4th

544 63 1
                                    

"Eomma..."

Mingyu berlari menghampiri seorang wanita yang tengah berjongkok di depan ruang ICU sendirian. Wajahnya benar benar kacau, air mata yang membanjiri pipi nya dan rambutnya yang berantakan.

"Mingyu-ah.."

Mingyu langsung memeluk Seungcheol eomma dengan erat dan mengelus punggungnya pelan untuk menenangkan. Mingyu sudah menganggap Seungcheol eomma sebagai eomma nya sendiri begitupun sebaliknya, jadi tak ada rasa canggung diantara keduanya.

"Tenanglah eomma, Seungcheol hyung pasti akan baik baik saja. Aku yakin dia akan bertahan, Seungcheol hyung itu namja yang kuat"

Mingyu tau hal ini pasti sangat berat untuk Seungcheol eomma, mengingat bahwa Seungcheol adalah anaknya satu satunya. Dan Mingyu juga tau betapa sayangnya baliau kepada anaknya.

Ingin rasanya Mingyu menumpahkah air matanya, namun itu hanya akan menambah beban wanita dipelukannya itu. Jadi lebih baik Mingyu menahannya dan bersikap bahwa ia baik baik saja.

"Kim Mingyu?"

Sebuah suara yang cukup familiar itu menginterupsi pendengaran Mingyu. Perlahan Mingyu melepaskan pelukannya dengan Seungcheol eomma dan matanya menelisik mencari sosok tersebut.

"Jeonghan hyung? Dan... Jisoo hyung?"

"Kami baru saja dari kantor polisi"

Jeonghan dan Jisoo terlihat sama kacaunya, mata mereka merah dan membengkak. Mingyu yakin mereka baru saja menangis tadi.

"Kantor polisi? Apa maksud kalian?"

"Kami mencari tau apa penyebab kecelakaan itu. Polisi bilang ada sebuah truk yang hilang kendali lalu menabrak bus, mereka bilang rem truk tersebut blong"

"Lalu kenapa bisa Seungcheol hyung yang justru terluka parah?"

"Saat ingin menghindari kecelakaan itu Seungcheol memutar arah jalannya. Ddan.. dan.. hiks.. ada sebuah mobil yang menabraknya dari belakang"

Kali ini tangis Jisoo pecah, ia tak bisa membayangkan bagaimana keadaan sahabatnya itu sekarang. Mendengar penjelasan dari pihak polisi saja bahkan sudah membuat hatinya teriris. Dan itu juga yang dirasakan Jeonghan, Mingyu, bahkan Seungcheol eomma.

Seorang Choi Seungcheol yang terlihat begitu keren dimata semua orang tapi terlihat begitu konyol dan manis didepan para sahabat dan keluarganya sekarang terbaring lemah di ruang operasi. Entah apa yang dilakukan dokter didalam sampai sampai belum juga keluar selama tiga jam ini.

Menunggu dan terus menunggu, beribu ribu doa mereka panjatkan untuk keselamatan Seungcheol. Sampai akhirnya pintu ruang operasi itu terbuka dan seorang dokter namja keluar dari ruang operasi dengan  wajah yang sulit ditebak.

"Jadi bagaimana keadaan anak saya Uisa-nim?"
"Bagaimana keadaan Seungcheol, Uisa-nim? Dia baik baik saja kan?"

Dan gelengan lemah dari dokter menjawab segalanya.
Tak dapat dipungkiri bahwa hati mereka yang sudah hancur semakin hancur. Bahkan Mingyu yang bersikap sok kuat hanya dapat membekap mulutnya dan menahan air matanya, ia kembali memeluk sang ibu yang terlihat sangat ringkih tersebut.

"Dokter pasti bercanda kan? Anakku pasti baik baik saja kan?"

Wanita itu terus saja mencoba meyakinkan bahwa anaknya baik baik saja, walaupun ia tau bahwa anaknya sedang tidak baik baik saja. Air mata itu kembali menetes membasahi kedua pipinya bahkan ia sudah tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya jika saja Mingyu tidak sedang memeluknya.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha sebaik mungkin"

Dokter itu membungkuk 90° meminta maaf sedalam dalamnya, terlihat raut wajah penyesalan disana.

"Lalu hiks.. apa yang kau lakukan didalam sana selama tiga jam ini? Hiks.."

Suara Seungcheol eomma sedikit meninggi namun Mingyu mengusap punggung sang eomma dengan perlahan mencoba menenangkan. Bahkan Jisoo dan Jeonghan tidak bisa berbuat apa apa sekarang. Ini semua diluar ekspektasi mereka.

"Maafkan kami, kami benar benar minta maaf. Mungkin kami dapat menangani patah pada kaki dan punggungnya tetapi tidak dengan pendarahan pada otaknya"

Semua orang disana terdiam. Pendarahan? Otak? Sebegitu parahkah?

"Saat ini kondisinya masih kritis, dan saya sarankan agar anda segera merujuknya ke rumah sakit yang lebih baik. Beberapa rumah sakit di Jepang atau Amerika pasti akan dapat membantunya. Saya harap anda mengerti. Permisi."

Dokter itu melangkah pergi meninggalkan empat orang dengan wajah tak beraturannya. Pikiran mereka semua kalut, entah apa yang harus mereka lakukan sekarang. Namun perlahan Seungcheol eomma melepas tangan Mingyu dan merogoh kantung coatnya untuk mengambil ponsel dan mencari id nama seseorang disana.

Wanita tua itu menyeka air matanya lalu berjalan menjauh dan terlihat seperti sedang menelfon seseorang dengan ucapan yang begitu serius.

























 




























"Aku akan membawanya ke Amerika"







-TBC-

(Late) Love Letter √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang