NT [3]

22 14 13
                                    

TAWANAN DALAM KEMARAHAN

=Never Trust=

Zara berjalan dengan senandung kecil di bibirnya. Ia sedang keluar sebentar mencari angin. Itu cuma alasaan yang gak masuk akal. Ia sengaja melakukan hal itu. Ia terlalu malas untuk bertatap muka dengan papanya.

Tapi, langkahnya berhenti saat melihat segerombolan anak laki-laki di atas motor besarnya. Kelihatannya mereka sedang berdiskusi serius. Nyali Zara langsung menciut untuk lewat di jalan itu.

Kalo ada segerombolan cowok yang menghalangi jalan, lebih baik kamu pintar balik. Bunda khawatir kamu kenapa-kenapa.

Zara kembali berjalan melewati pohon yang besar. Sepuluh langkah ia sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Terdengar teriakan yang berat, hal itu membuat Zara menoleh ke jalan raya.

Dilihatnya rombongan laki-laki tadi berjalan ke arahnya.

"WOI ITU CEWEK YANG DI HALTE TADI!!"

Pupil mata Zara langsung membulat sempurna.

Sial banget gue hari ini

Anak-anak SMA sebelah nih!!

"Jadiin dia tawanan." perintah salah satu laki-laki yang memiliki badan yang terlihat kekar itu.Pakaian mereka sudah berantakan entah kemana. Dasi sekolah sudah tidak karuan lagi. Bau tembakau menguak masuk ke dalam Indra penciuman Zara.

Dengan was-was, Zara berjalan cepat dan menundukkan kepalanya. Ia berdoa semoga bukan dirinya yang akan di jadikan tawanan seperti yang di bicarakan tadi.

"Tangkep dia."

Satu tarikan keras yang Zara rasa pada lengan kirinya.

▪NeverTrust▪

Reihan yang tengah bercanda gurau bersama teman-temannya tersentak kaget saat ia merasakan getar di pahanya.

"Anjir geli gue." gumamnya bersusah payah ia menggapai ponselnya yang bersemayam di saku celananya.

"Kenapa lo?" tanya Juna yang menatap Reihan heran.

Reihan hanya menggeleng lalu menekan tombol home. Untuk melihat siapa pengirim pesan itu.

Brams : tantangan? Setuju, gue tunggu tempat biasa.

Begitu kira-kira isi pesannya. Hanya beberapa kata saja sudah membuat rahang Reihan mengeras.

"Mereka ngajak duel." kata Reihan dingin. Ia menyerahkan ponselnya kepada Ben menyuruhnya untuk membaca pesan itu.

Ben mengambil alih ponsel Reihan dan membacanya bersama Dirga, Juna dan juga Defan. Setelah membaca pesan itu, sorot mata mereka berdua berubah menjadi menyeramkan.

"Kita terima."

Reihan menghidupkan mesin Lamborghini Aventador miliknya dengan raut wajah yang menahan amarah. Entah kenapa peperangan ini terasa janggal di hatinya. Ada rasa yang sangat asing di dirinya. Rasa khawatir entah kenapa, padahal kegiatan ini sudah jadi makanan sehari-hari Reihan.

Ia menjalankannya mobilnya dengan kecepatan sedang. Di belakangnya sudah berjejer mobil teman-teman juga. Mereka akan pergi berperang dengan orang yang entah kenapa Reihan sudah muak untuk menyebut namanya.

Never TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang