Aku bersyukur karena akhirnya weekend pun tiba. Dimana aku bisa bersantai dan tidak perlu memikirkan sekolah yang begitu melelahkan. Terlebih lagi film favoritku akan tayang di TV sebentar.
Semua orang di rumah berniat untuk pergi berlibur ke Parapat. Suatu daerah yang indah di Sumatera Utara. Mereka mengajakku tetapi aku menolak untuk ikut. Tentu saja karena aku menunggu film favoritku.
Alhasil aku sendirian di rumah, sedang mereka semua sudah pergi sejak jam 5 sore tadi. Satu jam waktu kuhabiskan dengan menonton dan, yah... sesekali aku melamun, jika acara di TV sedang iklan. Hanya melamun, karena tidak ada yang bisa kulakukan saat ini.
Hari sudah menunjukkan jam setengah enam. Langit biru sudah berubah kekuningan. Aku melihatnya dari jendela yang berada disampingku saat ingin menutupnya. Setelah itu aku kembali duduk di depan TV yang masih menanyangkan acaranya. Aku masih menonton sambil menunggu film kesukaanku 15 menit lagi akan dimulai.
Rupanya menunggu membuatku agak bosan. Jadi aku melamun. Dan lamunanku berhenti saat.
Dup..
Tiba-tiba saja listrik di rumahku padam. Aku keluar rumah dan melirik ke rumah tetanggaku yang ternyata juga gelap. Berarti sekarang satu kampung Tunggal sedang gelap gulita.
Kesal memang. Aku jadi tidak bisa menikmati film favoritku yang sebentar lagi akan tayang. Tetapi apa boleh buat, lampu sudah padam.
Tidak ada suara, TVku mati, suasana gelap dan sekarang lengkaplah sudah penderitaanku. Bosanku semakin memuncak. Aku mengecek HP, dan ternyata kesialan datang bertubi-tubi. Baterai hp ku tinggal 5%. Entah akan kuapakan baterai yang tinggal 5% itu.
Akupun mulai menyesal. Seharusnya aku ikut bersama keluargaku berlibur ke Parapat.
Aku bangkit dari kursi malasku dan menuju ke dapur untuk mencari lilin. Setelah dapat, aku menyalakannya dan meletaknya di meja ruang tamu. Setelah itu aku hanya melamun—menatap kosong lilin di hadapanku selama bermenit-menit.
Oh ya, aku ingat ada jeruk di kulkas. Mungkin itu bisa menghilangkan sedikit rasa bosanku. Aku mengambil lilin di hadapanku dan membawanya ke dapur untuk menjadi penerangan. Aku membuka kulkas dan mengambil beberapa buah jeruk. Lalu kembali ke kursi malasku. Setelahnya aku meletakkan lilin pada tempat semula.
Perlahan namun pasti aku mengupas kulit jeruk itu dan memakannya. Keisenganku muncul, entah mengapa aku ingin bermain api. Aku mengambil kulit jeruk dan membakarnya di atas lilin.
Hmmm.. Seketika ruangan ini terasa harum. Ruangan ini berbau jeruk. Aku suka baunya. Akupun membakarnya lagi. Aku semakin ketagihan. Mungkin aroma jeruk ini bisa membuatku berpikir positif.
Setelah itu tidak ada yang bisa kulakukan, semua kulit jeruk sudah habis kubakar. Tidak mungkin aku juga membakar rumahku ini.
Suasana juga sangat mencekam di rumahku. Gelap, dingin, dan senyap sekali. Aku masih menatap lilin di hadapanku dengan kulit jeruk berserakan di meja. Tetapi tiba-tiba..
Hushh..
Ada sesuatu yang melintas di hadapanku. Aku bersumpah aku merasakannya. Dia seperti angin. Lilinku hampir saja padam karenanya. Sosok itu tak terlihat jelas karena aku yang sedari tadi hanya fokus ke lilin.
Aku mulai merasa bulu kudukku merinding. Entah apa itu tadi. Tapi dia seperti bayangan.
Aku mengambil HP yang ada di sebelahku—berniat membaca novel di Wattpad untuk mengusir rasa bosan dan sedikit rasa takut. Sebenarnya sih, bukan takut karena mengingat aku dan beberapa keluargaku sering merasakan hal ini. Dimana saat kami merasa diganggu oleh sosok tak kasat mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Story
TerrorCoba liat disebelah ada siapa? anda tidak bisa selalu memastikan bahwa anda sedang sendiri tanpa kita sadari dia ada di belakang, disamping, ataupun didepan kita selamat membaca saya harap anda tidak bermimpi buruk setelah membaca cerita yang say...