Setelahnya

357 40 4
                                    

Setibaku di rumah sakit, aku membuka perlahan mataku, dan menutupnya kembali lalu benar-benar membukanya.

Tersadar aku berada di rumah sakit, tanpa berpamitan dengan siapapun, aku langsung keluar kamar rumah sakit lalu meninggalkan rumah sakit itu.

"Sohyun-ah!" Teriak Sungjae.

Teriakan itu membuatku berhenti melangkah dan memutar setengah tubuhku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku padanya setelah ia mendekat denganku.

"Apa kau lupa? Aku yang membawamu ke sini," jawab Sungjae dengan mengerutkan keningnya.

"Jinjja? Apa yang terjadi denganku? Bagaimana bisa kau membawaku ke sini?" Tanyaku yang seakan tak percaya.

"Sudahlah, lupakan saja, kau sepertinya kelelahan, kau butuh istirahat," ucap Sungjae lalu merangkul pinggangku, membantuku berjalan memasukki mobil.

"Apa yang terjadi dengan sohyun?" Pertanyaan yang sama denganku.

"Aku baik-baik saja," jawab Sohyun dengan wajah pucat.

"Kau harus di bawa ke rumah sakit," ucap Saeron.

"Tidak perlu, lagi pula, Sungjae sudah membawaku kesana."

"Aku harus pergi, kau bisakan bawa Sohyun masuk ke dalam kamar?" Sahut Sungjae.

"Ne!"

Sungjae Side.

Kulangkahkan kakiku meninggalkan rumah Sohyun tanpa menoleh lagi ke arahnya, di dalam mobil pikiranku sangat kacau.
Apa ini? Mengapa aku tiba-tiba peduli dengannya? Kejadian ini sama persis denganku dulu bersama Lee eun bi, bagaimana bisa ia tidak menyukai rumah sakit? Apa mungkin ini hanya kebetulan saja? Tapi aku merasakan seperti Djavu.

🍃🍃🍃

Setelah keadaan Sohyun membaik, Hari ini kami akan terbang ke Gagnam. Aku meninggalkan sejenak kesibukkan menulisku. Aku ingin fokus berada di dekat Sohyun. Karna aku tak ingin kehilangan dia seperti kehilangan Lee eun bi. Kehilangan? Apa mungkin Sohyun saat ini benar-benar menempati posisi Lee eun bi?

Sekitar 20 menit di dalam pesawat, kami-pun tiba di bandara. Saat sampai di kota Gagnam, aku menyempatkan diri untuk singgah di salah satu tempat favoritku, yaitu resto Cliq's. Dimana resto itu adalah tempat persinggahan aku dan Lee eun bi saat kencan dulu. Saat aku membayar tarif ke supir taksi yang membawa kami kesini, Sohyun keluar dari taksi dan meninggalkanku. Aku mencoba memanggilnya, tapi dia semakin laju meninggalkanku.

"Sohyun-ah!" Teriakku.

"ada apa dengannya? Kenapa ia meninggalkan ku?" gumamku.

aku langsung meninggalkan taksi dan melangkah menyusul Sohyun yang sudah berada di dalam resto. Dan betapa kagetnya aku, Sohyun sudah duduk manis di meja no. 11 yang menjadi tempat favorit Lee eun bi. Aku langsung menghampirinya.

"Mengapa kau memilih meja no 11? bukankah di sana banyak meja kosong?"tanyaku.

"entahlah, aku tidak mengetahuinya, tapi mengapa aku merasa tempat ini tak asing lagi bagiku," jawabnya bingung.

Aku juga merasakan keanehan di sini. Dia merasa pernah ke resto ini, sedangkan dia baru pertama kalinya ke Gagnam. Bagaimana mungkin?

"Bagaimana kau bisa merasa pernah kesini, sedangkan kau baru kali ini menginjak Gagnamn," tanyaku lagi padanya.

"Aku yakin, Coba kamu buka tirai di samping kamu itu, pasti kamu akan melihat hamparan bunga yang sangat bagus," suruhnya untuk meyakinkanku.

Aku langsung membuka tirai itu dan benar, hamparan bunga menjadi pusat perhatian kami. Aku terdiam bukan karena melihat hamparan bunga-bunga indah itu, tapi aku terdiam karena kalimatnya barusan. Aneh, kenapa dia bisa tau sedetil ini.

"Sudahlah, kau tidak perlu membahasnya lagi. Intinya aku meraskan pernah kesini," ucapnya menenangkanku.

Aku masih bingung dengan semua ini. Dan aku tetap saja terdiam hingga salah satu pelayan resto mengagetkanku.

"mau pesan apa?" pertanyaan yang kudengar samar.

"Udah mbak, tanya aku saja, aku pesan steak barbeque sama jus wortel, biar mataku tambah sehat. Kalo Jae, dia pesan kepiting rebus saja mbak, tapi bumbunya gak pake bawang putih, soalnya dia alergi. Terus minumnya jus alpukat aja," tegas Sohyun yang sangat mengagetkanku.

Aku terperangah melihatnya. Mataku tak berkedip. Aku mencoba menyelami pandangannya jauh kedalam. Berharap mendapat jawaban dari pertanyaan yang belum ku lontarkan untuknya. Dan yang buat aku tercengang, dia memanggilku "Jae" panggilan yang biasa diucapkan Lee eun bi Dia juga mengetahui makanan yang biasa kupesan di sini.
apa yang sebenarnya terjadi ?

"Kenapa kau tidak makan? Bukankah kau yang sejak tadi mengeluh ingin makan?" Ucap Sohyun mengagetkanku.

"Tiba-tiba saja aku merasa kenyang," ucapku berbohong.

"Ada-ada saja kau ini, mana bisa kau langsung kenyang, sedangkan kau belum menyentuh makananmu sedikitpun, ayolah makan," bujuk Sohyun, persis bujukan Lee eun bi.

Sohyun menyodorkan sedok yang berisi makanan.

"Buka mulutmu," lanjut Sohyun.

Aku membuka mulutku, takut ia akan kecewa dengan sikapku terhadapnya.

1 jam berlalu. Kami meninggalkan resto dan kembali ke tujuan awal. Aku mencoba menyimpan semua rasa penasaran ini. setiap ditanya, Sohyun tetap tidak mengetahui apa-apa. Dan dia juga tidak merasa pernah memanggilku dengan panggilan Jae. Perjalanan kami terasa sangat melelahkan, sehingga aku menunda untuk menjenguk Lee eun bi di "Rumah terakhirnya" tapi Sohyun menghentikan taksi yang kami gunakan. Aku melihat daerah sekitar, ternyata Sohyun berhenti di TPU di mana Lee eun bi di makamkan di sini. Aku tak mampu melangkah menyusulnya, aku hanya melihat dia dari jauh. Entah apa yang di lakukannya di sana, aku tak bisa melihat dengan jelas. 10 menit, dia kembali ke taksi. Saat dia sudah berada disampingku, aku mencoba bertanya alasannya berhenti di sini, tapi dia tidak menjawabnya. Kami pun melanjutkan perjalanan. Kebingungan ku bertambah. Seperti ada yang tidak beres dengan semua ini. Tapi aku berusaha menyimpan rasa penasaranku. Aku tak ingin menghancurkan hari-hariku bersama Sohyun.







To be continue.

Hallo-hallo hadir lagi nih wkwk slow Update bangeet yaaa?
Vote+Comment yaa😂 biar bisa cepet-cepet update lagi

Reinkharnasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang