Siapa yang bisa menyangka. Bahkan aku sendiri pun tidak menyangka.
Kemarin, setelah insiden memalukan terjadi, keadaan sepertinya semakin buruk.
Saat aku sedang menahan malu dan berusaha berdiri, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang terulur di atasku.
Mau tebak siapa?
Ya, Ravid.
Bodohnya lagi, aku hanya menatap tangan kekar itu dalam diam. Tidak menerima ataupun lainnya. Itu kesalahan. Karena setelahnya Ravid justru berjongkok di depanku.
Bola mataku rasanya mau meloncat keluar kala menyadari wajah kami hanya berjarak beberapa senti saja.
"Sakit enggak?" Ravid berbisik pelan. Aku hampir meleleh waktu mendengar suaranya yang selembut desahan angin. Tapi kalimat berikutnya justru membuatku ingin menonjoknya langsung. "Eh, salah. Maksud gue, malu enggak?"
Dia bertanya, apa aku malu karena sudah jatuh di depan umum.
Aku menatapnya tajam, seakan menyampaikan disuasi padanya untuk tidak melakukan hal yang lebih menyebalkan.
Siang itu, makan siangku hancur karena seorang Ravid.
---
Halo!
Seperti yang udah kutulis di blurb, kalau cerita ini dibuat untuk memenuhi #31dayswritingchallege jadi per babnya memang berdasarkan kata kunci yang udah ditentukan. Nah aku akan bikin per bab nya nyambung (bukan satu chapter tamat). Tapi satu babnya emang dikit, cuma sekitar 100an word.Ya moga aja keywordnya ga aneh2 biar nyambung ceritanya wkwkwk
Sekian, trimakasih. Ditunggu kritik dan sarannya~
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challege
Teen FictionCerita ini dibuat untuk memenuhi #31dayswritingchallage