Semua orang memiliki masalah sendiri-sendiri, entah itu masalah sebagai makhluk sosial, masalah menyangkut sebagai warna negara yang sah, masalah keuangan, dan berbagai masalah lain yang tak terhitung jumlahnya dengan berbagai tetek bengeknya. Sebagai manusia, aku pun tidak lolos dari satu-dua masalah itu.
Hanya saja, masalahku bukan masalah yang biasa dialami oleh manusia kebanyakan.
Ketika masalah yang menerpa hidup manusia hanya seputar hubungan vertikal dengan keyakinan dan horizontal dengan sesama manusia, masalahku ini ... entahlah, mungkin diagonal ... hanya saja hubungan diagonal dengan siapa, aku sendiri juga tidak tahu.
Yang aku tahu, hubungan diagonal ini semakin hari semakin kacau.
Kedengaran baik? Tidak sama sekali.
Yang ada, keadaan malah bertambah buruk, seperti hari ini.
Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan jalanan baru saja dipenuhi kendaraan bermotor. Di atas kendaraan-kendaraan berkanlpot gaduh itu, para pelajar dan wali maupun orang tua mereka naik dan berdesak-desakan di atas jok yang sempit. Dalam balutan seragam rapi, mereka semua berkendara berpencar ke berbagai arah. Di bulan Juli, matahari berada di wilayah condong ke selatan, mengakibatkan pergeseran pergerakan terbitnya matahari sehingga meski sudah jam setengah tujuh, belum ada sinar silau kekuningan di langit kota Bogor, apalagi karena kemarin kota ini baru saja diguyur hujan deras sehari semalam yang membuat jalanan berair, udara dingin, dan angin bertiup menggetarkan tengkuk leher semua orang.
Menurut sebagian orang, ini masih terlalu pagi. Tapi bagiku, semakin pagi dan semakin sepi jalanan, artinya semakin bebas aku bisa berlari.
Seperti hari ini.
Ya, bagi semua orang, hari ini mungkin hari yang biasa, rutinitas yang biasa di hari Senin pagi. Aku sering mendengar sindrom I Hate Monday karena hari ini menjadi hari pertama di hari kerja dan ada banyak orang yang bermasalah jantungnya di hari ini. Mungkin aku termasuk salah satu orang yang bermasalah jantung karena jantungku sering dipacu ke kecepatan maksimum. Sayangnya penyebab jantungku dipacu sampai ke kecepatan tertinggi itu bukan karena sindrom I Hate Monday pun bukan karena jantungku punya kelainan.
Yah, kurasa. Kenapa aku kedengaran tidak yakin? Karena jika aku terus seperti ini satu tahun lagi saja, aku yakin jantungku pasti akan mulai menunjukkan gejala-gejala kelainan.
Menengok ke belakang, aku melihat makhluk-makhluk itu bergerak semakin dekat. Mata-mata merah mereka yang besar dan bulat mendelik ke arahku. Mulut mereka menyeringai, lebarnya membelah wajah mereka jadi dua, membiarkanku bisa melihat deretan gigi mereka, tumpul maupun tajam, berderet rapi seperti jajaran pisau penuh air liur. Lidah hitam muncul dari dalam mulut mereka, menjilati deretan gigi mengilap seperti silet itu sambil mengeluarkan suara kikik tawa paling menakutkan yang pernah aku dengar.
Lima tahun lalu, mereka hanya berupa bayangan samar tembus pandang yang muncul di sekitar orang-orang. Empat tahun lalu, suara-suara mereka mulai terdengar. Tiga tahun lalu, mereka mulai memiliki mata. Dua tahun lalu, mereka mulai memiliki mulut dan sosok bayangan mereka perlahan sirna, menjadi semakin padat dan semakin jelas mengerikannya.
Mungkin ketakutanku terdengar tak berasalan bagi sebagian besar orang, terutama karena ada kasus sepertiku menimpa sebagian orang dan sudah dianggap lumrah di beberapa negara termasuk negara ini. Tapi apa yang aku alami ini berbeda. Mereka bukanlah makhluk seperti yang biasa digambarkan oleh orang-orang yang mengaku punya indera keenam itu. Mereka bukan makhluk yang bisa diusir hanya dengan membaca mantra, mereka bukan juga makhluk yang bisa diajak berdamai hanya dengan mengucapkan salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR [SUDAH TERBIT]
Paranormal[NOIR #1] - [SUDAH DITERBITKAN OLEH FRENDZUKZEZ PUBLISHER! SEBAGIAN ISI BAB TELAH DIHAPUS!] - Mereka mengejarku. Mereka berniat memangsaku, entah karena apa. Lima tahun lalu, langit kota Bogor terbelah. Lima tahun lalu, aku menyaksikan m...