Friend Zone?

111 5 0
                                    

Rei pov
Tak terasa sudah 1 jam kami berbincang-bincang. Sekarang di Belanda jam 1 siang, dari Indonesia aku berangkat jam 10 malam dan sampai jam 12 siang. Yang perlu diketahui Indonesia dengan Belanda berbeda waktu 5 jam, jadi sekarang di Indonesia sudah jam 6 sore.

"Waah bagaimana kita pulang kerumah ku dulu? Aku sudah siapkan makanan dirumah aku masak dengan ayah dan ibu lho" ucap Madelief semangat.

"Really?, masak apa?" Tanya ku

"Haha, lihat saja nanti. Ayo jalan aku bantu bawakan tas mu" ajaknya dan aku pun berdiri sambil menarik koper dan berjalan mengikutinya.

Kemudian kami sampai ditempat parkir. Madelief memencet sebuah remot mobil dan terdengar bunyi dari salah satu mobil sedan bewarna silver. Dia membuka bagasi belakang dan memasukkan tas pegangan ku yang agak besar itu dalam bagasi, lalu dia membuka pintu bagian belakang dan mengangkat koper ku dan menaruhnya diatas kursi. Madelief mempersilahkan ku masuk ke dalam mobil, duduk disampingnya yang membawa mobil.

"Aku jadi penasaran bagaimana teman spesial mu itu, namanya siapa?"tanya Madelief yang sedang menyetir.

"Namanya Frans, biasanya dipanggil Aan. Apa kamu pernah dengar nama itu tidak?

"Hmm, sepertinya  tidak. Apa kamu tau alamat tempat tinggalnya disini?"

"Aku sudah mendapatkan alamat tempat kerjanya, tapi kalo alamat rumahnya tidak"

"Apa ga dihubungi aja? Nomor telphone atau media sosialnya?"

Aku menggeleng lemah "dia tidak pernah mengangkat telfon, membalas email atau pun yang lain. Sepertinya dia benar-benar membenci ku".

Kami berdua diam sejenak. Aku lalu mengalihkan pembicaraan dengan bertanya dimana rumahnya.

"Kita akan ke Utrecht,kalau kita dari bandara kira-kira ke rumah ku jaraknya 47 Km. Mungkin kita sampai dirumah kira-kira 1,5 jam ngebut" jelasnya

Aku mengangguk mengerti, sambil menghadap keluar. Pemandangan diluar benar-benar indah, aku menutup mata ku dan mengingat kembali kenangan ku dengan Ian.

*****

Aku bebaris dibarisan belakang saat upacara bendera. Tiba-tiba dibelakang ku ada Rara yang sudah ngos-ngosan.

"Hampir aja terlambat" sambil memasang topinya.

"Rumah sejengkal aja terlambat"

"Iiih itu adek aku, Faras, banyak ulah kalo pagi" aku tertawa melihat pipinya sudah memerah akibat berlarian kesekolah. "Eh tau ga Dery sekelas sama kita lho, kamu ga risih?" Sambungnya.

"Iiih itu dia kenapa bisa sampai sekelas lagi, arggh, ada golok gak?"

"Hahahahaha, kamu kasian banget ah" ucapnya sambil memukul ujung topi ku "mungkin masih berjodoh tu sama mantan, awas CLBK".

"Ga a-kan" jawabku
Lalu upacara pun dimulai.

*****

Setelah upacara aku langsung berjalan bersama Rara kelantai 3. Sesampai dikelas aku memilih tempat duduk dan sebangku dengan Rara. Aku bercerita panjang lebar sambil menunggu bel masuknya PBM. Tiba-tiba Rara melihat seorang cowok tinggi dan termasuk good-looking masuk ke kelas bersama seorang temannya, Rara yang sedari berbincang dengan ku tadi mengalihkan pandangannya ke cowok itu sampai sang cowok duduk paling belakang dibarisan kami.

"Woi denger gak, dasar, kaya ga pernah nengok cowo aja" ucap ku sambil memukul lengan kirinya.

"Iiih sakit tauuk" balasnya sambil memukul paha ku."ganteng ya"

"Udah move on nih dari Axel?

"Apaan si, jangan ingatin si item itu lagi deh, plis".
"Eh, itu Dery"

"What! shuut, diam" tunjuk Rara kearah pintu kelas aku tidak melihat kearah Dery sedikit pun. Aku pura-pura tidak tahu dan yang pasti tidak mau tau.

Tiba-tiba ada dua orang perempuan duduk diantara kami dan cowok yang ditaksir Rara tadi. Tanpa basa-basi kami langsung berkenalan, dan mereka adalah Shana dan Diva.

Tak lama kemudian guru wali kelas pun masuk dan memberikan arahan, Ibuk Wina, wali kelas baru yang mengajar bidang Matematika.

Jam istirahat pun tiba, aku bangkit dari kursi dan mengambil hp ku didalam tas saat kami akan keluar ada seorang teman sekelas kami, Dia perkenalkan diri, Sovie, dan ia pun ikut bersama ku dan Rara kekantin.
Tapi aku ga melihat tanda-tanda Ian dari pagi tadi. Semoga saja dia sudah menemukan teman baru batinku.

Sesampai dikantin kami memesan sate dan tiba-tiba Ada tangan yang merangkul ku, Ian. Sontak saja aku terkejut dan menoleh ke arah belakang. Aku memukul lengannya, ia tertawa geli saat melihat wajah ku yang langsung cemberut yang kaget atas rangkulan tangannya yang besar dan duduk tepat sebelah kanan ku.

"Kamu makan apa sih? Tangan mu masih kaya stang sepeda ku" ejek Ian

"Kamu aja yang gendutan, tumbuh itu keatas, ga kesamping"

"Woi, Ian, jangan gangguin bebeb aku dong sana, hush hush" usir Rara

"Waah ada mantan item disiniii" ujar Ian menggoda Rara.
"Wah ada teman baru, siapa nih namanya cantik?"

"Ini Sovie, dari SMP X, eh Ian kamu IPA berapa?" Tanya Rara yang sepertinya mengalihkan pembicaraan saat Ian membahas mantannya, Axel.

"IPA 5" lugas Ian  tanpa basa basi.

Aku yang sedari tadi hanya memerhatikan orang-orang sekitar, berharap melihat seseorang yang ku kenal. Sayangnya, wajah baru sangat dominan.
Akhirnya, perhatian ku teralihkan dengan ibu kantin yang membawa 3 piring sate.

"Mau kemana?" Tanya ku pada Ian yang mulai beranjak dari sebelah ku.

"Mau makan sama teman-teman lah" Sambil mengacak-acak rambut ku dan pergi kebangku lain yang agak jauh dari tempatku.

Ian maaf, tetaplah seperti ini. Jangan mengubah arah, aku nyaman di zona ini, sekali lagi maafkan, aku memang egois.

***

Akhirnya setelah 1,5 jam sampai juga dirumah Madelief. Rumahnya memang benar-benar khas Belanda, atap kerucut segi 6 dan jendela yang sangat besar. Kita juga bisa melihat rumah peninggalan zaman Belanda di Indonesia, arsitekturnya sama persis. Dengan taman bunga yang tertata rapi didepan dan aliran sungai kecil yang sangat jernih yang melintas disamping rumah, membuat pikiran pun saat melihatnya tenang.

"Hei, hei, Reii" panggilan Madelief memecah lamunan ku seketika.

"Ah i-iya, aku akan angkat koper ku dulu"

Apakah ketenangan ini akan berlangsung lama? Semoga saja, ya.

Waaaah ini pasti lebih gajelas banget yaa ceritanya. Huhuuu
Jadi aku mau kasi keterangan biar para readers ga kebingungan waktu baca
Soalnya di satu bab ini tuh ada flashbacknya Reika waktu masa SMA.
Jadii kalo pembatasnya ada 5 bintang berarti itu mulai masuk flashback dan kalo ada 3 bintang berarti udah enggak flashback lagi.

Jangan lupa klik bintang dibawah yaa 💋

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang