#2 Pesta

5.8K 210 1
                                    

Cakka menghempaskan tubuhnya pada sofa panjang di dalam sebuah butik. Ia diminta oleh orangtuanya untuk menjadi yang terbaik di pestanya sendiri. Mereka ingin Cakka terlihat menonjol dari siapapun yang akan hadir.

“Tuan, ini pesanan Nyonya Nirina.”

Cakka memutar bola matanya kesal, ia mendengus keras sambil menatap pegawai itu dengan sinis. Kalo udah di pesenin kenapa gak bilang dari tadi? Capek-capek gue pilih sana-sini.

“Thank’s.”

Cakka berlalu dengan malas penuju tempat pembayaran. Ia mendengus sekali lagi begitu melihat antrean yang lumayan panjang.

“Mbak pesanan Ibu Pervita.”

Cakka mengalihkan pandangan kesumbersuara. Mencari pemilik suara halus itu. Entah kenapa, hanya dengan suara saja hatinya mampu bergetar. Ia tak bisa membayangkan jika bertemu dengan orangnya secara langsung.

Cakka tersenyum kecil saat melihat seorang wanita bersuara halus itu. Rambutnya panjang agak bergelombang yang menutup bagian punggungnya. Pakaiannya pun cukup sederhana, hanya mengenakan mini dress motif abstrak. Tak lama setelah mendapatkan sebuah kantung pesanannya, wanita itu pun berlalu melewati Cakka yang tak henti memperhatikan dengan sudut matanya. Cantik. Andai aja gue bisa milikin dia. Cakka terdiam sejenak. Bego! Kenapa gak disamperin? Cakka mengerang jengkel merutuki kebodohannya. Tanpa berpikir lagi ia segera beranjak, ia yakin bisa menemukan wanita itu dengan cepat.

“Tuan... anda mau bayar sekarang? Atau nanti?”

Cakka mengerjabkan matanya. Ya Tuhan... apalagi ini? Cakka berdecak kemudian menyerahkan kartu kreditnya. Ada aja penghalangnya. Ck!

***

Agni memutar bola matanya begitu keluar dari batik langganan orang tuanya. Ia begitu kesal saat memergoki seorang pria yang mengamatinya seakan pria itu menelanjangi dirinya dengan tatapan tajam itu. awas aja loe kalo ketemu lagi. Gue bantai loe. Dikira gue cewek murahan apa diliatin kayak gitu? Untung aja gue lagi gak mood ngehajar orang. Kan gak lucu pake dress tapi berantem. Argh...

“Jalan Pak. Langsung pulang aja.”

Agni termenung didalam mobilnya, ia masih memikirkan pria itu. Dimana ya? bener deh gue emang udah pernah ketemu. Agni memandangi ke arah pinggir jalan dimana terdapat kompleks pertokoan. Saat ia melewati sebuah cafe ia teringat. Ya Tuhan... dia-kan yang ngedate sama...  Agni bergidik ngeri. Tapi... masa dia yang... Agni bergidik ngeri. iuhh... suka sama gue? Oh NO!!! Gue masih laku kali sama yang normal.

***

“Gue ketemu cewek. Cantik banget.”

Cakka dan Alvin langsung berpandangan penuh selidik saat tanpa sengaja mengucapkan kalimat yang sama. Cakka memicingkan matanya.

“Jangan bilang ceweknya sama.”

Alvin mengedikkan bahunya acuh. Cakka menatap sahabatnya itu dengan jengkel. Masa iya sih saat ia menemukan tambatan hatinya ia harus rebutan dulu sama sahabatnya? Gak lucu banget kalo sahabatan dari bayi hancur seketika cuma gara-gara perempuan. Itu tidak akan.

“Namanya Ify. Tapi dia gak mau tau nama gue. Kira-kira kenapa ya? Apa karena gue terlalu ganteng? Padahal ternyata dia suka sama gue dan takut gue gak balas perasaannya, makannya dia lebih baik gak kenal daripada patah hati.”

Cakka melemparkan bantalan sofa ke arah wajah Alvin dengan jengkel. Ia memang sudah tak heran dengan kenarsisan sahabatnya ini. Tapi kali ini?

“Kedokter gih. Gue takut narsis loe udah kronis. Entar membahayakan lagi buat loe. Syukur sih buat loe aja, tapi gimana kalo nular?.”

Prince's Tale Series 1: She is My CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang