Day 2 - Cekang

20 4 1
                                    

"Hahaha!"

Aku terus merutuki diriku sendiri kala mengingat kejadian memalukan barusan. Sedangkan temanku--Eno dan Dicky--sedang puas-puasnya menertawaiku.

"Harusnya gue rekam," seru Dicky yang membuatku langsung melotot.

"Hmm, siapa ya, yang bilang enggak tertarik sama si tukang tebar pesona aka Ravid?" ledek Eno.

"Gue emang enggak suka!" bantahku. Nyatanya ledekan dari mereka berhasil membuat pipiku memanas. Karena itu artinya aku harus mengingat kembali kejadian setelah insiden tumpahnya jus jambu yang belum kusedot sedikit pun. 

Tadi, seletah Ravid meminta maaf dan berbasa-basi akan menggantikannya, aku justru berkata tidak usah. Lalu dengan cueknya aku kembali berjalan, berusaha melewatinya, dan...

Ugh, harus kah aku mengatakannya?

Jadi saat aku baru berjalan dua langkah, Ravid memanggil namaku.

Kuulang sekali lagi, menyebut namaku. NAMAKU.

Maksudku, bagaimana seorang Ravid yang notabenya anak baru dan populer bisa tahu namaku, si cewek pendiam yang lebih sering bermain dengan tumpukan novel?!

Tentu aku langsung berbalik saat itu. Dan karena ia menyebut namaku, ia membuat keadaan juga menjadi cekang. Lagi-lagi berat mengakuinya, tapi entah kenapa kakiku jadi bergetar dan lemas. Jadi saat aku memutar tumit, hal yang samasekali tidak kuinginkan pun terjadi.

Aku, jatuh dihadapan Ravid.

31 Days Writing ChallegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang