Sound (2)

962 48 0
                                    

Tempat ini yang paling ku rindukan. Sudah cukup lama aku tidak kembali ke bukit ini. Dari sini, aku dapat melihat perubahan yang terjadi pada kota ini selama aku meninggalkannya. Mungkinkah ia juga berubah? Aku merindukannya...

--

Pagi ini tidak seperti biasa nya Naruto mengajak ku berbicara di atap sekolah. Entah kenapa, aku merasa tenang melihat nya tersenyum, aku ingin dia selalu seperti ini. Cukup sekali aku melihatnya menangis seperti dulu.

"Ada apa?" Tanya ku datar.

"Apa kamu pernah merasa nyaman saat melihat seseorang?" Kata nya sambil menatap langit. Aku pun juga memandang langit.

Bagi ku melihat nya adalah rasa nyaman.
"Kurasa pernah. Kenapa?" Tanya ku penasaran.

"Aku pikir, aku cuma kagum tapi kurasa aku mulai menyukainya" rasanya aku ingin berteriak, seketika aku memandang dia. Kagum... suka... siapa yang dia maksud.

"Siapa yang kamu maksud?" Tanya ku berhati-hati.

Dia tersenyum dan memejamkan mata. Aku terus menunggu jawaban dari mulut nya. Rasa nya aku tidak ingin mendengarnya tapi, aku sangat penasaran.

"Rahasia" kata nya sambil memberi senyuman khas nya tanpa rasa bersalah. Aku terus memaksa nya tapi tetap saja ia tidak mau memberitau. Aku sangat penasaran siapa orang beruntung itu.

"Lalu jika itu rahasia, untuk apa kamu memberitauku?" Tanya ku menahan emosi. Aku mengalihkan pandangan ku dari dia. Aku ingin kabur saat ini.

Dia memegang pundakku yang membuatku menoleh ke arahnya. Sungguh, aku tidak sanggup melihatnya.

"Aku hanya ingin pendapatmu. Apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya pada ku.

Aku terdiam dan tidak berani menatap matanya.
"Cari tau semua tentang dia lalu nyatakan cinta padanya" kataku dengan nada datar. Dia hanya tersenyum.

"Apa kamu menyukai seseorang? Kau lakukan itu juga?" Tanya nya pada ku.

"Iya dan aku sangat tau tentang dia" kataku pelan. Orang itu adalah dia dan aku sangat tau tentang dia. Dada ku sesak, aku sangat ingin dia tau.

"Oh.. kuharap dia orang yang baik" katanya pada ku. Aku hanya diam mendengar ucapannya itu.

--

Aku melihat pohon tempat kami sering memanjat saat kecil. Dia anak yang jail saat kecil tapi, semakin besar ia menjadi sosok yang membuat ku kagum. Seandainya aku dapat mengulang waktu, aku ingin bersama mu.

--

"Hinata" aku menoleh saat Sakura menghampiri ku dikelas. Ia tampak kebingungan dan ragu.

"Kenapa? Tidak biasa nya kamu seperti ini" tanya ku pada nya. Dia duduk di sebelahku tapi ia tetap diam dan memandangku. Aku bingung dengan sikapnya. Biasa nya dia akan bercerita duluan.

"Ada apa?" Tanya ku kembali.

"Naruto menyatakan perasaan nya pada ku tadi." Aku tidak bisa berkata apa apa lagi. Ternyata Sakura lah yang dimaksud Naruto dan aku pun berusaha bersikap biasa didepannya.

"Terima saja" kata ku singkat. Dia kembali diam dan itu membuat ku sedikit kesal karena jika aku dalam posisi nya aku akan langsung menerima nya. Aku sangat ingin itu terjadi.

"Lalu jika aku menerima nya, apa kamu tidak keberatan?" Aku terkejut ia berkata seperti itu. Aku tau jika Sakura juga mempunyai perasaan pada Naruto. Setiap kali kami bertiga jalan bersama, aku dapat melihat Sakura menatap Naruto.

Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
"Aku dan dia berteman jadi, untuk apa aku keberatan? Dia laki-laki yang baik, ku mohon terima dia dan aku tau, kau juga memiliki perasaan padanya"

Dia hanya menganggukan kepala dan meninggalkan aku. Aku yakin dia akan pergi ke Naruto. Sebenarnya aku tidak mampu menahannya. Aku bingung...

--

Sudah 1 jam aku berada di bukit ini. Aku sangat berharap ia ada disini.

"Kapan kamu kembali?" Aku menoleh ke sumber suara itu. Suara yang tidak asing di telingaku. Aku tersenyum melihatnya.

"Oh Sakura, aku baru tiba kemarin. Apa kamu sering kesini?" Tanya ku penasaran.

Dia mendekati ku dan duduk disebelahku. Dia tersenyum "Biasanya saat musim semi, terkadang jika aku merindukan tempat ini, aku juga datang kesini dengan keluarga kecilku. Kau tau kan jika tempat ini adalah tempat pertama saat aku dan dia pacaran dulu"

--

"Hinata, ayo ke tempat biasa" kata Naruto sambil mengacak rambutku. Kelakuannya yang seenaknya mengacak rambutku jujur membuat kesal. Walaupun ia pacaran dengan Sakura, ia tidak berubah sedikit pun.

"Kau tidak mengajak Sakura?" Tanya ku padanya.

"Iya, aku juga mengajak nya."

Kami sering ke bukit itu bertiga. Kami selalu tertawa dan saat bersama mereka, aku merasa semua beban hilang. Walaupun terkadang, aku iri dengan Sakura. Ia bisa berpacaran dengan Naruto.

SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang