2nd

690 63 3
                                    

'J&J'

Inisial yang tertulis di halaman depan undangan tersebut mampu menyayat hati Seungcheol. Hatinya hancur bahkan mungkin sudah remuk menjadi serpihan debu yang terbang bersama angin.

Seungcheol meremas undangan itu dan membuangnya asal. Matanya memanas, tubuhnya lemas dan pikirannya kacau. Apakah penantiannya selama ini akan kandas begitu saja? Akankah perjuangannya akan sia sia begitu saja? Haruskah Seungcheol menyerah, bahkan dengan sahabatnya sendiri?

Tubuhnya merosot, punggungnya bersandar pada tempat tidur, perlahan setetes air mata terlihat mengalir di pelupuk matanya. Berkali kali ia memukul dadanya yang sesak, berharap agar rasa sakit itu sedikit berkurang. Namun nihil, semuanya justru semakin sakit dan semakin menyesakkan.

Perlahan Seungcheol mengingat sesuatu, dia menyimpan suatu barang yang dulu seharusnya ia berikan kepada sahabatnya yang ia cintai itu. Seungcheol berdiri dan mulai menggeledah loker dan lemarinya, sampai akhirnya ia menemukan satu kotak kayu kecil dibawah tumpukan bajunya.

Kotak itu masih bersih, mungkin karena eommanya selalu membersihkan setiap inchi kamarnya saat ia tidak ada.

Seungcheol membawa kotak itu dan meletakkannya diatas tempat tidur. Saat kotak itu terbuka hati Seungcheol seakan kembali remuk untuk yang kedua kalinya. Tangisannya semakin menjadi walaupun tak terdengar suara isakan disana.

Beberapa amplop berwarna biru pastel, warna yang disukai oleh orang yang sangat ia cintai. Beberapa kumpulan surat yang menggambarkan isi hatinya. Namun sampai sekarang ia masih menyimpannya dengan rapi.

Sekejap Seungcheol merasa bahwa dirinya benar benar bodoh, ia merutuki kebodohannya sendiri yang tak pernah memberikan surat surat itu atau bahkan mengungkapkan isi hatinya secara langsung. Dan sekarang ia hanya bisa menatap kumpulan surat itu dengan sendu.

Flashback

Didalam kelas yang bertuliskan tingkat akhir dari masa sekolah menengah atas itu terlihat seorang namja dengan rambut hitam berponinya sedang sibuk menulis sesuatu pada sebuah kertas berwarna biru pastel, saat itu kelas masih sepi hanya ada beberapa siswa yang sudah datang datang. Ohh ingatkan Seungcheol bahwa tak akan ada pelajaran hari ini, karena beberapa minggu yang lalu ujian telah dilaksanakan dan seluruh siswa tingkat akhir hanya harus menunggu pengumuman kelulusan. Dan dalam satu minggu ini hanya akan diadakan class meeting, jadi sebenarnya tidak apa apa bila tidak masuk sekolah tetapi Seungcheol akan tetap masuk sekolah agar dapat bertemu dengan orang yang dia cintai.

Brukk...

"Yakk.. Hong Jisoo bisakah kau datang dengan lebih tenang hah? Kau benar benar bisa merusak kerja jantungku"

Namja tampan itu langsung saja menyembunyikan kertas yang tulis tadi, menyimpannya rapat agar tak ada yang tau apa yang dia tulis. Lalu merubah ekspresi wajahnya menjadi tatapan membunuh pada sahabatnya itu.

"Heii man, aku hanya ingin menyapamu saja. Kenapa kau terlalu sentimen. Kekeke"

Kekehan kecil dari Jisoo mampu membuat Seungcheol-namja tadi-sedikit terpaku. 'Manis'

"Apa kau sebut menggebrak meja adalah cara yang baik untuk menyapa sahabatmu di pagi hari hah?"

Lagi, Seungcheol dalam mode merajuknya dan jangan lupakan bibirnya yang mengerucut lucu. Itu bukan tipe seorang Seungcheol sebenarnya, hanya kepada para sahabatnya saja dia akan seperti itu. Biasanya dia hanya akan bersikap sok keren didepan siswa siswa lain.

"Apa sekarang kau sedang marah kepadaku hmm? Mianhae"

Kali ini Jisoo duduk dibangku sebelah Seungcheol dan merangkaul pundak sahabatnya itu.

"Kau tau bahwa aku tak akan pernah bisa marah kepadamu kan?"

Senyum Jisoo mengembang mendengar ucapan sahabatnya itu, dan melihat Jisoo tertawa Seungcheol pun ikut tertawa bersamanya.

"Wahh aku rasa aku melewatkan sesuatu"

Suara namja dengan tatanan rambut bob yang terlihat cantik itu menghentikan aktivitas kedua namja yang sedang asik tertawa tadi.

"Duduklah. Aku akan pergi kekantin membeli roti dan susu. Apa kalian ingin menitip sesuatu?"

Jisoo berdiri dari tempat duduknya. Ahh tidak, sebenarnya itu adalah tempat duduk Jeonghan si namja cantik itu. Dan Jisoo duduk tepat didepan Seungcheol.

"Susu pisang kalau boleh"

"Aku juga mau kalau kau tidak keberatan, Jisoo-yah"

Seungcheol mengeluarkan jurus puppy eyes nya yang terlihat sangat tidak sesuai dengan kepribadian dinginnya terhadap semua orang.

"Baiklah dua susu pisang, dan hentikan ekspresimu itu Choi"

Jeonghan terkekeh melihat kelakuan dua sahabat nya itu. Lalu setelah melihat Jisoo pergi, Jeonghan mengarahkan pandangannya kepada Seungcheol.

"Jadi?"

"Apa?"

Seungcheol menyernyitkan keningnya bingung, masih berpikir tentang maksud dari namja cantik yang telah duduk disampingnya itu.

"Tentang tawaranmu yang kemarin"

"Melihat teater?"

"Eum, apa kau jadi mengajakku?"

"Tentu saja jadi, apa kau yakin jika aku mengajak Jisoo aku akan betah duduk diam tanpa berbicara sepatah katapun dan hanya melihatnya tidur?"

"Kau benar hahaha.. Emm, tapi kau tidak sedang mengajakku berkencan kan?"

"Kalau iyaa memang kenapa?"

"Dasar bodoh!"

Jeonghan mengalihkan pandangannya dari Seungcheol, dan Seungcheol pun menunduk dengan wajah sendu.

'Aku memang namja bodoh'
.
.
.
Suasana riuh terdengar di seluruh penjuru sekolah, tentu saja karena banyak pertandingan di siang ini jadi tak sedikit juga yang memberi dukungan. Ketiga sahabat itu-Seungcheol Jeonghan Jisoo- melenggang menuju kantin dan berjalan layaknya bintang. Dengan aura mereka yang kuat mampu membuat terpesona siapa saja yang melihat mereka.

"Aku ingin jajangmyeon"

"Aku juga"

"Hei kenapa kau selalu meminta apa yang aku minta, Tuan Choi"

"Karena aku juga ingin, Nyonya Yoon"

Dan satu geplakan telak mengenai kepala belakang Seungcheol. Bahkan Jisoo yang melihatnya ikut meringis.

"Aku ini namja, bodoh"

"Okee baiklah baiklah aku akan ambilkan pesanan kalian. Cari lah tempat duduk dan berhentilah bertengkar."

Jisoo mencoba untuk menengahi mereka agar kedua sahabatnya itu tidak menyebabkan keributan di kantin.

"Baiklah, kau memang yang terbaik Jisoo-yah"

Aura membunuh Jeonghan seketika lenyap menjadi sesosok malaikat bila itu berkaitan dengan Jisoo. Dan akhirnya namja cantik itu pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"Ishh kalian seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar saja jika begini"

Jisoo terkekeh dengan ucapannya sendiri lalu pergi meninggalkan Seungcheol yang masih terdiam dengan pikirannya.

'Sepasang kekasih ya?'
Entah kenapa hati Seungcheol sakit mendengar ucapan Jisoo barusan. Dadanya mendadak sesak, dan hanya Seungcheol sendiri lah yang mengetahui alasannya.














-TBC-

Mulai dari part ini bakalan flashback ke jaman jaman mereka masih sma gitu ceritanya, tapi ntar bakalan balik ke waktu sekarang kok😁😁

Vomment pliss^^

(Late) Love Letter √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang