#9 Masalah

3.6K 152 6
                                    

#9

Agni tersenyum bahagia begitu menuruni tangga di kediamannya. Dibawah, di ruang tamunya. Sang kekasih telah menunggu cukup lama untuk melamarnya, dihadapan orang tuanya. Ia tersenyum pada seluruh keluarga yang hadir, kemudian ia duduk di samping Cakka.

“Ayah, Bunda, Mom, Dad.” Cakka memandang satu persatu orang tuanya dan Agni, ia melirik Agni sekilas lalu menggenggam tangan kekasihnya itu. “Cakka memang sudah memikirkan hal ini matang-matang, begitupun Agni. Kami harap, kalian semua bisa merestui kami.”

“Kami senang akhirnya kalian memutuskan untuk menikah.” Mahardika buka suara, “Tolong jaga Agni, jangan sampai dia sakit lagi. Apalagi jika mengingat kami yang beberapa bulan kedepan tidak ada disini. Kami menitipkan Agni pada kalian juga Mahesa.”

“Pasti kami jaga. Apapun yang terjadi pada Agni jika Cakka yang membuatnya sakit hati kami akan menjauhkannya dari Cakka.” Nirina melirik puteranya yang mengerutkan dahi. “Kamu gak ada niat nyakitin Agni kan Kka? Jangan buat Ayah sama Bunda malu.”

Cakka tersenyum menanggapi ucapan Nirina. Ya... dari awal ia memang tidak mau kehilangan Agni, masa iya sih ia akan menyakiti Agni? Tidak mungkin. “Gak akan Bunda.” Ia menatap Agni dalam dan mengeratkan genggaman tangannya . “Di depan orang tua kita, untuk kesekian kalinya... menikahlah denganku.”

Agni terkekeh, kemudian ia mengangguk. “Iya.”

***

Beberapa karyawan Cakka menyapa Agni yang memasuki kantor itu.

“Selamat siang Bu.” Seorang resepsionis yang sedang kedatangan tamu menyapanya Agni pun tersenyum kecil dan mengangguk ke arahnya. Lalu Agni memandang tamu itu sekilas kemudian berlalu begitu saja.

“Siapa dia?.”

“Oh ya maaf, nama anda tadi siapa? Biar saya buatkan janji anda dengan Pak Cakka.”

“Anya. Siapa wanita tadi?.” Wanita bernama Anya itu geram saat melihat Agni yang menatapnya dengan dingin.

“Calon istrinya Pak Cakka. Baik Bu Anya, hari ini Pak Cakka tidak bisa di ganggu dan beberapa hari kedepan, karena saya baru mendapatkan pesan dari Asistennya Pak Cakka telah ada jadwal.”

Anya tersenyum masam, gue udah gak perlu Cakka! Awas aja ya tuh cewek songong, beraninya loe mandang gue kayak gitu. Gue pastiin loe nangis meraung-raung denger kabar dari gue. Tunggu aja pembalasan dari gue!.

***

Agni memasuki ruangan kerja Cakka. Setelah berlibur Cakka memang langsung masuk untuk bekerja lagi, merampungkan beberapa projek sebelum menikah. Agni terkekeh kecil melihat Cakka yang begitu fokus pada bacaannya. Ia berjalan tanpa suara kemudian berdiri disamping Cakka.

Cakka yang menyadari kehadiran Agni sekuat tenaga tidak melirik calon istrinya itu. tanpa menoleh ia meraih pinggang Agni dengan tangan kirinya. “Masih beberapa berkas lagi.” Cakka menutup map yang sedang ia baca setelah menandatanganinya. “Mau sekarang atau bagaimana?.”

“Gak usah, lanjutin aja. Lagian masih siang ini kan?.” Agni beringsut menjauh dari Cakka, lalu ia duduk di sofa. “Selesein aja dulu, kerjaan aku juga udah rampung. Aku tinggal ngambil cuti lagi buat cuti nikah.”

Cakka menghela nafas, “Kerjaan aku masih banyak, mungkin aku cuti beberapa hari sebelum nikah. Maaf ya...” ia menatap Agni dengan rasa bersalah.

Agni meraih ponselnya entah kenapa ia tiba-tiba kangen dengan twitternya, “Gak masalah.” Setelah itu ia larut dengan beberapa twit lama. Beberapa kali ia menahan nafas saat melihat nama Harry. Apalagi melihat sebuah kata yang ditunjukan untuknya.

Prince's Tale Series 1: She is My CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang