sound

2K 52 0
                                    

Hari ini terasa sepi, aku hanya duduk berdiam di taman ini. Taman yang menjadi saksi kebersamaan diriku dengan nya. Dan di taman ini juga kisah ku ini dimulai.

--

Melihat mereka bermain bola dengan duduk di pinggir lapangan adalah kebiasaan ku ketika istirahat. Aku heran anak laki-laki selalu saja semangat saat bermain sepak bola. Saat ini, aku memperhatikan dia. Teman sekaligus seseorang yang berharga bagiku.

"Hinata, jangan melamun di pinggir lapangan!!" Teriak dia pada ku, aku sedikit kesal karena dia selalu saja seperti itu.

"Naruto, kalau main jangan teriak pada ku!!" Balasku padanya. Dia hanya tertawa dan melanjutkan permainan nya.

Aku selalu senang dengan senyum dan cara dia tertawa. Aku selalu mengawasinya sejak kami masih SD. Dia teman pertama ku juga saat aku masih menjadi murid baru di SD.

"Hei! Kamu ke kantin?" Tanya teman ku Sakura. Dia teman sekelas ku, aku dekat dengannya sejak SMA ini.

"Lagi malas" kata ku singkat tanpa melihat padanya. Dia melihat ke arah lapangan.

"Aku iri sama kamu, kamu punya teman yang sebaik Naruto" katanya sambil tersenyum. Mendengar itu, aku ikut tersenyum. Mungkin benar, bagi ku Naruto adalah teman yang sangat berharga.

"Mungkin aku beruntung tapi kamu kan juga dekat dengan dia" kataku pada nya. Dia hanya tersenyum dan memperhatikan Naruto kembali.

"Sakura! Guru memanggilmu" kami berdua menoleh ke sumber suara itu.

"Baiklah Sasuke!" Teriaknya pada Sasuke.
--

Aku mengingat kembali kenangan demi kenangan itu. Aku tersenyum sendiri saat melihat foto kami berdua saat SMA. Aku berdiri dari bangku taman itu dan menuju mobil ku.

--
Saat bermain tiba tiba Naruto jatuh dan tampak kesakitan, aku segera ke tengah lapangan dan melihat keadaan Naruto. Anak-anak lain segera mengangkatnya ke UKS. Aku segera menuju ke UKS dan melihat keadaannya. Sakura yang tadi dipanggil ke ruang guru, secepatnya langsung ke UKS untuk melihat keadaan Naruto.

"Sakit?" Tanya ku padanya. Dia hanya tertawa dan memandangku.

"Kenapa ketawa?" Tanya ku cukup kesal.

"Kamu lihat, jalan ku jadi pincang. Jadi menurut mu gimana?" Jawabnya yang membuat ku tambah kesal.

"Ya sudah, aku kembali ke kelas dulu" kata Sakura di sela perdebatan kami. Naruto memegang tangan Sakura.

"Jangan, lebih baik di sini aja. Sekali-sekali bolos" kata Naruto tanpa rasa bersalah. Aku menyetujui nya tapi Sakura tetap tidak mau dan segera ke kelas. Akhirnya tinggal kami berdua.

Saat ini aku melihat Naruto yang terus memegang kaki nya. Dia melihat ke arah ku.
"Makasih sudah disini" kata nya datar padaku. Aku hanya diam dan duduk di sebalahnya.

Setiap kali dia ada disebelahku, aku selalu senang. Terkadang aku tidak dapat menahan senyumku. Perasaan ku padanya ingin kusampaikan tapi aku takut.

"Hmm.. Hinata? Kenapa?" Tanya Naruto padaku. Aku melihat ke arah nya dan tersenyum.
"Gapapa"

--

Sampai di mobil, aku segera pergi ke suatu tempat. Tempat yang menjadi favourite ku dengan Naruto sejak kecil. Jika mengingat tempat itu, rasa nya aku ingin kembali ke masa-masa itu.

--

"Hei, pulang sekolah ketempat biasa" kata Naruto pada ku sambil mengacak rambutku. Aku menggerutu.

"Kaki seperti itu mau jalan ke sana" kata ku sambil tertawa. Dia hanya menanggapi perkataan ku dengan tawa lalu meninggalkan aku di kelas.

Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengajak ku ke bukit di pinggir kota, tempat yang menurut ku sangat indah, dimana aku dapat melihat seluruh isi kota dan menghabiskan waktu berdua dengan dia.

Sering kami menghabis kan waktu seperti sekarang ini. Tempat ini salah satu tempat dimana jika ada masalah kami akan berbicara 4 mata.

"Ada apa? Tumben kamu mengajak ku kesini?" Tanya ku padanya.

"Gapapa, lagi pingin aja" aku semakin penasaran saat dia berkata seperti itu.

"Aneh, lalu kenapa? Ada masalah?" Dia hanya diam lalu tersenyum. Akhir-akhir ini dia sering seperti itu. Diam dan tersenyum sendiri. Aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan jika dia tidak berbicara langsung. Mungkin aku memang teman dekat nya, tapi masih banyak hal yang belum aku ketahui dari dia.

Sepanjang sore, kami berdua menghabiskan waktu di bukit itu. Dia tidak berbicara hal penting. Seperti biasa, kita selalu berdebat banyak hal. Tapi, justru itu adalah saat-saat yang menyenangkan dan menandakan dia sedang senang

SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang