[XIX] F-I-N-A-L

4.5K 586 94
                                    

[XIX] F—I—N—A—L


You’re black eyes thet only saw me until you disappeared. I love you.

Kinan dan Junhee maju ke garis depan—langsung mengambil alih satu lawan yang sejak tadi gencar menyerang Jungkook dan Taehyung. Kedua gadis itu kini berdiri beberapa langkah di depan pria itu. Di luar dugaan, kedua gadis itu masih bisa bergerak bebas meski terlihat menahan sakit. Bagian tubuh yang terluka akan bereaksi jika digerakan secara paksa dan berlebihan.

Kedua pasang mata di belakang mereka menatap kesal dua tubuh kecil yang membelakangi mereka. Tubuh yang nampak rapuh karena pemiliknya adalah seorang gadis.

“Kenapa kau masih saja keras kepala?!”

“Kau mengabaikan peringatanku, Huh?!”

Tak ada satu pun dari kedua gadis itu yang menjawab teriakan ke dua pria di belakang mereka, mereka masih sibuk dengan lawannya masing-masing. Di saat-saat seperti ini Jungkook dan Taehyung akan berubah menjadi sangat cerewet, dan itu membuat para gadis merasa jengah. Jadi~ abaikan saja.

Junhee mengambil alih fokus Jimin, pria berambut hitam dengan gaya acak-acakan itu adalah alasan kesakitannya beberapa saat yang lalu. Membuat beberapa tetes dari darahnya jatuh tanpa bisa ditahan. Dan jangan salahkah Junhee jika gadis itu ingin membalasnya kali ini.

“Jangan seenaknya menyentuh tubuhku, brengsek!” gadis itu mengumpat kasar, “Rasakan ini!” Junhee melayangkan satu kepalan tangannya pada Jimin, hingga pria itu sedikit memundurkan langkahnya. Pria itu menatap Junhee dengan mata merah—marah. Dan Junhee puas dengan reaksi pria itu. “Apa? Kau marah karena aku pukul? Itu belum sebanding dengan luka yang kau tinggalkan di tubuhku!” dan~ gadis itu menggila lagi. Taehyung yang sedang berhadapan dengan Nam Joon dibuat tergelak, sempat-sempatnya gadis itu bicara dengan nada menantang. Tidak sadar kah gadis itu jika situasinya tetap tidak sebanding dengan ucapannya yang tinggi itu?

“Dasar merepotkan…,” Taehyung mendesis kecil.

Jimin tidak bicara, pria itu masih tetap diam—menatap lekat satu orang gadis di depannya. Dan kini malah mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya. Mata Junhee membulat.

“Y—ya! Kau curang! Apa-apaan kau mengeluarkan pistol! Singkirkan itu!”

Tak diindahkan~ Jimin tetap mengangkat senjatanya—mengarahkannya pada gadis itu. Junhee gemetar. Dia kebingungan. Jika dia menghindar, maka akan ada korban lain yang menjadi sasaran peluru itu. Suasana sedang riuh, dan mereka tidak akan menyadari datangnya peluru. Mereka hanya akan fokus pada lawannya masing-masing. Dan siapa pun bisa menjadi sasarannya.

Haruskah dia berkorban? Gadis itu mengepalkan tangannya.

Jimin bersiap, pria itu menarik pelatuk senjatanya dan semakin memusatkan matanya pada target. Satu hal yang membuatnya terkejut. Gadis  itu tidak gentar sedikit pun. Gadis dengan atasan putih yang kini lusuh itu balas menatapnya tanpa rasa takut. Satu sudut bibirnya tertarik. Gadis yang menarik—menarik untuk dijadikan mayat.

Taehyung yang melihat gadis itu tidak bergerak, diam sesaat. Hingga dia menyadari apa yang dipandang oleh gadis itu. Jimin sedang menjadikan gadis itu sasaran dari senjata apinya.

Matanya melihat gerakan tangan Jimin, hingga~ Taehyung menendang Nam Joon sekuat tenaga dan berlari secepat mungkin ke arah gadis itu.

DORR—!!! BRUUKK—!!!

“Akh—“ Junhee meringis saat sesuatu yang teramat berat menimpa tubuhnya—lebih tepatnya menimpa pahanya yang sakit.

“Kau bodoh ya?! HAH?!” Dan kini, suara bentakan itu membuat telinga kirinya berdengung luar biasa.

THE RED BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang