awal

1K 52 1
                                    

Sungjae Side.

Aku masih berdiri tepat di samping nisan bertuliskan nama seorang gadis yang kucinta. Ia meninggalkan ku dan kisah kami begitu saja. Bukannya aku menyesali takdir Tuhan, tapi aku tidak yakin bisa menjalani hidup ini tanpa dia. Dia adalah penyemangat hidupku. Apakah seseorang bisa hidup tanpa penyemangatnya ? kurasa tidak. Dan atas nama cinta, dia pergi dengan menyisakan butir-butir keheningan untukku. Aku tak beranggapan takdir kejam kepadaku, tapi kenapa begitu cepat takdir memisahkan kami berdua. Apa aku bukan lelaki baik untuknya, atau dia bukan wanita baik untukku, kurasa itu bukan alasan yang logis. Karena sampai detik ini, aku yakin akulah yang terbaik untukku.
Dokter bilang karena kanker yang dia alami sudah begitu parah sehingga membuat kematian itu lebih cepat. Kurasa itu hanya jawaban yang mengada-ngada. Karena sejauh ini, dia tak pernah mengeluh tentang apa yang ia rasakan. Aku selalu mengenalnya sebagai wanita yang penuh keceriaan. Bahkan selama 3 tahun aku mengenalnya, aku tak pernah melihat dia menangis, selalu ada tawa yang menghiasi wajahnya.

"Sudahlah, jangan nangis terus. Lee eun bi sudah tenang di sana," ucap salah seorang sahabatku dan sahabat Lee eun Bi juga tentunya.

Ia mengatakan aku jangan nangis terus. Siapa yang bisa menahan air mata ini jika tunangannya pergi jauh dan tak kembali. Apalagi pernikahan kami sudah di depan mata. Dan sangat wajar jika aku menangisi kepergiannya saat ini.

Tak terasa warna langit telah berubah. Aku masih berada di pemakamannya, memegang batu nisan sambil membacakan doa-doa agar perjalanannya baik disana. Kurasakan persediaan airmataku juga telah habis, hingga aku tak bisa menangisi kepergiannya lagi. Aku mencoba berdiri meninggalkan rumah barunya, tapi kaki ini seakan tertanam di bumi, sangat sulit untuk melangkah. Aku kembali duduk sembari berkata kecil untuknya.

"Lee eun bi, Walau kita beda dunia, aku tetap akan mencintai dan menjaga cinta kita," bisikku lalu meninggalkannya setelah mencium batu nisan yang bertuliskan "LEE EUN BI".

Ku susuri jalan setapak dan meninggalkan Lee eun bi tunanganku. Walau berat, aku tetap terus melangkah meninggalkannya.

Setiba di rumah, ku baringkan tubuhku di sandaran kursi dan memejamkan mataku sejenak.
Aku bangkit dari tempatku lalu masuk ke dalam kamar, kubersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku.

"Sangat sulit ku lalui hariku tanpamu," ucapku di atas meja makan.

Aku terus di bayangi oleh sosok Lee eun bi yang setiap saat berada di sisiku di saat ia masih hidup.

Setahun berlalu. Aku tetap tak bisa melupakan Lee eun bi.

"Aku tidak bisa seperti ini terus, aku selalu merasa kau ada di dekatku dan aku selalu melihat bayangan dirimu Lee eun bi, andai saja saat ini kau masih ada, mungkin aku tidak akan sefrustasi ini," ucapku di atas meja makan.

Sosok Lee eun bi selalu terngiang dalam ingatanku. Suaranya seakan terdengar jelas di indera pendengaranku. Setiap ruang, aku seakan melihatnya. Sungguh sangat sulit menjalani hidup ini. Menjalani hidup tanpa dia seperti bernafas tanpa udara. Tapi aku tetap harus hidup, walau cintaku seakan mati meninggalkanku. Dan hari ini, aku memulai hidupku yang baru. Aku akan meninggalkan kota yang selalu ada bayangan Lee eun bi. Pergi meninggalkan bukan berarti aku melupakannya, hanya saja aku ingin bangun dari keterpurukan cinta ini. Aku pergi dengan tujuan ingin menjadi apa yang Lee eun bi inginkan. Menjadi penulis terkenal, itulah keinginannya yang sampai saat ini menjadi target hidupku. Pagi ini aku meninggalkan kota kelahiranku, aku akan hidup beberapa tahun mendatang atau bahkan selamanya dikota orang. Sebelum aku pergi, aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke makam Lee eun bi.

"Lee eun bi! aku akan pergi meninggalkanmu dan kenangan kita. Aku harap kau bisa menjaga dirimu di sini. Aku akan selalu mendoakanmu. Aku titip serpihan cinta ini padamu sayang , ku harap kau bisa menjaganya. Aku janji, aku akan kembali setelah apa yang kau inginkan bisa terwujud. Salam cintaku untukmu sayang,, Selamat tinggal," ucapku lalu Aku mencium nisannya dan meninggalkannya.

Aku selalu berharap jalan yang kupilih adalah yang terbaik.
3 jam perjalanan, aku sampai di kota tujuan. Tidak mudah hidup merantau di tempat orang. Apalagi sebelumnya aku belum pernah berkunjung di sini. Tapi cita-cita Lee eun bi membuat aku tetap bertahan.

Setibaku di kota ini, aku segera mencari apartmen yang tidak jauh dari sini, kulangkahkan kakiku sambil membawa sebuah koper dan tas yang sangat besar.

"Sepertinya ini sangat cocok denganku," ucapku setelah melihat isi Apartmen yang akan aku tinggali.

Kumasukkan baju-bajuku ke dalam lemari dan membersihkan sedikit di dalamnya.

"Hari ini sangat melelahkan," ucapku sambil merebahkan tubuhku di atas kasur.

2, 5, dan bahkan sampai 7 bulan berlalu. Aku menikmati hidupku. Hidup sendiri tanpa Lee eun bi. Kesendirianku menciptakan baris-baris puisi. Aku mencoba mengirim puisiku disalah satu media cetak. Tidak hanya satu, bahkan semua puisi-puisiku ku kirim ke media cetak yang berbeda. Memang tak ada pekerjaan lain yang aku lakukan, selain menulis. Selalu ada puisi baru yang ku kirim dan selalu ada nomor baru yang menghubungiku. Dan salah satunya pemimpin dari media cetak yang selalu menampung puisiku. Pemimpin redaksi itu mengajak aku bekerja sama dengan perusahaannya. Tentu saja aku menerima tawarannya, dan sebagai tanda terimakasih aku mengirim satu novel hasil karyaku bersama Lee eum bi tanpa honor.

tak aku sangka, novel itu menembus angka penjualan tertinggi. Dengan waktu yang sangat singkat, aku menjabat sebagai penulis tetap di perusahaan itu. dan namaku melambung, tak heran banyak "job" yang aku dapatkan. Majalah-majalah yang terpampang wajahku pun terjual laris. Mungkin ini sebagian dari doa Lee eun bi, dan mimpinya bisa aku wujudkan dalam waktu 1 tahun lebih.

Walaupun sudah terkenal, tak berarti aku melupakan sosok Lee eun bi yang menjadi latar belakang semua ini. Aku mulai memberanikan diri menulis puisi tentang Lee eun bi. Lebih tepatnya tentang kisah kami. Mulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhirku dengan Lee eun bi. Dan puisi-puisi itu kujadikan satu buah buku dengan judul "Kumpulan puisi tentang Lee eun bi", dan tentu saja covernya foto Lee eun bi yang masih kusimpan. Tak sampai di situ karyaku untuk Lee eun bi. Aku selipkan satu buah novel "About Lee eun bi" yang kupersembahkan buat Lee eun bi.

Lagi-lagi semua karya-karya ku terjual laris dalam waktu singkat. Aku bahagia dengan apa yang kudapatkan sekarang.
Hari ini, aku mendapatkan jadwal untuk bertemu sebagian dari penggemar ku dan wartawan yang membutuhkan berita tentangku. Seperti yang aku duga, mereka pasti bertanya tentang sosok wanita yang selalu menjadi peran utama ditiap baris-baris puisiku.

"Sebenarnya siapa wanita yang bernama Lee eun bi?" Tanya salah satu wartawan.

"Lee eum bi adalah seorang wanita yang pernah mengukir senyum dihati kecilku. Senyum yang tak kan pernah hilang dan pudar. Senyum yang selalu terukir abadi. Lee eun bi adalah sosok inspirasiku. Dia nafasku. Dan dia adalah belahan jiwaku," jawabku sambil memandang puluhan orang yang duduk di depanku.








To be contonue.

Happy New years yaa😊 selamat datang 2017 hehe

Reinkharnasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang