Throwback

114 10 1
                                    

Sebelum aku dekat dengan Yayan dan bahkan sebelum Yayan memiliki nomor hpku, namun disaat itu aku sudah menyukainya, Melly yang sekelas dengannya, sangat suka 'tebar pesona' kepada semua lelaki. Kemudian, jika ada lelaki yang mendekatinya karena merasa tertarik padanya atas pesona yang Ia tebar kemana - mana, Ia akan mencampakkan lelaki itu. Bahkan Melly memiliki banyak mantan pacar karena Ia berpacaran bukan karena Ia memiliki perasaan pada mereka, melainkan hanya untuk merasakan bagaimana berpacaran dengan mereka, setelah Ia merasa bosan, Ia akan memutuskan hubungannya. Melly selalu mendekati Yayan, namun Yayan tak menyukainya karena Ia mengetahui sifat Melly yang mendekati lelaki hanya karena Ia menyukai tampangnya. Yayan pernah menelponnya hanya untuk menanyakan PR pada Melly, namun Melly mengira bahwa Yayan menyukainya. Bahkan Melly memberitahu teman - temannya bahwa Yayan mengatakan perasaan sukanya kepada Melly. Padahal, saat itu Melly sedang berpacaran dengan teman sekelasku, bahkan Yayan mengaku bahwa Ia tak pernah mengatakan hal itu sama sekali padanya ketika ditanyai oleh Fikran. Fikran menanyakan hal itu padanya karena aku yang meminta tolong pada Fikran untuk menanyakan apakah yang dikatakan Melly itu benar atau tidak. Kemudian, ketika ditanyai hal itu, Yayan mengatakan "Hah, ngapain juga aku suka ama Melly, lagian aku tau kalo sekarang, Ia lagi pacaran ama teman sekelasnya Fiyah. Malahan, mungkin si Melly yang menyukaiku, karena Ia sering mendekatiku". Kemudian karena Yayan memberitahu Fikran bahwa Ia tak menyukai Melly, Fikran memberanikan dirinya untuk bertanya pada Yayan mengenai orang yang disukai Yayan. Fikran bertanya "Kalo gitu, kamu sukanya ama siapa dong? Soalnya nih Yan, aku punya temen yang suka ama kamu loh".
Dan secara spontan, Yayan menjawab "Yang suka aku itu Fiyah kan? Orang yang kusuka juga, dia". Fikran terkejut dan kembali bertanya, "Loh, kok kamu tau Yan? Seriusan kalo kamu suka ama dia?". Yayan menjawab "Yah, akhir - akhir ini dia sering natep aku bahkan aku ama dia sering banget kontak mata. Padahal, dari kelas X sampai kelas XI dimana saat itu aku udah suka ama dia, dia bahkan gak pernah ngelirik aku. Tiba - tiba aja dari tatapan dia itu, keliatan banget kalo dia suka ama aku. Karena aku kenal dia dari kelas X dan tau sifat aslinya, meskipun dia baru kenal ama aku di awal kelas XII. Aku serius, aku beneran suka ama dia, Fik". Setelah Yayan mengatakan hal itu pada Fikran, Fikran segera memberitahu Cindy setelah pulang sekolah, mengenai apa yang dikatakan oleh Yayan, dan keesokan harinya, Cindy memberitahukan kabar gembira itu padaku. Dan bahkan membuatku tak bisa berkata - kata, aku hanya bisa berteriak gembira di dalam hati karena aku bingung harus bagaimana. Kemudian, saat itu pula aku mulai memikirkan cara agar aku dan Yayan dapat saling mengenal lebih dalam.
Sebenarnya, sebelum Yayan mendapatkan nomor teleponku, aku pernah berpikir untuk meminta nomor teleponnya terlebih dahulu. Ketika adzan telah berkumandang di waktu siang pertanda bahwa waktunya untuk sholat dzuhur, aku meminta tolong pada Cindy untuk memintakan nomor telepon Yayan melalui Fikran karena aku malu untuk memintanya langsung pada Yayan. Alasan lain mengapa aku meminta Cindy untuk memintakan nomor Yayan melalui Fikran, karena aku tak berani untuk meminta tolong langsung pada Fikran, aku tak ingin jika Fikran akan mengejekku karena mendekati Yayan terlebih dahulu. Tetapi Cindy menolak untuk melakukannya, Ia mengatakan "Apaan sih, sama aja kalo kamu yang ngedeketin dia duluan. Mau ditaruh dimana derajat cewek kalo ngedeketin cowok lebih duluan?". Aku pun bertanya pada Cindy "Terus gimana dong?". Cindy menjawab "Gimana kalo aku minta Fikran buat ngasih nomor telepon kamu ke Yayan dan ngebujuk dia buat sms kamu?". Aku meng-iyakan ide Cindy. Sore harinya, Fikran, Yayan, dan anggota ekskul lainnya latihan. Pada siang hari setelah pulang sekolah, Cindy telah memberikan nomor teleponku pada Fikran dan memberitahu Fikran tentang rencana Cindy untuk membantuku dekat dengan Yayan. Lalu, Fikran memberikan nomorku pada Yayan sesuai yang Cindy rencanakan. Tetapi Yayan menolak untuk mengambil nomor teleponku. Fikran mengatakan "Yan, nih aku dapet nomor telepon Fiyah. Kamu beneran gak mau ambil? Ambil aja deh. Setelah itu, sms dia yak, mumpung ada kesempatan nih buat pdkt".
Lalu, Yayan mengatakan "Nggak ah, aku gak berani. Ntar ketahuan pembina, kamu mau aku dihukum?"
"Elah, takut amat. Usahain biar ga ketahuan lah. Kan kalo kamu ama dia bisa nutup mulut, gak bakal ketahuan kok, kayak aku ama Cindy. Mau yah?" Balas Fikran sambil terus membujuk Yayan mengambil nomorku.
Namun, Yayan masih merasa ragu untuk mengambil nomor teleponku. Tiba - tiba, teman - teman anggota ekskul yang seangkatan dengannya, mendengar percakapannya dengan Fikran. Kemudian mereka pun membantu Fikran untuk membujuknya mengambil nomor teleponku.
Salah seorang temannya mengatakan "Ambil aja Yan, kamu cowok loh. Jangan buat dia nunggu, mestinya kamu yang duluan deketin dia. Sms dia yah. Kalo kamu gak nge-sms dia, berarti kamu ini bukan cowok gentle. Karena hanya cowok gentle yang gak bakalan biarin cewek nungguin dia". Karena bujukan teman - temannya, akhirnya Yayan mengambil nomor teleponku. Saat malam hari, dimana Anggota ekskul telah selesai latihan dan sampai di rumah masing - masing, Fikran mengirimiku pesan dan mengatakan bahwa Yayan telah mengambil nomor teleponku. Setelah mengetahui hal itu, aku langsung keluar rumah untuk membeli pulsa dan menunggu sepanjang malam untuk pesan Yayan. Namun, setelah lama menunggu, pada pukul 11 malam, aku tertidur karena aku telah merasa mengantuk dan Yayan tak kunjung mengirim pesan padaku.
.
.
Bersambung~

Are You Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang