Chapter 7

124 6 5
                                    

"Dimana Alex?"

Pertanyaan Kian memecah keheningan di ruangan itu. Tiga pasang mata dari masing-masing insan menoleh, beradu dengan mata biru milik Kian.

Semua bungkam, termasuk Harley. Ia tidak tau apa yang harus dijelaskan pada Kian. Harley takut Kian marah padanya karena tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menjaga Alex.

Harley meneguk ludahnya, "Sebenarnya-"

"Apa mungkin dia menyasar?" potong Kian sebelum Harley menyelesaikan kalimatnya.

Harley kembali diam. Ia berpikir ulang dengan keputusannya memberitahu Kian. Ia hanya takut kejadian sebelumnya terulang lagi.

***

"Hei," sapa Kian saat memasuki kamar Georgia. "Makan siang?"

"Matahari hampir terbenam, Kian." Georgia tersenyum.

Kian duduk di pinggiran kasur Georgia dengan nampan yang dibawanya.

"Aku minta maaf karena makan pagimu tadi telat, itu semua karena ke-tiga gadis aneh yang membuat keributan membuat aku harus turun tangan. Dan aku tau, jika aku beri kau makan lagi di jam makan siang, kau masih merasa kenyang karena makan pagi yang terlambat. Jadi-"

"Kian," sela Georgia.

Kian menghentikan ucapannya dan terdiam. Sedetik kemudian ia tersenyum salah tingkah. Ia baru menyadari bahwa ia terlalu banyak bicara.

Kian menaruh nampan yang ia bawa di atas paha Georgia. "Mau aku suapi?"

Georgia tersenyum dan menggeleng pelan. Kian menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Mata sayu Georgia menatap sup di atas pahanya dengan datar. Tatapan itu membuat Kian menjadi tidak percaya diri.

"Kau tidak suka supnya?" tanya Kian yang dibalas tatapan terkejut Georgia.

"Tidak, hanya saja-"

"Apa?" potong Kian cepat.

"Ini masih panas." Lagi, Kian dibuat salah tingkah oleh Georgia. Kian memalingkan wajahnya karena tidak ingin Georgia melihat pipinya yang memerah karena malu setengah mati.

Matahari terbenam digantikan dengan rembulan bersama langit hitamnya. Georgia sudah menghabiskan makannya beberapa menit lalu.

Kian bangkit membawa nampan, "Aku akan kembali membawa obat untukmu."

Georgia mengangguk, setelahnya Kian melangkah menuju pintu.

"Kian," panggil Georgia. Kian berbalik untuk melihat Georgia yang sedang tersenyum lebar. "enak."

Kian tersenyum, "Terimakasih."

Georgia terus menatap pintu yang telah tertutup rapat. Ia rasa sikap Kian cukup menggemaskan. Tiba-tiba senyuman hilang di wajah manisnya. Ia kembali memikirkan keadaannya dalam rumah ini. Ia merasa ia hanya merepotkan keluarga yang ada di dalamnya. Ia tau bahwa Harley adalah adik Kian, juga Tom dan Alex yang sudah lama tinggal bersama mereka, Kian yang menceritakannya. Mereka saling bertukar cerita. Namun masih dalam garis besarnya saja, masalah yang terlalu pribadi masih menjadi rahasia masing-masing.

Berawal dari Tom yang menemukannya di saat paling sulit baginya. Ia setuju untuk ikut kelompok berburu Tom hanya dengan tujuan untuk bertahan hidup. Tapi sekarang ia malah terjebak rumah, itu terlalu berlebihan menurut Georgia. Ia kadang menyesali dirinya yang bodoh karena melupakan tujuan awalnya.

Georgia sedikit tersentak saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Sesuai janjinya, Kian kembali dengan membawa obat untuk Georgia.

Ruangan itu sepi. Georgia sibuk dengan aktivitasnya meminum obat dengan Kian yang menemaninya. Mereka hanya saling tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.

InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang