MULANYA BIASA SAJA
=Never Trust=
Perkataan Reihan dua hari yang lalu masih saja berputar-putar di dalam otak Zara. Memikirkannya hal itu membuat kepala Zara pusing sendiri.
Lo cewek tersialan, Zara Caitlyn Romanova
Zara hanya bisa tersenyum kecil mengingat hal itu kembali. Guru yang masih mengajar diabaikannya begitu saja.
"Heh! Senyam-senyum sendiri!" kata Jessy yang terlihat sangat serius mencatat.
Zara hanya melirik sebentar dan setelah itu ia menenggelamkan wajahnya di lekukan tangan.
Kringgg...
Bel pertanda pulang berdering kencang. Zara dan juga Jessy langsung memasukan semua buku-buku pelajaran ke dalam tas mereka.
"Lo pulang naik apa?" tanya Jessy saat mereka sudah keluar dari kelas.
"Nggak tau." jawab Zara singkat sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Setelah menunggu balasan dari si penomor, Zara hanya bisa mendesah kesal.
Pak Joko : Maaf non, saya gak bisa jemput.
Kira-kira begitu isi pesannya. Zara menatap sekeliling sekolah. Ramai, baru 10 menit bel pulang berbunyi.
"Gue pulang sendiri, Jes." kata Zara sembari memasukan ponselnya ke dalam saku rok.
"Bareng gue aja," ajak Jessy dengan nada memohon. Namun direspon gelengan kepala oleh Zara. Jessy hanya bisa tersenyum pasrah dan berjalan mendekati mobil jemputannya.
Kaki Zara melangkah mendekat halte dan duduk di sana. Ia memperhatikan setiap siswa maupun siswi yang lewat di depannya. Terkadang ada juga yang nyapanya.
Sampai saat, mata hijau Zara bertubrukan dengan mata black pearl itu. Dalam hitungan detik dunia terasa milik, terjadi adegan tatap-menatap antara Zara dan Reihan. Dari mereka tidak ada yang mau membuang pandangan. Mereka bagaikan ada gaya tarik menarik antara mereka.
Sampai saat, pandangan itu terputus karena ada salah satu murid menyenggol lengan Zara.
Oke, jantung please jangan berdebar kencang lagi.
Zara memejamkan matanya sejenak dan mengambil napas panjang. Bersitatap dengan Reihan membuat oksigen di dalam paru-paru Zara terasa habis.
Setelah merasa agak tenang, Zara membuka matanya dan ia di kagetkan dengan seseorang yang duduk di sebelahnya.
"R-Reihan?"
Sang pemilik nama menoleh dan tersenyum kecil. "Nggak pulang?"
Senyumannya.. Batin Zara.
Zara mengedipkan matanya berkali-kali. Senyuman itu sangat mirip dengan laki-laki masa lalunya. Dengan sangat segera Zara menepis memikirkan itu.
"Lo gak pulang? Udah mau ujan nih." kata Zara berusaha menghilangkan ke gugupannya sendiri karena Reihan menatapnya terus. Ia juga berusaha tidak bersikap kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Trust
Fiksi Remaja"Senjata yang paling mematikan di dunia adalah cinta." Copy Right ©17 Maret 2017, mataharihujan