Mengingat Awal

269 6 0
                                    

Gadis remaja itu duduk diantara ratusan remaja lain seumurannya, sekarang dia duduk gelisah disebuah ruangan besar dan panjang.
Ya! Gadis itu mengikuti masa orientasi siswa biasanya disebut MOS.
Sesekali dia celingak celinguk untuk mencari adakah orang yang dikenalnya. Tapi sayang dia tidak menemukan mereka dengan mudah, dia duduk dibarisan 4 dari belakang.

Tapi ada seorang anak laki-laki yang ia kenal duduk diarah kanan barisan belakangnya. Gadis itu mengode dengan gerak mulut anehnya pastinya memanggil nama anak laki-laki itu.
Frans menengok kearah kiri depannya.
Dia membelalak dan mengode balik dengan mengajak makan siang bersama saat jam istirahat nanti. Reika menganggukan kepalanya sambil mengeluarkan satu jempolnya.

"Hei! Kamu sekolah disini juga? Waah kenapa ada saingan beratku disini?" Canda Reika.

"Oi oi, aku gak pernah jadi sainganmu ya dan kenapa pasang wajah mengejek itu" jawab Frans sedikit kesal.

"Ahaha, udahlah kita makan yuk? Ini perut udah konser"

"Oke"

Sesampainya dikantin kami duduk ditengah siswa lain. Aku memesan nasi goreng dan Aan memesan mie rebus instan. Kami sibuk menceritakan liburan masing-masing, game-game keluaran terbaru dan film animasi-animasi yang saat itu sedang buming.
Ada beberapa orang yang menatap kami aneh, mungkin mereka menyangka kami sepasang kekasih. Aku tidak terlalu memikirkannya karena kenyataannya bukan begitu. Kami terus melanjutkan percakapan kami, tapi tiba-tiba ada yang mengganggu pikiranku, aku murung dan mulai tidak nyaman dan secepatnya melahap nasi goreng yang tinggal beberapa sendok lagi.

"Rei? kenapa?" Tanya Frans lembut.

"Hmm? Ah! Gak apa-apa kok, lanjut cepat makannya ya. Aku kebelet pingin ke toilet nih. Nanti anterin bentar ya"

"Oh, oke Rei" dengan senyuman kecil. "Aku temenin sampai kedalam kalo bisa" sambungnya Frans sambil cengengesan.

"Iih apaan siih, masih kek dulu aja pikiramu yaa" gerutu Reika

Frans tau alasan kenapa Reika tiba-tiba bersikap aneh. Itu juga membuat Frans patah hatinya, dan terasa pedih bila diingatnya lagi. Reika melihat anak laki-laki berkulit sao matang dan bermata coklat terang yang dulu adalah mantannya saat masih duduk dibangku kelas 3 SMP dulu, Dery.
Frans tau betul bagaimana mereka bisa jadian dan bagaimana akhirnya putus. Frans sering mendengar itu dari teman-teman dekatnya.

Frans menemaniku pergi ke toilet yang berada gak jauh dari kantin. Dia duduk dibangku seberang toilet sambil bersandar santai.
Saat aku keluar dia sudah berdiri dan langsung mengajakku kembali keruangan aula karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

Aku dan Aan sudah kenal sejak kelas 2 SMP. Kami dekat karena memiliki hobi yang sama dan pemikiran yang sama, sebenarnya masih ada dua orang lagi tapi mereka di SMA yang berbeda dengan kami sekarang, Hengki dan Lalisa. Dia tidak satu kelas denganku, tapi satu club denganku. Kami berempat tergabung dalam satu redaksi untuk Club Mading. Lalisa satu kelas dengan ku dikelas 8A, sedangkan Aan dan Hengki kelas 8G. Kami biasa memanggil Frans dengan sebutan "Aan" aku juga bingung kenapa dia dipanggil Aan. Aku hanya ikut-ikutan karena Hengki memanggilnya seperti itu.

Aan pernah menembakku didepan anggota club mading, tetapi itu aku tolak secara terang terangan dan mungkin membuat dia kecewa berat terhadap sikapku itu. Dan yang kedua, saat kami pergi kunjungan sekolah kekota lain dia menembakku tepat didepan teman-teman OSIS. Aku juga menolaknya, tapi melalui sms saat sudah kembali pulang. Dan yang terakhir saat acara classmeeting dia menembakku diruangan club, tapi hanya ada kami berdua saat itu. Aku sekali lagi menolaknya terang-terangan. Aku memang tidak ada tertarik dan tidak ada keinginan saat itu untuk berpacaran, yang aku pikirkan tidak ada yang spesial dariku dan hubungan kami selama ini. Aku sedikit kesal dengan Aan, kenapa harus menjadi pacarku? Kenapa harus aku? Selama ini sikapnya biasa saja.

Aku ingat kata terakhir Aan dan kami tidak pernah lagi saling bicara sampai akhirnya baru bisa bicara lagi SMA.
"Aku menyerah, padahal aku sudah memberikan semuanya padamu. Film, game dan apapun itu yang membuatmu senang dan ada didekatku terus. Tapi kau tak pernah sedikitpun merasakan itu"

Saat itu aku hanya diam dengan kepala menunduk, aku menahan diri agar tidak terbawa emosi. Di pergi dan setelah itu kami sedikit sekali saling bicara. Sampai-sampai Hengki dan Lalisa bingung bagaimana mendekatkan kami kembali seperti biasanya.

                             ***

Sekarang waktu keberangkatanku ke Belanda, dan aku sudah berada di ruang check in. Supaya gak merasa sendiri aku melihat-lihat foto kami semasa SMA dulu. Sambil berharap aku akan menemukannya dan menghapus penyesalan-penyesalan masa lalu.

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang