yang baik untuk Stacia dan Greyson. Mereka pun pergi ke tempat tujuan Grey.

---------
Late post, sorry my reader karna kesibukan kuliah pending publish story classic jadi lama. Btw, aku akan publish seminggu sekali ya karena mau natal jadi banyak kesibukan. Thanks yang masih setia baca cerita jelek ku ini. :*

CLASSICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang