Sekarang Bukan "Dulu" Lagi

65 1 0
                                    

*****
2 hari setelah Dery, menge-chat ku.

Seperti biasanya, hari Sabtu, sepulang sekolah kami melalukan bersih-bersih kelas bersama.
Kelas kami, IPA 1, merupakan kelas yang terkenal dengan kebersihan dan ketenangannya.

Saat itu aku sedang menyapu lantai kelas bersama Fhita, salah satu teman dekat ku. Sesampai aku menyapu di pintu tiba-tiba datang Dery dan menghadang ku.

"Iiih, Der, awas ga liat apa orang lagi nyapu?" Ujar ku membentak

"Ah, lagi nyapu ya?"

"Enggak, lagi nyikat lantai"

Entah kenapa, dia usil mengacak-acak sampah dan pasir-pasir yang telah ku sapu susah payah tadi dengan kakinya.
Dia pun tertawa geli, aku langsung memukul kakinya dengan tangkai sapu sebagai senjata.

"Wadaw, woi sakit, berentii" lalu dia mengelak dan masuk ke dalam kelas.

"Ehem, ada yang CLBK ni ya" ujar Fhita yang ternyata sudah dibelakang ku sedari tadi.

"Ah apaan sih", kata ku sambil merangkul lehernya kuat

Setelah selesai, kami mendengarkan beberapa ulasan dari Bu Wina. Setelah itu kamu diperbolehkan pulang.

Tapi, saking kenyamanan dan pertemanan yang kuat kami malah betah dikelas bukannya pulang. Sibuk dengan bermain, berfoto ria dan aku sibuk menonton film baru yang dikirim Fhita ke laptop ku. Aku duduk dengan santainya diteras depan kelas bersama Fhita.

Segerombolan beberapa murid perempuan kelas ku, keluar dari kelas. Lalu mengucap pamit kepada ku dan Fhita yang sedang betahnya menonton di teras.

"Reeiiii, aku duluan ya. Udah mau ujan nih nanti ga bisa pulang" Tisha melambaikan tangan dan jalan bergerombolan dengan teman perempuan yang lain.
Aku mengangguk dan membalas lambaiannya.
Dan ternyata saat ini hanya aku dan Fhita perempuan yang tinggal sekarang.

Aku mengintip dari jendela dan melihat ada beberapa anak laki-laki berada dalam kelas, masih belum pulang dan sibuk bermain pingpong dengan meja kelas yang disusun menyerupai meja pingpong dan sapu yang di apit dengan beberapa kamus sebagai net-nya.

Rafli dan Aldi keluar dari kelas dan menghampiri kami yang tidak lepas pandangan dari laptop, mereka berjongkok disamping ku untuk ikut menonton apa yang kami tonton.

"Pulang lagii woiii" ujar Rafli ditelinga ku

"What the.. pergi sana" ujarku mendorong lututnya dan membuatnya sedikit tersungkur.

"Pli, kebawah beli bakso yuk?" Ajak Aldian

"Kuy"

Aku masih tetap diam dan sibuk menonton setiap adengan bersama Fhita.
Tidak disangka, ternyata Dery sudah ada dikanan ku.

"Nonton apaan si? Serius amat?"

"Nonton Drama" jawab ku singkat

"Ehem, aku nyamuk disini yaa" ledek Fhita. Ia pindah ke atas bangku di sebelah kirinya dan membuka hp dan meninggalkan ku yang sudah awkward.

Aku segera meng-close film yang aku tonton tadi. Saat hendak men-check film-film yang ditransfer oleh Fhita, tangan Dery memegang lengan ku lalu mengajak ku menjauh dari kelas. Sontak saja, aku kaget dan langsung mencoba melepaskan pegangannya.
Namun, namanya laki-laki tentu genggamannya sangat kuat.

"Ikut aku sebentar, ada yang ingin aku bicarakan" ujarnya.

Aku berdiri dan berjalan dengan tangannya masih menggenggam pergelangan tangan ku. Kami berjalan kearah tangga, dia melepas genggamannya dari tangan ku. Irama hujan yang datang seakan menjadi suara latar kami saat itu.

"Aku mau ngomong, kalau aku.."

Belum siap dia berbicara aku langsung memotong kalimatnya yang sudah tertebak.

"Kalau apa lagi?"

"Aku.." dia menundukkan kepalanya seperti sedang mencari kata-kata yang tepat.
"Aku masih sayang sama kamu Rei" ujarnya canggung.

Aku hanya diam dan sambil berpikir bagaimana bisa dia mengatakan kata-kata itu lagi setelah yang dia perbuat. Ia seperti sudah kehilangan harga dirinya didepan perempuan yang pernah dia sakiti.

"Bagaimana yaa?" Jawabku sesantai mungkin.
"Kalau sayang sih pasti masih sayang, tapi kalau kamu mau kita kaya dulu lagi sih aku harus mikir lagi"

Lalu aku mengajaknya kembali menaiki tangga dan berjalan kearah spot yang menghadap lapangan sekolah.

"Aku susah percaya Der, aku ngerasa akhirnya bakal sama" jawabku tanpa basa basi.

Dery hanya diam dengan tangannya yang tergenggam dibiarkan diam di atas tembok pembatas.

Lalu kami berbicara dengan panjang lebar, hingga lupa bahwa kami sekarang ditonton oleh segerombolan anak kelas dari kejauhan.

"Udahan oiii, eheeem" teriak Fhita dari depan kelas kami.

Kami yang terkejut langsung menghentikan pembicaraan.

"Pulang yuk udah sore"

Dery mengangguk dan kami pun berjalan menyusuri lorong ke arah kelas untuk mengambil tas.

Kami bersama-sama berjalan menuruni tangga, tak lupa dengan canda yang terbilang hanya lucu bagi kami. Sesampai digerbang beberapa dari kami berpisah.
Aku, Fhita, Dery dan Genta berjalan ke arah yang sama.
Tak lama, aku harus berpisah dengan Fhita karena Fhita pulang dengan motornya yang dititip dirumah teman sekelas kami juga, Rifa.

Sekarang hanya tinggal Aku, Dery, dan Genta. Bukan kebetulan, tapi memang rumah kami bertiga searah, kami bertiga berteduh di halte menunggu angkot berlabel 09. Tidak lama angkot kami datang, kami memilih duduk bagian belakang. Genta duduk dibangku 5, aku dan Dery duduk dibangku 7.
Selama perjalanan Aku tak banyak bicara, hanya Dery dan Genta membahas sesuatu yang bagiku tidak menarik.

Genta turun lebih dulu dari pada kami, dan sekarang hanya tinggal aku dan Dery.

Sesampainya disebuah persimpangan, kami turun, persimpangan ini  tempat ngetem angkot - angkot yang kadang membuat jengkel para penumpang.
Kami berjalan kearah yang sama, dan melihat sebuah gerobak bakso tusuk.

"Aku mau beli bakso tusuk, kamu beli? Atau mau duluan?" Ujar ku.

"Beli juga deh, lagian hari dingin gini enaknya makan yang kek ginian "

Setelah itu kami berjalan bersamaan lagi sambil memakan bakso yang kami beli tadi. Tak lama, Aku harus berpisah jalan dengannya karena arah jalan rumah kami yang berbeda.

"Dery aku duluan ya" ujar ku sambil sedikit melambai dengan senyum terpaksa.

Dia membalas dengan lambaian tangan sambil terus berjalan.

Jika kau ingin kembali seperti "dulu", maaf, ini sudah waktu "sekarang"
___________________________

Rumah Madelief benar-benar nyaman, cahaya yang masuk malu - malu seakan  menemani.
Aku membuka laptop, mulai untuk menulis satu entri pada blog ku.

Pasti ngeselin ya nunggu per partnya, tapi jangan khawatir, aku bakalan nyiapin ini cerita sampe akhir.
Ada yang nanya juga, ini cerita asli apa murni imajinasi penulis. Kalo menurut readers gimana? Mwehehehe
-Rei 💋

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang