18. Aku Harus Bagaimana?

25 2 0
                                    


Langit sudah mulai merubah warnanya yang tadinya terang benderang sekarang mulai meredup suram tapi hal itu tak mempengaruhi seseorang yang tenggah duduk terdiam dibangku taman sore itu.

Seseorang itu adalah Anarci, ia duduk termenung seorang diri semenjak matahari masih teriknya bersinar sampai matahari pergi menjauh, dirinya masih seperti itu, seolah ia adalah sebuah patung.

Tak menghiraukan suasana sekitarnya. Anarci tenggelam dalam kemelut pikirannya sendiri. Larut terlalu dalam.

>> Beberapa jam yang lalu ...

"Ada apa, Bu? Tumben ngajak aku makan diluar, biasanya jugakan makan bersama dirumah." Anarci menyelesaikan acara makannya. Ia lalu menatap Bu Dian, menunggu jawaban.

Dian menyodorkan secarik kertas, terlihat jelas jika kertas itu sudah lama dilihat dari warna kertas itu sendiri yang sudah mulai mengkuning.

Anarci menerima kertas tersebut dengan tatapan binggung. Ini kertas isinya apa ya?

"Bacalah." perintah Dian.

Anarci mengangguk. Dengan perlahan Anarci membuka dan membaca secarik kertas tersebut. Setelahnya raut wajah Anarci berubah sendu, bulir-bulir bening telah menumpuk di pelupuk matanya itu, tinggal menunggu saatnya jatuh saja.

Untuk semuanya, terutama kamu- Anarci. Sayang ku, selamanya.

"Kamu pasti kaget dan juga bertanya-tanya, kenapa aku menulis surat ini. Entah bagaimana aku mengutarakannya, tapi aku menyakini bahwa waktuku di dunia ini tak akan lama. Dan karna itu pun Aku yakin aku tak akan bisa bertemu atau berbicara lagi kepada mu... Sayang.

Maka ku buatlah surat ini.

Ku harap kamu tak bersedih atau bahkan sampai menangis saat membaca surat ini. Karna aku paling gak suka melihat mu menangis. Mau tau alasannya? Karna airmata mu terlalu berharga dan juga kalau kamu menangis, kamu terlihat semakin jelek, hahaha.

Aku ingin kamu selalu ingat dan yakini, 'Bahwa dari dulu sampai akhir hayat ku ini hanya ada kamu seorang yang selalu dihatiku, tak ada yang lain. Selalu kamu.'

Maaf, aku tak bisa mewujudkan impian kita. Maaf, aku tak bisa menepati janji ku kepada mu. Dan maaf, jika aku pergi lebih dulu. Tapi, kamu jangan merasa sendiri karna masih ada Ibu dan juga Kak Rendi. Yang akan menggantikan ku menjaga dan menyayangi mu selalu.

Aku mempunyai satu permintaan.

Permintaan yang ku harap kamu dan semuanya bisa menerimanya.

Permintaan ku itu adalah...
'AKU INGIN KAMU BERSAMA DENGAN KAK RENDI. MENIKAHLAH DENGANNYA.

Dia kakakku yang terbaik, ia tak akan mengecewakanmu bahkan sampai menyakitimu. Aku sangat percaya kepadanyaa, ia tak akan begitu.

KU HARAP PERMINTAAN KU ITU BISA TERKABUL...

Cinta bisa hadir dengan berjalannya waktu, kamu hanya perlu memberinya kesempatan untuk menumbuhkan cinta itu.

Aku tak ingin kamu sendirian setelah aku tak ada disisi mu lagi.

I LOVE YOU ANARCI SARI.

Dan Kau 'Kakak ku yang paling ganteng.

AKU TITIP ANARCI KEPADA MU, JAGALAH DIA, SEPERTI KAMU MENJAGA KU. TAPI, SAYANGI DIA LEBIH DARI KAMU MENYAYANGI KU.

Kecup manja dari yang tersayang..😘

Ryan- Aku sayang kalian semua.
_ _ _

Setelah membaca surat tersebut.
Air mata itupun turun dengan begitu derasnya. Anarci sedih dan juga bingung.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Saat pikirannya kalut seperti saat ini, dirinya malah terbayang akan pertemuannya pertamanya dengan Denis malam itu dan juga pernyataan Cinta Denis untuknya.

"Sebelum Ryan menghembuskan nafas terakhirnya, ia menitipkan surat itu ke Ibu. Dirinya berpesan untuk memberikan kepadamu pada saat yang tepat dan Ibu rasa saat yang tepat itu ya saat ini. Ibu sangat berharap kamu bisa memwujudkan permintaan Ryan itu." Dian lalu menggenggam tangan Anarci, raut wajahnya terlihat sedih.

"Jangan menangis." ujarnya.

Anarci lalu berdiri, "Maaf Bu. Aku lupa. Aku masih ada urusan lainnya. Permisi."

Anarci lalu pergi, dirinya tak mengendahkan panggilan Dian yang memintanya untuk berhenti.

☘️☘️☘️☘️

Setelah terdiam cukup lama akhirnya Anarci beranjak dari tempat duduknya. Suasana taman saat ini sudah sepi, angin malam yang dingin berhembus dengan perlahan. Ia menghirup udara sedalam-dalamnya lalu menghembuskan secara perlahan. Selama beberapa saat itulah yang ia lakukan.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari taman itu berjalan secara perlahan ke sebuah tempat.

Sebuah tempat yang dulu membuat dirinya nyaman dan damai jika berada disana dan mungkin sampai saat ini pun masih sama. Nyaman dan damai.

"Aku sekarang harus bagaimana? Aku bingung." Anarci mendongak, menatap bintang-bintang yang bersinar terang diatas sana, "Kenapa kamu memberi ku pilihan itu."





 I LOVE YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang