22. Cinta Kamu

22 3 0
                                    

Semenjak kejadian malam itu. Sikap Denis terhadap Anarci sedikit posesif. Denis slalu ikut kemana pun Anarci pergi. Ya terkecuali kekamar mandi tentunya. Seakan-akan Anarci seorang tahanan. Yang jika tak di ikuti akan lepas dan hilang melarikan diri.

Atas sikap Denis yang berubah dratis itu membuat Anarci bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya yang terjadi? Sikap Denis dulu tak begitu.

Lamunan akan Denis buyar karna suara handphone miliknya sendiri.

"Halo." jawab Anarci pelan.

"......"

"Bisa. Kapan dan dimana?"

"...."

"Oke! Nanti aku pasti datang." lalu Anarci menutup telfonnya.

Tanpa disadari oleh Anarci, Denis ternyata sudah berada di belakangnya saat ini. Diruang pantri bersamanya. Pria itu bersandar dilemari pendingin, menatap dirinya tajam. Terlihat marah.

"Astaga!" Anarci menggelus dadanya karna kaget, "Kamu tuh ya! Ngagetin orang aja." omelnya.

"Oh.. gitu ya, dari tadi aku cariin ternyata ada disini, sedang asyik telpon- telponan." Denis menatap Anarci makin tajam, "Telponan ama siapa, tadi?" selidiknya.

"Telpon dari kak Rendi." jawab Anarci malas, sikap Posesif Denis mulai lagi.

"Rendi?" Denis menaikkan sebelah alisnya, meminta jawaban selengkapnya dari Anarci.

Anarci menghela napasnya pelan.

"Kak Rendi meminta ku menemaninya makan malam di lestoran biasanya malam ini." Anarci menyodorkan segelas teh hangat ke arah Denis yang sedang diliputi emosi saat ini.

"Makan malam bersama? Dalam rangka apa nih?" Denis bertanya dengan menikmati teh hangatnya.

Anarci mengangkat bahunya tanda ia tak tahu, setelahnya ia beranjak pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Denis dengan pemikirannya sendiri.

☘️☘️☘️☘️

Anehnya, walaupun sedang marah Denis masih saja mau mengantarkan Anarci pulang ke apartemennya. Tapi, saat Anarci hendak masuk, Pria itu menahan tangannya.

"Nanti aku akan jemput kamu, kita pergi bersama saja." ajaknya.

Anarci lalu berbalik menatap Denis kemudian.
"Menjemput ku? Pergi bersama? maksudnya?"

Denis menghela napas pelan, "Aku akan mengantarmu ke lestoran itu. Kamu jangan khawatir, aku gak akan ganggu kok. Soalnya juga aku ingin kesana. Sekalian bareng. Ku dengar makanan disana katanya enak - enak, aku ingin mencobanya." ujarnya.

Anarci mendengus kasar, "Alasan saja."

Ia menatap Denis dengan tatapan sayu, setelahnya ia berkata, "Sebenarnya ada apa sih, Denis?" tanyanya pelan, "Aku merasa akhir-akhir ini sikap mu berubah." ujarnya menambahkan.

Denis lalu meraih kedua tangan Anarci dan menggegamnya.

"Maaf, jika sikap ku akhir-akhir ini membuat mu kesal, marah dan juga terkengkang. Tapi, aku lakuin semua itu karna aku takut kehilangan mu." jelasnya, Denis menundukkan kepalanya. "Sebenarnya dari dulu aku sudah suka sama kamu. Aku sayang ma kamu. Cinta juga ma kamu, entah awalnya rasa itu hadir kapan, aku pun tak tau. Yang aku ketahui dari dulu dan sampai sekarang bahwa rasa itu tak pernah hilang dari hati ini. Malah mungkin, saat ini, rasa cinta itu makin besar terhadap mu. Sehingga membuat ku takut kehilangan mu." lanjutnya.

Denis lalu mengangkat kepalanya kembali, menatap Anarci penuh cinta, "Aku sangat mencintai mu Anarci. Dari dulu, sekarang dan mungkin sampai kapan pun. Aku akan tetap mencintai mu dan tak akan berubah."

Anarci terpaku, kaget atas pengakuan Denis saat ini, kedua matanya pun sampai berkaca-kaca karna terharu-tersentuh. Dirinya merasa bahagia saat ini.

"Sekarang aku sedikit lega karna sudah bisa mengungkapkan rasa hati ku selama ini ke kamu tapi kamu jangan khawatir, aku gak akan meminta jawabannya saat ini juga kok. Aku hanya ingin kamu tau bahwa si ganteng ini mencintai mu. " ucap Denis percaya diri. Sedikit bergurau mencairkan suasana.

Anarci tersenyum karna gurauan Denis itu.

"Ku harap setelah kamu tau isi hati ku ini, kamu tak akan menjauhi ku. Syukur-syukur sih makin deket ke aku." Denis tertawa pelan, "Karna jauh dari mu, hidup ku ini rasanya tak ada artinya." ucap Denis penuh keseriusan. Terlihat jelas bahwa ucapannya itu bersungguh-sungguh.

Anarci hanya tersenyum dan selalu tersenyum akan semua hal ini. Pengakuan ini. Kebenaran ini. Yang sangat mengejutkannya.

"Ya sudah, nanti pukul delapan kurang aku sudah berada disini. Tak ada penolakan apapun." ancam Denis.

Setelahnya Pria itu mengecup kening Anarci. "Love You." ucapnya kembali. Lalu pergi.

Anarci terdiam setelah mendapatkan kecupan dikeningnya, tapi setelahnya ia tersenyum kembali.

 I LOVE YOU (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang