Chapter 2

136 7 1
                                    

"Keluar atau temanku akan membakar kalian hidup-hidup."

Harley dapat mendengar cukup baik. Bahkan ia tahu bahwa ada lebih dari satu orang yang sedang memperhatikannya dengan Tom. Benar saja, dua pemuda keluar dari balik pepohonan, yang satu wajahnya pucat, dan yang satunya menatap dengan tatapan menyelidik.

"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan?" Harley mengarahkan panahnya pada mereka dan berdiri di hadapan Tom yang sedang bermain dengan ranting dan menatap kedua pemuda itu. Pertanyaan yang penting menurutnya. Dia harus melindungi Tom, bukan karena Tom tidak bisa menjaga dirinya, dia hanya terlalu bodoh karena selalu mengatakan sesuatu yang terlintas di pikirannya, tanpa filter. Berkata jujur memang baik, tapi berkata jujur tentang identitas Tom itu tidak baik. Karena Tom merupakan buron yang nyaris membumihanguskan seluruh desa di negeri mereka, karena kekuatan yang dimilikinya.

"Maaf?" Pria yang lebih pendek bertanya. "Bukankah seharusnya kami yang bertanya pada kalian, karena pakaian kalian sedikit aneh dari penduduk biasanya. Siapa kalian?" Kali ini pemuda itu menodongkan pedangnya.

Harley tahu mengatakan kebohongan tidak akan semulus itu, tapi ia harus. Harley memasang ekspresi datar dan menurunkan panahnya agar terlihat meyakinkan, "Kami pengembara, sedang berburu. Kami berasal dar--"

"Gwrtheyrn, senang bertemu dengan kalian!" Tom memotong ucapan Harley dengan santainya. Ia kembali mengukir kayu pohon dengan anak panah, meninggalkan Harley dengan keringat dingin dan perasaan campur aduk.

"Gwrtheyrn, bukankah itu kampung halamanmu, Shane?"

Shane tak menjawab, hanya berjalan mendekati tubuh seorang wanita yang tak lagi bernyawa. Dia berjongkok di sebelah tubuhnya, "Its Gillian."

*

Seorang gadis sedang membenahi pakaiannya di balik semak-semak, selesai melakukan panggilan alam.Tiba-tiba saja ia mendengar suara teriakan seorang wanita yang cukup nyaring, membuatnya hampir terjungkal.

"Berisik sekali!" omelnya. Namun sesaat kemudian ia ingat bahwa kedua temannya sedang berburu, jadi dia kembali santai. "Tapi, sejak kapan suara babi hutan seburuk itu?"

Masa bodoh, pikirnya. Ia berjalan menyusuri hutan untuk kembali ke tempat di mana ia membuat jebakan untuk hewan. Sesampainya disana, ia tidak menemukan hewan yang terrangkap jebakan yang ia buat, maupun teman-temannya. Dia lantas mengangkat bahu dan memilih tidur di bawah pohon.

Ia membelalakan matanya sesaat setelah ia menutup mata. Ia mendengar suara geraman dari samping kanannya, cukup keras. Dia menoleh perlahan dan menikmati betapa indah cara maut hendak mencabut nyawanya melalui seekor harimau. Dia tersenyum sebentar lantas berlari sekencang-kencangnya, tak lupa berteriak.

Dia akhirnya menemukan teman-temannya tak jauh di depannya. Namun harimau di belakangnya tak mau menyerah. Salah satu temannya, Harley, memanah sang harimau dan dia selamat.

***

Mereka semua duduk seraya merentangkan kaki. Tak ada yang berbicara, masing-masing dari mereka mencoba mengatur napas.

"Sumpah, aku tidak tahu kenapa kita berlari," ujar Alex. Kedengarannya bukan seperti kalimat tanya, tapi dari nada bicaranya ia menuntut penjelasan.

"Temanmu mendengar langkah puluhan orang yang datang. Dan gadis yang terbunuh tadi ialah seorang Putri, seorang putri tidak mungkin pergi keluar sendirian, apalagi dia masuk ke hutan. Kesimpulannya, mereka adalah para pengawal, kita harus menjauh atau tertangkap," jelas Pria yang lebih tinggi.

Hanya Tom yang napasnya masih belum teratur. Ia berbaring terlentang menatap daun-daun pohon yang melindunginya dari cahaya matahari secara langsung. "Itu cukup melelahkan."

InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang