Bagian 2. Lydia Berteriak, Pertanda Kematian.

416 39 6
                                    

Lydia masih ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lydia masih ketakutan. Wajahnya sangat pucat. Nafasnya tersengal-sengal. Dia benar-benar ketakutan dan panik.

Apa ini hanya halusinasinya saja atau memang nyata? Mana mungkin, guru yang berparas cantik seperti model itu mempunyai wajah yang rusak seperti monster.

Lydia berani bersumpah jika wajah guru tersebut rusak. Dia mempunyai bekas luka cakaran yang banyak sekali dan ada sedikit darah kering di bagian wajahnya.

Sudahlah, mungkin itu hanya halusinasi, harap Lydia. Setelah keadaan menjadi tenang, Lydia bisa mulai mengatur nafasnya dan ketakutannya, dia berjalan keluar toilet menuju loker untuk mengambil buku-buku.

Setelah mengambil buku-buku, dia mengunci loker, dan membalikkan badan--dan langsung menjerit keras karena tiba-tiba ada seseorang tinggi di belakang Lydia.

"Sori, bikin kaget"

Suara tegas dan maskulin itu terhenti saat mata cowok itu mengarah ke Lydia. Cowok itu bertubuh tinggi sekali, sampai-sampai Lydia harus mendongak menatapnya. Lydia rasa tingginya sekitar 180 cm, tinggi yang sangat jarang ditemui di antara anak-anak SMA. Mungkin selain cowok ini, hanya Jackson--mantan pacarnya--yang memiliki tubuh menjulang seperti itu.

Tapi berbeda dengan si Jackson, cowok ini memiliki tubuh besar dan berotot. T-shirt polosnya saja tidak sanggup menyembunyikan bahu tegap, dada bidang, dan otot-otot lengannya yang wow banget.

"Rupanya lo. Lo Lydia kan?"

Ucapan itu menyentakkan Lydia ke dunia nyata. Bagaimana dia bisa mengenal Lydia? Apa dia teman lamanya yang ikut pindah? Atau penguntit Lydia?

"Lo tahu gue darimana?" Tanya Lydia ketus.

"Ditanya malah tanya balik." Balas cowok tersebut dengan tatapan sinis.

"Terserah gue juga sih. Lo siapa?"

"Jawab dulu pertanyaan gue." Jawabnya dingin.
 
Lydia memutar bola matanya malas dan mengulurkan tangan kirinya. "Lydia Martin."

Cowok itu bersandar di dinding loker sambil mengangkat alis, aneh melihat Lydia menjulurkan tangan kirinya. Mau tidak mau, dia membalas jabatan dengan tangan kiri. "Sudah gue duga."

"Sekarang nama lo siapa?"

"Nama gue? Em, Brooklyn Beckham" Dia langsung mengedipkan mata ke arah Lydia dan segera pergi berlari menaiki tangga yang berada tidak jauh dari loker tersebut.

Hari pertama masuk kelas adalah hal yang paling Lydia tidak sukai. Apalagi pelajaran pertama adalah Sejarah. Sialnya, dia satu kelas dan bersebelahan dengan--em, Brooklyn Beckham? Tadi pagi ia sempat menggerutu karena si Brooklyn tidak mengatakan siapa nama sebenarnya. Tapi, toh, mengapa dia ingin tahu?

"Lydia!" Panggil guru sejarah tersebut, Mr. Johnson.

"Ya, pak?" Tanya Lydia linglung.

"Bagus, baru pertama masuk sudah tidak memperhatikan saya. Coba kerjakan soal-soal yang tadi saya jelaskan di papan tulis."

Lydia keluar dari kursinya, menuju ke depan papan tulis dengan langkah malas. Mr. Johnson hanya melihat Lydia dengan mata membelalak.

Saat Lydia melewati Mr. Johnson, dia mendengar suara aneh. Namun, saat ia lihat, tidak ada seorang pun yang berbicara. "Apakah ada yang mendengar suara tadi?"

Mr. Johnson hanya menatap aneh Lydia. "Jangan coba-coba bercanda dengan saya."

Lydia hanya memutar bola mata dan mulai menulis soal-soal yang berada di papan tulis. Suara-suara aneh tersebut terdengar jelas. Seperti teriakan minta tolong, namun Lydia tidak tahu siapa pemilik suara tersebut. Suara orang tersebut terdengar seperti orang pasrah.

Lydia mulai mencoba berkonsentrasi ke pelajaran, namun tidak bisa. Karena suara aneh tersebut semakin keras dan jelas. Seperti berada di sekitar sini, namun saat Lydia menoleh tidak ada seorang pun yang berbicara seperti itu.

Tiba-tiba, tanpa bisa ditahan dan secara tidak sadar, Lydia berteriak sangat kencang.[]

3 Desember 2016.

a.n double update yy. mulmed itu pas Lydia teriak ya. Jadi biar bayangannya sama.

Banshee • Lydia MartinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang