Chapter II - Mulai dari Kota ini

14 1 0
                                    

Gedung-Gedung pencakar langit bertebaran diseluruh kota ini. Tingginya bahkan bisa menyentuh awan-awan. Kota metropolitan yang tak akan pernah tidur. Selalu terdengar riuk bising disetiap sudut kota. Mulai dari klakson mobil bahkan tangisan anak bayi yang selalu meramaikan suasana kota ini.

New York City.

Kota yang banyak membuat keajaiban didalamnya. Penemuan yang sering terjadi, teknologi tercanggih dan terbaru ada dikota ini. Bahkan tak heran terkadang banyak juga para gagasan ilmu yang baru dilahrikan disini. Semua ilmuwan, cendikiawan, guru-guru dengan IQ teringgi. Membuat kota ini menjadi puncak yang patut diraih diseluruh dunia.

Toko-toko yang bertebaran juga ada disini. Mulai toko roti, toko yang menjual banyak perabotan rumah tangga, toko yang menjual sayur-sayuran dan bahkan toko yang menjual berbagai macam senjata api juga diperbolehkan berjualan dikota ini.

Kota yang tak mengenal waktu, tetapi berusaha mendapatkan banyak waktu untuk dirinya. Tak mengenalnya akan tetapi menginginkannya. Para pengusaha yang bekerja non-stop 24 jam. Namun tetap meminta lebih banyak waktu. Mengeluh tentang waktu yang diberikan. Oh Tuhan, apakah kau begitu kejamnya sehingga memberikan ku sedikit waktu ini?. Itulah selalu yang mereka keluhkan setiap harinya. Mereka bahkan mempunyai slogan "Time is money" yang artinya jika mereka mempunyai lebih banyak waktu maka akan banyak pula uang yang mereka hasilkan.

Uang.

Manusia akan berubah menjadi sifat yang berbeda jika berbicara tentang uang. Uang bahkan menghasilkan kekacauan yang berlimpah. Tumpah darah, peperangan, dan juga tangisan dimana-mana. Waktu adalah Uang. Apakah berarti dengan itu, semua ini kesalahan dari Waktu?. Semua akan tau dengan sendirinya.

Dikota ini, orang hanya sedikit memalingkan wajahnya kepada Sang Waktu. Namun, di kota ini seseorang yang terpilih dari Sang Waktu akan merubah pandangan dunia. Menjelajahi berbagai dimensi ruang dan waktu. Mengendalikan waktu hingga mengalahkan Sang Penghancur Waktu. The Destroyer of Time.

*********

Disebuah toko roti yang terletak di sebuah persimpangan jalan. Terlihat hari ini para pekerja toko roti itu sedang sibuk-sibuknya. Melayani ratusan penikmat roti yang rela menunggu dan panas-panasan mengantri. Mengapa tidak? Toko Roti ini adalah yang paling terkenal di New York. Sebab dapat memanjakan lidah dan nafsu para pembelinya dengan roti buatan mereka yang sangat lezat. Entah mantra apa yang dipakai mereka sehingga banyak sekali pelanggan yang jauh-jauh datang hanya demi mencicipi sepotong roti panggang milik mereka.

"Hei Mark.... Cepat antarkan pesanan ke meja nomor dua-puluh-satu ini! Aku tak mau mengecewakan mereka" kata seorang lelaki paruh baya dengan kumis tebal dan suara seraknya.

"baiklah Henry,.... Hei Liana, apakah kau sudah membuatkan Pesanan untuk Meja di pojok sana?" kata Henry. Pria ini mempunyai rambut yang acak berwarna pirang. Penampilannya kelihatan Cool, Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya dia adalah penyuka sesame jenis.

"Dasar kau cerewet..!! aku sudah membuatkannya, kau saja yang lama sekali mengantarkannya kepada kedua orang jepang dipojokan itu" Liana adalah seorang Single Parent. Dia mempunyai satu anak. Suaminya menceraikan dia ketika sedang mengandung anaknya itu dan lelaki bangsat itu malah menikahi perempuan lain lagi.

"Haduuuuhhh,,, Pelanggan kita sangat banyak sekali minggu ini. Aku bahkan tak bisa membuat minuman yang begitu banyak mereka pesan hanya dengan kedua tanganku ini" keluhan yang sedang dilontarkan oleh Billy. Seorang Pria paruh baya yang merupakan adik tiri dari Henry. Ketika Henry berusia 8 tahun, setelah ibunya meninggal 3 bulan sebelum Ulang tahunnya, ayah Henry menikahi seorang janda dengan anak satu yang masih berusia 6 tahun. Dan itu adalah Billy yang akrab disapa Bill atau Pak Tua Bill.

The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang