Lydia memulai paginya dengan bermalas-malasan. Dia sangat malas jika harus pergi ke sekolah. Apalagi ini adalah hari pertama masuk sekolah. Yap. Dia baru saja pindah ke Beacon Hills karena ibunya baru saja cerai dengan ayahnya.
Lydia mempunyai mata bulat besar berwarna hijau, memiliki lesung pipi, sering berpakain feminim namun terkesan sederhana, rambut pirang kecoklatannya sering dikepang, dia sangat pintar dalam hal pelajaran terutama matematika dan kimia, dan satu lagi, dia kidal.
Dia memerhatikan bekas luka gigitan di pinggang sebelah kanan. Saat itu sekolah Lydia--yang dulu--sedang mengadakan prom night. Karena dia tidak suka berpesta, akhirnya dia keluar untuk mencari udara segar. Bukannya mendapat udara segar tetapi mendapat gigitan.
Polisi mengira bahwa itu bukan gigitan binatang, melainkan gigitan werewolf. Namun, toh itu hanya mitos. Mana mungkin ada werewolf di dunia ini? Ah, Lydia sudah melupakan masalah itu. Namun, yang anehnya, setelah dia mendapat gigitan itu, dia selalu mendapat firasat jika ada seseorang yang meninggal atau sering berteriak teriak.
Ash, sudah jangan dibahas lagi. Lydia masuk ke mobil hitam kecil miliknya dan mengendarai ke Beacon Hills High School.
[.]
Seseorang tengah mengintai Lydia ketika Lydia keluar dari mobilnya. "Apa bener dia orangnya?"
"Gue rasa. Eh--tapi lihat fotonya, persis kan? Mungkin dia yang dimaksud Peter." Dia mengeluarkan foto Lydia. "Lo bisa denger gak dia bicara tentang apa?" Tanyanya ketika melihat Lydia sedang berbicara di telepon.
Lalu, dia berkonsentrasi agar bisa mendengar percakapan. Aneh, bukan? Jarak Lydia dan penguntit itu hanya berjarak 10 meter.
"Dia bicara kalau dia punya firasat buruk." Jelasnya.
"Maksud lo?"
"Gue juga gak ngerti. Mungkin lebih baik kita tanya Allison" Temannya hanya terdiam, dan sedetik kemudian mengangguk-anggukan kepala.
[.]
Semenjak dia keluar dari mobil hingga melangkahkan kaki menuju pintu utama sekolah ini, dia mempunyai firasat buruk dan mendengar suara aneh. Entah itu karena bangunan sekolah ini yang menyimpan misteri atau orang sekolah ini.
Lydia berjalan menuju ruangan untuk mengambil schedule dan kunci loker. Sebelum dia masuk ke ruangan tersebut, dia mendengar seseorang berbicara seperti ketakutan. "Dia disini, bagaimana kalau dia mengetahui identitasku?" Seperti itu yang Lydia dengar. Mungkin hanya halusinasi, pikir Lydia enteng. Sudah menjadi kebiasaan Lydia mendengar suara aneh.
Dia menekan gagang pintu ruangan tersebut dengan ragu dan gementar. Ruangan ini lebih mirip resepsionis di hotel-hotel, menurut Lydia.
Lydia berjalan ke meja dimana disana terdapat perempuan yang sedang membereskan lembaran-lembaran dokumen. Sebelum Lydia menyapanya, dia sudah melihat Lydia terlebih dahulu.
Lydia hampir berteriak ketika perempuan berkacamata itu membalikkan badannya, namun Lydia masih bisa menahan untuk tidak berteriak.
"Ms. Martin, kan?" Tanyanya seraya melepas kacamatanya.
Lydia hanya mengangguk kepala ketakutan dan menundukkan kepala. Berharap guru tersebut kembali normal.
Melihat perubahan sikap Lydia yang menjadi aneh, tanpa basa-basi perempuan tersebut langsung memberikan kunci loker dan schedule. "Buku-bukumu sudah disiapkan di loker yang berada di dekat tangga lantai dua atau pintu masuk utama."
Lydia langsung mengambil schedule dan kunci loker dengan tangan gemetar. "Te-terima kasih, bu." Langsung saja dia membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu.
Namun sebelum keluar, tiba-tiba perempuan tersebut berkata, "By the way, welcome to Beacon Hills High School, Lydia. Enjoy" Lydia hanya menoleh 180 derajat, namun masih bisa melihatnya. Dia tersenyum. Bukan. Bukan senyum ramah atau lembut. Melainkan senyum yang penuh makna jahat.
Segera saja Lydia keluar sebelum dia berteriak dan ketakutan setengah mati.[]
3 Desember 2016.
a.n Mulmed Lydia Martin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banshee • Lydia Martin
Loup-garouBertemu dengan guru berparas cantik namun memiliki muka yang seperti monster, sering memiliki firasat buruk dan berada di tempat TKP pembunuhan, tentu bukan kesan pertama yang ingin kau berikan pada saat hari pertama masuk sekolah. Tapi, Lydia tidak...