12 (New Version)

8.1K 509 6
                                    

🎼Today, i'm thingkin' about the things that are deadly...
🎼The way i'm drinkin' you down
🎼Like i wanna drown, like i wanna end me.

Hari ini, aku berpikir tentang hal-hal mematikan...
Caraku meminum anda kebawah...
Seperti aku ingin tenggelam, seperti aku ingin membunuhku.

Billie Eilish

****

Playlist: Bury a Friend by Billie Eilish.

****

Suara langkah kaki terdengar bersahutan memecah keheningan lorong panjang mansion mewah itu. Suara tapaknya tegas nan cepat, bagai di buru waktu tak kasat mata. Bersumber dari sepasang high heels kelabu milik seorang wanita yang memakai setelan hitam di sepanjang tubuhnya. Ia memasuki sebuah ruangan di bagian paling pojok lorong. Sebuah pintu hitam dengan ukiran serta pahatan berbagai bentuk.

"Nona... Keadaan darurat!" Hanya membutuhkan sepersekian detik baginya untuk membuka-setengah-mendobrak pintu tersebut. Demi menyampaikan sebuah info penting bahkan seolah-olah lebih penting dari nyawanya sendiri.

Wanita lainnya yang nampak berdiri di samping jendela besar yang menampakkan suasana diluar mansion hanya memandangnya skeptis. Raut itu datar. Tak berekspresi bahkan setelah mengetahui keadaan genting yang saat ini sedang terjadi-ia tahu, hanya dengan melihat betapa kacaunya wanita itu. Tanpa ada seorangpun sadari, napasnya berhenti beberapa detik, menunggu, info sepenting apakah yang seorang informan ini sampaikan.

"Wanita itu datang menerobos penjagaan kami. Dia membunuh beberapa pelayan agar bisa menyamar dan menghabisi nyawa nona Aleyna. Bahkan saat ini Tuan Black datang. Padahal kondisi Tuan masih belum memungkinkan untuk berjalan jauh. Dapur dalam kondisi kacau akibat ulah wanita itu. Apa yang harus kami lakukan Nona?"

Hening. Untuk beberapa saat. Informan itu masih menunggu dalam keheningan yang mencekam. Tatapan si Nona sudah beralih kembali. Nampaknya suasana di luar lebih menarik perhatian dari pada apa yang disampaikan oleh informan itu.

"Pastikan saja Black baik-baik saja."

Suara itu tak bernada. Terkesan acuh dan dingin.

"B-bagaimana dengan Nona Aley-"

"Aku sama sekali tak perduli dengan dia. Tugasmu hanyalah menjaga Black agar dari iblis itu, Dena!"

Dena, wanita yang sedari tadi menjadi seorang informan itu berdiri kaku dengan kedua kaki yang tegak sedikit bergetar hebat. Kedua bola matanya melebar seiring dengan perintah yang ia dengar. Napasnya naik turun. Gejolak dalam hatinya membuat dirinya tak mampu menutupi ekspresi kaget di wajah itu.

"Ta-tapi Nona, bukankah anda yang memerintahkan kami untuk menjaga nona Aleyna?" Sekuat tenaga ia bersuara. Menghadapi tekanan dari pandangan mata tajam milik seseorang yang sedari tadi ia panggil nona.

"Apa kau sedang mencoba mendikte perintah dariku, Dena? Apa saat ini kau sedang membelot dariku? Coba saja lalaikan perintah ini dan lihat, apa yang bisa aku lakukan pada keluargamu yang ada di desa itu!" Smirk licik terbit di wajah anggunnya. Lengkungan bibir yang nampak sangat menyeramkan bagi Dena, dua kali lipat bahkan setelah kalimat ancaman yang ia dengar langsung menyeret nama keluarganya.

Mau tidak mau ia dan kedua temannya yang lain harus melaksanakan tugas itu. Bersedia atau tidak. Baik atau buruknya tugas mereka terima, nyatanya, seorang pengawal haruslah setia pada atasannya. Apapun perintah yang harus dijalani.

"Apa kau melupakan janji kesetiaan yang dulu kau ikrarkan di depan diriku dan kakakku, Dena?!" Lagi. Suara bernada ancaman yang sama.

"Te-tentu saja tidak, Nona. Kami akan melaksanakan perintah itu. Karena kesetiaan kami..."

Ada jeda dalam ucapan itu. Seperti berat untuk ia katakan, tapi dengan terpaksa harus mengatakannya.

"... Kesetiaan kami, hanyalah untuk Nona dan Tuan Black seorang."

Dan beginilah, akhir dari segalanya.

Pengawal rendahan seperti halnya Dena, Vien dan Tera tak punya hak sama sekali untuk mempertanyakan perintah dari sang atasan.

Dena pergi, dengan menutup pintu megah hitam itu. Menyisahkan keheningan dan seorang wanita yang memandang nanar pemandangan di luar mansion.

Diakhiri dengan smirk pedih dari salah satu sudut lengkungan bibirnya. Hanya pantulan samar dari kaca jendela yang melihat betapa menyedihkannya wanita itu, dengan segala perintah palsu yang keluar dari mulutnya.

~~~~

A/N:

Sorry part ini dikit. Tapi Grace usahain update lebih cepat. Terbukti kan, kemarin baru aja publish new chapter dan sekarang update lagi 😙

Klik bintangnya dong, supaya aku makin semangat nulis 😋

Jangan lupa buat comment juga. Sepuas kalian, apapun kata yang mau di sampein juga boleh, monggo... 🙆🙆

Salam Grace?!

[MWS:1] A Werewolf Boy (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang