[XVII] ENDING Part—1
The end edge to never, leave miss stop
Even if we live in tears, like the wind scattering. Even find.
I thought you can not find the way, destiny is away.
I could not catch, you mind sending.
When the sun disappears.Siang ini begitu terik, sinarnya terasa menyengat pori-pori kulit—bahkan di saat mereka tengah melaju dengan kecepatan 100km/jam. Satu persatu, hingga akhirnya mereka serempak datang. Ternyata~ terik matahari tak selamanya mampu menahan tetesan air yang di bendung awan. Jungkook tersentak kaget saat beberapa tetes hujan menjatuhi helm yang dikenakannya—membuat pandangannya menjadi samar karena genangan air yang tertinggal. Gerimis di siang hari seperti ini? pria itu menarik gas motornya kuat-kuat, tak memedulikan Taehyung yang semakin menempel padanya meski pria itu tidak protes. Yang dipikirkannya hanya~ dia harus segera sampai di Seoul secepat mungkin. Hatinya kacau, andai~ andai dia menyadari gelagat gadis itu, tangisan gadis itu—mungkin dia bisa menahan kepergiannya barang sedetik. —mungkin!
‘AKU MENCINTAIMU, JUNGKOOK. SANGAT!’
Tulisan itu kembali terlihat, membuatnya kian gusar. Sampai detik ini, Jungkook tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran gadis itu. Kinan terlalu nekat untuk ukuran seorang wanita. Apa ini adalah alasan mengapa gadis itu ingin tidur bersamanya semalam? Alasan mengapa gadis itu memaksakan diri untuk memasak makan malam meski di tangannya tercetak banyak luka? Apa ini isyarat sebuah perpisahan? Gadis itu sengaja pergi meninggalkannya, dengan membuat kenangan indah terlebih dulu? Begitu?
Jungkook menggigit bibir bagian dalamnya kuat-kuat, kini bukan hanya gerimis yang menyamarkan pandangannya, tapi juga genangan air di pelupuk matanya—membuat matanya berkaca-kaca hingga siap retak saat dia berkedip. Jungkook menangis tanpa suara. Taehyung bisa merasakan punggung tegap itu bergetar, ‘Mungkin kah Jungkook menangis?’ pikir pria itu.
Taehyunng memajukan tubuhnya—dia berbisik, “Gadismu akan baik-baik saja, aku mengirimkan seseorang yang bisa dipercaya untuk membantunya. Kau pikir, hanya kau yang punya peluru berwujud gadis cantik, aku juga punya. Dan baru saja dia mengatakan bahwa dia mempercayaiku, jadi, aku dilegalkan untuk percaya padanya juga ‘kan sekarang?” dia menepuk pundak Jungkook—untuk menenangkan. Dalam keadaan seperti ini, Taehyung bisa mengerti. Karena sebenarnya yang sedang kalut bukan hanya pria bergigi kelinci itu, tapi juga pria berambut cokelat ini.
Pria pemegang kemudi itu berdecak, “Bertele-tele! Yang kau maksud itu Nam Junhee, uh?” Jungkook hanya menimpalinya dengan kalimat yang terkesan kasar, membuat Taehyung membulatkan matanya karena marah.
“—kau—“ Taehyung dengan keras memukul kepala Jungkook hingga motor itu berhenti mendadak di tengah jalan.
Jungkook memutar kepalanya kesamping—menatap pria itu dengan kilat marah dari ujung matanya—tidak terima. “Jaga tanganmu itu, hyung!” bentak Jungkook.
“Jaga juga mulutmu!” Taehyung juga tidak mau kalah, dia balik menatap Jungkook dengan tatapan yang sama.
Oh~ mereka masih sempat untuk bertengkar di saat genting? Abaikan itu~ Jungkok, Taehyung.
Sekali lagi, Taehyung menoyor kepala pria di depannya, “Cepat jalankan lagi motornya, atau kau ingin berurusan dengan polisi lalu lintas karena berhenti sebelum rambu merah menyala? Dan kita terlambat?!”
“Cerewet…,” Jungkook mendengus sebal. Dalam hati dia ingin tertawa sangat keras, Taehyung berubah, pria itu lebih banyak bicara dan gaya bahasa yang dia gunakan lumayan juga, apa katanya tadi? Dia juga punya peluru berwujud gadis cantik? ‘Apa kau terjebak dalam perasaan yang sama denganku, hyung? Apa ini sebuah kebetulan?'
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RED BULLET [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarNote; Cerita sudah dibukukan, tetapi versi wattpad masih lengkap dan masih bisa dibaca.^^ Bullet Series #1 [The Red Bullet] Is it like a bussines relationship for you? Or do you hate me? Or what? WARNING !!! LOVE HURT, IT CAUSES ANGER, JEALOUSY, O...