Saat itu hanya buku yang menemaniku ketika jam makan siang datang. Sebenarnya, ada temanku juga.
Tapi aku merasa tidak begitu.
Semenjak kedatangan Ravid-si murid baru yang suka tebar pesona-fokus para siswi seringkali buyar setiap ia datang.
Ini berelebihan. Tapi para mereka semua memang menaruh atensi cukup besar pada Ravid.
Aku hanya bisa mendengus dari balik novel saat teman-temanku yang berada di meja kantin sama denganku mulai memekik girang kala Ravid dan gengnya memasuki daerah kantin.
Padahal, kupikir si Ravid itu punya wajah yang biasa. Tapi memang sih, berat mengakuinya, ia memang keren. Yah, sedikit.
Aku beranjak dari dudukku. Hanya membaca novel sepanjang jam pelajaran ternyata cukup membosankan. Jadi aku memutuskan untuk membeli minuman. Sepertinya jus jambu akan sangat nikmat.
"Bu, jus jambu satu, ya!" Sang ibu penjual jus pun mengangguk. Tak perlu menunggu lama, pesananku jadi. Aku mengeluarkan selembaran uang untuk membayar. Setelahnya aku berbalik, hendak kembali ke mejaku asal.
Tapi-"Ouch!"
Mataku membulat sempurna. Jus yang belum sempat kuminum tumpah semua!
Baru saja aku ingin mengeluarkan kata-kata pedasku pada Si Penabrak hingga...
"Sorry sorry. Nanti gue ganti deh," ucap Si Penabrak yang tak lain adalah...
Ravid.
"Eh, i-iya, enggak apa."
Sial. Ada apa denganku?!
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challege
Teen FictionCerita ini dibuat untuk memenuhi #31dayswritingchallage