Bagian 5. Layar Ponsel Lydia Dipenuhi Oleh Kode.

384 32 19
                                    

"Hei," sapa Stiles disertai senyum lebar diwajah. "Udah baikan?"

"Udah, sih," jawab Lydia.

"Syukur kalau lo nggak trauma dengan wujud Scott yang jadi werewolf." Dia mendekatkan kursinya ke kursi Lydia.

"Tapi gue rada takut sama Scott, tau gak sih?" Balas Lydia.

"Lo takut dia makan lo?" Tanya Stiles, memastikan.

Lydia hanya mengangguk.

"Dia nggak bakal makan lo, Lyds," jawab Stiles. Lydia tersipu malu setelah Stiles memanggilnya dengan kata 'Lyds'. "Dia habis makan spagethi bareng gue, lagian. Kenyang," jawab Stiles.

Lydia melotot. "Jadi kalau dia nggak kenyang dia bakal makan gue?"

"Kalau lo seenak piza, iya, dia bakal makan lo." Stiles memutar bola matanya. "Ya enggak lah, emang Allison bilang apa aja tentang Scott?"

Lydia terkekeh. "Gue tahu kok Scott gak bakal makan gue. Allison bilang, makhluk-makhluk supernatural nggak makan manusia. Kecuali yang--lo tau kan, beberapa makhluk supernatural yang udah nggak terkendali bakal ngelakuin apa aja."

Stiles mengangguk. "Kayak Peter."

Lydia terkekeh. "Gue salah satu korbannya."

"Dia itu belum gabung sama Pack yang lain, otomatis dia gak cari korban buat Pack-nya kan? Jadi ya gak usah takut," lanjut Stiles.

"Iya gue percaya, masa iya Scott tega makan temen sendiri?" Lydia tertawa, dilanjut dengan Stiles yang tertawa terbahak-bahak.

Stiles menghembuskan nafas lega. "Syukur deh, kalau lo nganggep Scott terkendali."

Lalu jeda.

Apalagi suasana kelas yang masih sepi. Hanya ada beberapa orang, dan itu sibuk membaca buku atau memainkan ponsel mereka.

"Gak ada topik lain, gitu?" Tanya Stiles.

Lydia mengendikkan bahu. "Enggak, kayaknya."

Lalu Stiles teringat sesuatu. "Gue ada," seru Stiles sambil senyum-senyum dan menaik-turunkan alisnya. Macam cacing kepanasan.

"Apa?" Tanya Lydia.

"Gue belum ngerjain pr kimia. Lo pinter kimia kan? Ajarin gue."

Lydia mengambil buku kimianya dari dari lacinya. "Yaudah sih, salin jawaban gue aja."

"Kan gue minta diajarin," balas Stiles, membela dirinya.

"Apa susahnya tinggal dibaca trus lo salin," balas Lydia juga.

"Susah banget. Kalau baca pikiran lo mah gampang, lo seneng banget kan kalau gue minta diajarin sama lo, ya kan?" Stiles mengangkat alis kirinya sambil senyum khas om-om pedo.

"Jayus," komentar Lydia.

"Ayolah ajarin gue," pinta Stiles. "Nilai kimia gue jelek banget, sumpah."

"Trus? Lo curhat gitu?" Balas Lydia sambil tertawa.

"Lah anjir,"

"Mau banget gue ajarin?"

"Mau banget lah," jawab Stiles, antusias.

"Tapi gue gak mau, sayang sekali," balas Lydia sambil menggelengkan kepala.

"Emang kalau orang pinter otaknya gak mau dibagi," gerutu Stiles lalu mengambil buku tulis Lydia dan menyalin jawaban.

"Emang otak gue bisa dibagi? Dengan cara apa, coba?" Tanya Lydia.

Stiles hanya terdiam, memikirkan jawaban yang tepat.

Lydia memutar bola matanya. "Otak emang gak bisa dibagi, tapi ilmu yang bisa dibagi."

"Iyadeh, gue ngalah kalau ngomong sama lo," jawab Stiles.

Lydia hanya terkekeh.

"Sumpah ya gue jadi kesel banget sama Ethan sekarang," gerutu Stiles tiba-tiba sambil memukul-mukul meja dengan mata berapi-api. Bukan secara harfiah tentunya, toh dia bukan naga terbang. "Kemarin dia nelpon gue, nyalahin lo, sambil marah-marah. Gak jelas banget sumpah."

Lydia terkekeh. "Udah biasa"

Tiba-tiba seseorang memukul bangku Lydia dengan keras. Membuat Lydia bergidik ngeri. "Kenapa lo bisa ada disana?"

Ethan lagi.

Begitu dia melihat Ethan, tiba-tiba kepala Lydia dipenuhi suara teriakan dan tembakan pistol yang sangat keras.

"Jangan deket-deket sama pistol," Ceplos Lydia.

Ethan langsung menoleh ke arah Stiles dan memberi tatapan--Lydia-lo-kenapa? Namun Stiles hanya mengangkat bahu.

"Dasar cewek aneh, gue tanya sama lo kenapa lo bisa ada disitu! Malah jawabnya kayak gitu,"

Sudah beberapa kalinya Ethan menanyai hal itu. Padahal Lydia sudah memberi alasan, tapi Ethan saja yang tidak percaya.

Lydia memutar bola matanya. "Udah berapa kali gue bilang? Gue kesana karena dapat firasat buruk," Jawab Lydia sebal karena Ethan tak kunjung percaya.

Ethan mengangguk. "Menurut gue alasan lo terlalu mengada-ngada. Gue nggak nyangka pihak kepolisian sama temen-temen lo bakal percaya sama omong kosong lo."

"Mendingan lo pergi," Lydia tidak tahan memandanginya karena suara-suara aneh itu terdengar di kepalanya.

"Gue bakal cari tahu. Gue gak akan nyerah."

Lydia terkekeh merendahkan lalu mengangkat bahunya. "Terserah."

Tanpa berkata-kata lagi, Ethan langsung keluar kelas. Dengan begitu suara tersebut hilang seiring keluarnya Ethan dari kelas.

"Ngeselin banget si Ethan, pengen gue makan," ucap Stiles saat Ethan sudah berada di luar kelas.

Lydia terkekeh. "Makanlah,"

"Dulu Ethan enggak kayak gitu, sumpah," ucap Stiles, sambil menggelengkan kepala. "Dia orangnya sabar, baik--malah sering bantuin gue sama Scott ngerjain pr sejarah."

Lydia mengangguk. "Ya namanya manusia, pasti berubah setiap punya masalah besar, kan? Apalagi dia masih terpukul karena kematian ayahnya sendiri."

Stiles tampaknya tidak memedulikan ucapan Lydia. "Eh, kenapa lo dulu nyebut pelaku dengan sebutan Voldemort? Sumpah gue ngakak pas denger berita itu."

Lydia terkekeh. "Lo sih gak liat secara langsung."

Memang iya, teriakan Lydia mengenai Voldemort itu tidak masuk akal. Lydia tidak berada dalam novel Harry Potter, dan Voldemort tidak ada dalam dunia nyata ini. Namun orang itu benar-benar mirip musuh bebuyutan Harry Potter itu. Wajahnya pucat tirus dan ada luka cakaran yang banyak, tubuhnya kurus dan membungkuk, jari-jarinya yang panjang serta kulitnya yang pucat mengering.

Tiba-tiba Lydia teringat suara yang ada di kepalanya sejak Ethan muncul di hadapan Lydia. "Tadi gue denger bunyi pistol pas Ethan disini."

Stiles langsung melirik Lydia tak percaya. "Apa itu berarti Ethan korban selanjutnya?"

Sebelum Lydia bisa menjawab, ponsel Lydia berbunyi. Ia pun merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. Begitu melihat ponselnya, nafasnya tercekat.

Di layar ponselnya terdapat banyak kode. Dan Lydia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali dia tahu kunci untuk membuka kode yang seperti ini:

||PSRHLOIPHLSOOPIRSPHSAQOANDALA/

GANSUQERXSVAADIKSPRAVZJSANNA/

HGAHSNEQWRTXMAAPSLWWAEYSMSL/

WAVSHJMRRTYACAVJKISBAKOBAAIRQAS/

VABIAIOPAAVYAXZTAGNAJABAUASZXQTAU|| [.]

24 Desember 2016.

"Teen wolf without Stiles, Stydia, and Sciles. What the hell is teen wolf?" -voidxstles

a.n DYLAN UPSET DARI TEEN WOLF HUAA *nangis ngejer. Mulmed Ethan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Banshee • Lydia MartinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang