Sound (3)

839 44 0
                                    

Saat ini kami berdua berbicara tentang masa lalu. Masa lalu yang tidak mungkin bisa kami lupakan.

"Jika kamu bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Sakura pada ku.

"Aku akan berbicara tentang perasaanku padanya secara langsung" kata ku sambil tersenyum.

--

Sepulang sekolah, aku segera menuju rumah. Tidak seperti biasanya, keadaan rumah ku sekarang gelap. Aku masuk ke rumah dan aku melihat Hanabi tergeletak di lantai. Aku langsung berlari panik. Orangtua ku juga sedang kerja. Dengan cepat orang yang ku kuhubungi adalah Naruto. Aku tidak tau harus berbuat apa kecuali menelepon nya.

' halo'

'Naruto, kumohon kemari. Aku tidak tau harus apa' kata ku di telepon sambil menangis.

'Ada apa, aku langsung kesana'

Dia menutup teleponnya. Aku berusaha mengangkat adik yang sangat ku sayangi ini. Aku hanya bisa menangis. Rasanya kaki ku lemas dan aku tidak bisa berbicara apa-apa.

Aku mendengar pintu terbuka.
"Hinata, kenapa?" Tanya nya dengan nada panik. Aku menoleh ke arah Hanabi. Dia pun segera mengangkat nya dan menuju ke rumah sakit dengan mobilnya.

Di mobil, aku hanya bisa menangis. Aku tidak tega melihat saudara ku seperti ini.

"Jangan nangis, hubungi papa mu" kata nya dengan nada panik.

Aku terus menunggu kedatangan papa ku di rumah sakit. Naruto menemaniku dan membuatku tenang.

"Bukannya kamu ada janji dengan Sakura?" Tanya ku pada Naruto.

"Tidak jadi, dia sedang sibuk dan kebetulan kamu menelpon ku jadi aku langsung ke rumah mu" kata nya sambil tersenyum. Dia lalu memeluk ku. Jantungku berdetak begitu cepat.

"Sudah, aku kan ada disini. aku akan selalu mengawasi dan melindungi mu. Aku tidak mau kamu menangis lagi. Aku janji tidak akan meninggalkan mu" aku kembali menangis setelah mendengar ucapan nya. Ucapan itu terasa tidak asing bagiku. Apa aku tidak apa-apa menyukainya walaupun ia memiliki pacar? Sungguh aku merasa bersalah.

Semalaman ia menemani ku. Setelah orangtua ku datang ia pamit pulang. Aku dapat melihat dari wajahnya, ia kelelahan. Ia menemani ku dari siang sampai malam dan belum makan. Aku sudah menawarinya makan tapi ia tidak mau

--

Aku dan Sakura menuruni bukit itu dan ia mengajak ku menuju rumah yang selama 8 tahun ini ditempati oleh Naruto. 8 tahun lamanya aku meninggalkan kota ini. Aku ingin sekali melihatnya, aku sangat merindukannya.

"Kau ingat, pertengkaran kita?" Kata Sakura membangkitkan kenangan buruk tentang kejadian itu.

"Hmm.. itu karena salah paham dan seharusnya kita sama-sama jujur" kata ku menoleh padanya. Sakura menunduk dan tersenyum.

"Saat itu... harus nya aku jujur. Aku bodoh!" Kata nya sambil mengambil sebuah foto.

"Yang berlalu biarkan saja. Aku juga salah, aku harusnya..." aku tidak dapat berkata-kata lagi. Sampai saat ini, aku terus merindukannya. Aku ingin melihatnya dan sebentar lagi aku akan sampai ke rumah mu Naruto.

"Apa itu foto keluarga mu?" Tanya ku penasaran.

"Iya, aku meminta Sasuke untuk foto studio. Lagi pula Sarada sudah cukup besar untuk diajak foto" kata Sakura bersemangat.

"Berapa umur Sarada?" Tanya ku lagi.

" 1 tahun, sebentar lagi dia akan ulang tahun dan kamu harus datang" aku dapat melihat Sakura sangat bahagia dengan keluarga baru nya. Aku jadi ingin merasakan kebahagian yang Sakura rasakan.

--

"Hinata, beberapa hari ini aku sulit berbicara dengan Sakura" kata Naruto pada ku di bukit. Aku menoleh ke arahnya.

"Mungkin dia sibuk" kata ku singkat.

"Dia menghindari aku. Seharusnya aku tidak melakukan tindakan ini, aku telah menyakiti dia" katanya lagi. Aku diam tidak bisa menjawab. Sebenarnya aku menyadari perubahan itu dari Sakura. Kuharap hubungan mereka berdua baik-baik saja. Aku tidak ingin melihat Naruto bersedih lagi.

Aku dan Naruto pulang menyusuri jalan pertokoan. Sekilas aku melihat Sakura jalan dengan Sasuke. Aku tidak berani memberitau Naruto. Aku hanya menyuruhnya menelepon Sakura untuk memastikan.

"Bagaimana? Sakura ada di mana?" Tanya ku penasaran.

"Tidak diangkat" katanya singkat. Jujur aku kecewa dengan Sakura. Ia adalah teman yang kupercaya tapi, dia menyakiti nya.

Keesokan harinya setelah kejadian itu aku mengajak Sakura pergi ke cafe dekat sekolah.

"Tumben mengajak ku kesini?" Tanyanya sambil tersenyum. Jujur aku kecewa dengan nya. Aku bingung harus berkata apa.

"Kenapa? Ada apa mengajak ku kemari?" Tanya nya lagi.

"Kemarin... bukan, hmm kenapa kamu melakukan itu? Naruto sangat khawatir dengan mu" kata ku dengan nada kecewa.

Dia malah tersenyum pada ku. Aku bingung dengan perubahan sikapnya.
"Dia lebih khawatir dengan mu, sebenarnya dari awal aku bingung siapa sebenarnya yang dia anggap pacar, aku atau kamu"

Aku terkejut dengan ucapannya. Dia tidak seperti Sakura yang ku kenal.

"Apa maksud mu? Dia peduli dengan mu!!" Kata ku dengan nada tinggi. Tidak biasa nya aku berkata keras dengan nya. Tapi, kali ini dia kelewatan. Kenapa harus dia! Tidak bisakah dia menyakiti laki-laki lain selain Naruto?

"Sudahlah, jika kamu menyuruh ku datang untuk membicarakan hal ini, kau salah. Kamu tidak tau tentang dia sama sekali" katanya dingin pada ku.

Aku bingung dengan perkataan nya. Kenapa dia bisa berkata seperti ini. Aku juga tidak tega melihat Naruto disakiti seperti ini.

SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang