Pulang dengan baju kusut,dan bagian lengan baju yang robek,rambut yang dikuncir rapi saat akan berangkat sekolah,malah seperti sapu ijuk sekarang.sepatu baru yang dibelikan vena kemarin, sudah dipenuhi dengan lumpur menjijikkan karena di lempar aldo ke got depan sekolah.
tanpa salam atau mengucap apapun Alfi langsung masuk dan naik ke lantai dua menuju kamarnya,mengganti seragam dan membersihkan seluruh tubuhnya.kemudian turun untuk makan siang,seperti tidak terjadi apa apa.
"Gimana sekolahnya pi'?" vena,ibu alfi bertanya tanpa memerhatikan atau bahkan melirik wajah anak satu satunya itu." buruk maaa.... Alfi mau pindah aja , orang orangnya pada jahat semua,masa tadi ram.."
Telfon rumah berbunyi memenggal curahan hati Alfi, vena langsung bangkit dari duduknya untuk mengangkat telfon.
Alfi melanjutkan makannya.ia tidak merasa kesal sama sekali karena sudah merasa wajar dengan kesibukan sang mama.
Vena berlari mengambil tasnya kekamar." kunci mobil dimana pi'?" teriaknya dengan tergesa gesa. " mama letak dimana? Mana api' tau ,biasanya juga naruh di meja kamar ....." alfi menyahut setelah menenggak 2 gelas air putih sebagai penutup makan siangnya.
" mama pergi dulu ya, mungkin nanti pulangnya bakal kemaleman,jam sepuluh kamu udah harus tidur,oh ia gak ada acara pindah pindah sekolah.mama sibuk,ribet banget tuh ngurusin surat suratnya.jangan lupa makan, ingat ,kamu harus rubah diri kamu sendiri ,jangan mau dipandang cewek lemah.mending orang mandang kita cewek jahat daripada diinjak injak sama mereka oke sayang.kamu tu harus semangat,udah kelas tiga SMA.masih kayak anak kecil aja ngadunya."
" tapi ma.. "
" gak ada tapi tapian, mama pergi dulu bye..." vena melenggang pergi setelah memotong kata kata alfi.
" ya ampun simama dengerin aku kek ah" alfi bersungut sambil mengantar mamanya kedepan." mama bukan kakek kakek pi'"
Vena menjawab setelah ia memasuki mobilnya dan langsung pergi tanpa kata kata perpisahan lagi.
Alfi masuk dan mengunci semua pintu, ia langsung pergi kekamarnaya,padahal hari masih siang.tapi ia tak berniat untuk jalan jalan atau melakukan hal apapun saat ini.
Ia belum memiliki teman dikota barunya ini.hanya anak tetangga yang berusia 3 tahun diatasnya, dan dia laki-laki.jadi alfi tidak terlalu tertarik untuk mengobrol dengannya.dua hari yang lalu, saat alfi baru pindah ke rumah yang ia tempati sekarang,anak tetangganya itu berdiri didepan rumahnya lalu tersenyum pada alfi tanpa mengucap satu katapun. Alfi pun hanya membalas senyun tanpa kata.dan laki laki itu berdiri sampai malam dan terus tersenyum.ntah apa yang ia fikirkan,apa ia tidak lelah?.
Alfi termenung di kamarnya,mengingat kembali kejadian di sekolahnya.Bagaimana bisa mereka langsung membuat alfi jadi bahan bullyan di hari pertamanya sekolah hanya karna tidak sengaja menumpahkan minumannya ke seragam perempuan yang perkiraannya seangkatan dengan alfi dan ternyata orang paling galak plus menyeramkan di skolahnya,ditambah lagi dia adalah keponakan pemilik sekolah." yaallah,mereka kenapa sih!!"
Alfi berteriak marah dan menghentak hentakkan kakinya kepinggiran tempat tidur.
"liat aja 2 bulan cukup buat aku untuk ngerubah posisi!"kemudian mengulas senyum .
Ia kemuadian mencari cari hp-nya dan mulai membuka akun akun sosmed yang ia miliki,mencari nama nama mereka yang mengusik hidupnya di sekolah.
Alfi kembali tersenyum, semangat ,ia tetap memegang hpnya sambil berjalan ke arah ayunan yang berada di teras rumahnya,ia tersenyum tanpa henti setelah mendudukkan bokongnya di kursi ayunan sampai sampai tak tau kalau seorang pria sedang menghampirinya.
"dek kemarin belum sempat kenalan,nama kamu siapa? Aku wiratma utama, panggil wira aja."
Alfi tersentak kaget,buru buru menutup hpnya lalu mengulurkan tangan " alfiandri dewaja ,panggil alfi aja kak"alfi menjawab sambil tersenyum kaku ,takut takut laki laki tetangganya ini bukan orang baik.
" santai aja kali dek....boleh duduk gak? "
" bo..boleh kak boleh.."
Alfi menggeser badannya dan mempersilakan wira duduk disampingnya.wira adalah laki laki dengan badan cukup tinggi dan untuk ukuran umurnya wajahnya pasti disangka menipu karena masih terlihat seperti anak kelas 2 SMA.
" kelas berapa dek? Sekolah dimana ? Umurnya berapa? Ulang tahunnya kapan? Kenapa pindah kesini? lagi ngapainni dari tadi liatin hpnya mulu,senyum senyum lagi!" dengan kecepatan setara kecepatan cahaya wira meluncurkan pertanyaan seakan akan mereka tidak baru kenal.
Mata alfi terbelalak tak percaya bahwa ada laki-laki secerewet wira.
"yaampun kakak, itu balapan atau adu mulut sama emak emak!"