#2 Aliquem Videre

26 5 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 07.30 saatnya aku memulai kehidupanku.

*****

Pagi ini udaranya begitu sejuk dan jalanannya ramai lancar, tidak seperti biasanya yang macet. Aku melihat traffic light sedang berwarna merah. Sambil menunggu, aku melihat keadaan kota di sekelilingku.

Tanpa sengaja aku melihat seorang nenek tua yang sedang duduk di pinggir trotoar dengan pakaian compang-camping, mengenakan sandal jepit yang sudah usang, dan topi dengan bentuk kerucut yang terbuat dari bambu. Setelah lampu sudah berwarna hijau aku mulai menjalankan motorku.

Sampailah aku di sekolahku. Untunglah tidak terlambat karena jika sampai terlambat aku akan dihukum oleh guru penjaga.

Saat di koridor sekolah aku mendengar seorang perempuan sedang memanggil namaku.

"Luuuvv, luuvixci tunggu, tunggu aku luv!". Teriak perempuan itu dari arah belakang.

Perempuan itu berlari dengan nafas yang terengah-engah.

"Hei luv, kamu dengar tidak sih aku memanggilmu dari tadi".

"Oh, kamu memanggilku memangnya ada apa?". Kataku dengan ekspresi datar tanpa ada perasaan bersalah.

"Maaf ya sebenarnya aku mendengarmu hanya saja aku malas untuk menemuimu Zan". Kataku dalam hati

©©©
Oh iya perkenalkan perempuan yang memanggilku tadi bernama Zinia Daftyn alian Zan.

Anaknya lucu, ceria dan kita satu kelas, tapi sayangnya dia agak cerewet.

Tidak hanya ke teman-temannya saja, tapi guru-guru di sini pernah mendapat Omelan tajam darinya, yang membuat dia diskors sampai 3 hari lamanya. Meski begitu dia anak yang baik dan ramah.
©©©

"Tidak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kelas, nanti terlambat". Kata Zan dengan antusias

"Hmm". Kata ku dengan nada yang tidak kalah antusiasnya.

Tidak berapa lama kami sudah sampai di kelas. Untunglah guru belum masuk ke kelas kami.

Pelajaran pertama hari ini adalah Biologi dan Kimia, kebetulan kedua pelajaran itu adalah pelajaran kesukaanku.

Entah kenapa aku bisa menyukainya. Mungkin karena guru pengajarnya yang asik dan juga menyenangkan.

Jam pelajaran pun di mulai. Aku memperhatikan pelajaran dengan seksama. Tiba-tiba salah seorang temanku memanggilku.

"Hust, hust luv, luvicxi. Hoy!! ".

"Hih dia mengganggu ku saja. Ngapain sih tu anak!". Kata ku dalam hati

"Iya, kenapa Den?". Jawabku dengan nada sedikit kesal.

"Loe habis ini ke kantin kan?". Tanya Deniel dengan rasa ingin tahu.

"Iya, kenapa memangnya? Kamu mau ikut sekalian?". Tanyaku dengan nada mengejek.

"Ya enggak lah. Ngapain gue ikut yang ada ntar di kira penguntit loe lagi". Jawab Deniel dengan nada sedikit kesal.

"Ya udah klo gitu". Jawabku dengan nada datar.

"Eh gue nitip boleh gak? Gue males ke kantin nih. Nanti banyak cewek yang deketin gue lagi. Please mau ya. Tolong bantu gue lah sekali-kali, loe kan sahabat baik gue. Masak gak mau. Ayolah luv!! ". Jawabnya dengan nada yang memohon-mohon.

"Lebay banget sih nih anak, sok kecakepan, baru di deketin perempuan aja udah nyuruh-nyuruh. apa lagi klo udah jadian sama tu perempuan, yang ada aku jadi pembantunya dia juga kali". Kataku dalam hati

"Hei, kalian berdua kalau mau ribut, ribut aja di lapangan, jangan di kelas saya. Kalau mau melanjutkan silahkan keluar sekarang juga!!! ". Kata guruku dengan nada marah.

Sontak semua siswa di kelasku menatap ku dan Deniel.

"Tidak, pak". Jawabku dan Deniel secara bersamaan.

"Bagus, sekarang perhatikan papan tulis!. Baik yang lainnya buka halaman 275!". Kata guruku

"Hish gara-gara kamu nih. Aku jadi kena marah juga kan.". Kataku dengan kesal.

"Maaf, maaf tapi loe mau kan?" tanyanya yang masih penasaran.

"Enggak, kalo mau, ke kantin aja sana sendiri. Aku gak mau disuruh-suruh sama kamu". Kataku menyindir.

Deniel hanya cemberut dan sontak ekspresinya membuatku ingin tertawa.

©©©
Deniel adalah salah satu sahabat dan juga teman sekelasku. Dia datang dari Korea karena pertukaran pelajar. Dia tinggal dengan saudara sepupunya di sini.

Dia tampan dengan mata berwarna hitam, kulit putih dan rambut berwarna hitam legam. Dia tinggi, pandai bermain musik dan juga bidang olahraga, nilai mata pelajarannya rata-rata. Dia juga sudah fasih berbahasa Indonesia.

Sayangnya sifatnya yang suka memainkan hati setiap perempuan di sekolah dan juga sedikit berandalan membuat ku ingin memukulnya. Agar dia sadar, tapi kadang kala dia adalah sahabat yang penuh dengan perhatian.
©©©

Bel istirahat pun sudah berbunyi. Saatnya semua siswa menuju ke kantin.

Aku melihat Deniel sedang duduk
sambil mendengarkan musik sedangkan kakinya ditaruh di atas meja. Aku menghampirinya dan bertanya.

"Kenapa enggak ke kantin? Takut di deketin perempuan. Yaelah biasanya juga gimana sama perempuan". Kataku dengan nada mengejek.

"Kagak ah, males gue. Udah bosen sama yang gitu-gitu doang". Jawabnya dengan nada malas.

Tiba-tiba salah seorang temanku lewat lalu Deniel menyuruhnya untuk membelikannya roti dan air mineral.

"Hey you, sini bentar. Gue nitip roti sama air mineral, nih uangnya". Katanya dengan gaya seperti bos.

"Hey, kamu gak bosan ya menyuruh orang lain demi kesenanganmu sendiri. Ghino jangan mau di suruh-suruh sama dia atau kamu yang akan aku laporkan ke guru". Kataku dengan nada mengancam sambil menunjuk ke arah Ghino.

"Maaf ya tapi aku gak mau kena masalah sama guru". Jawab Ghino dengan nada sedikit menyesal.

"Hih, kenapa sih loe selalu melarang gue? Emang loe siapa? Orang tua gue?". Tanyanya dengan nada kesal.

Segera setelah itu Deniel meninggalkan luvixci dan Zan.

"Sudahlah Luv, biarkan dia dulu. Nanti dia juga bakal sadar sendiri". Kata Zan menasehatiku.

Melihat ekspresinya yang sedang marah kadang aku menyesal atas sikap ku tadi tapi itu demi kebaikannya, karena dia salah satu sahabatku.

"Hmm, iya Zan kau benar juga". Jawabku.

Lalu Luvixci dan Zan segera pergi ke kantin.

To Be Continue ...


Maaf klo baru sampe itu aku usahain untuk chapter selanjutnya udah sampe intinya.

Soalnya di sini aku pingin nampilin kehidupan sehari-hari agar sedikit serasa real gitu.

Maaf klo ada yang kurang suka.
Tolong masukannya ya


Like and voment ya kawan.

Nb : Saran dan masukkan akan
diterima untuk mengembangkan kreativitas.

Oke see you~~

#magicviolin

Magic ViolinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang