0

492 152 49
                                    

"Mainnya jangan jauh-jauh ya dek!" laki-laki itu berteriak agar suaranya bisa didengar oleh adiknya yang sudah pergi menjauh.

Gadis dengan kerudung panjang itu semangat sekali mengayuh sepedanya. Tak dipikirnya kakinya yang mulai lelah.

"Assalamu'alaikum, Tante," salam Wafa setelah sampai.

"Wa'alaikumussalam, eh Wafa, masuk saja. Di dalam sudah ada yang lainnya," senyum manis tercetak jelas di wajah wanita paruh baya itu.

Setelah permisi, ia masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamar sahabatnya, Kia. Ternyata memang benar, sahabat-sahabatnya sudah berkumpul. Mereka menyambut hangat kedatangan gadis bernama Wafa itu.

"Fa, nanti setelah lulus SMP ini kamu mau lanjut dimana?" tanya perempuan yang memiliki mata seperti orang Korea, Zakia Rafiqah.

Zakia Rafiqah, si pendiam yang bisa berbanding terbalik hanya saat bersama dengan sahabat-sahabatnya. Ia misterius, sulit menebak perempuan satu ini.

"Aku maunya lanjut di Pesantren, tapi gak bisa. Jadi aku lanjut di SMA Binakarya saja. Kalau kalian?"

"Binakarya kan sekolah favorite, aku ngikut kamu saja deh," jawab perempuan yang memiliki alis tipis, Anisa Faizah.

Anisa Faizah, si moodyan yang sering jadi moodbooster orang-orang di sekitarnya.

"Aku mau di SMK Bakti Jaya, supaya bisa masuk jurusan kesukaanku," jawab perempuan berkacamata ala-ala Korea dengan antusias, Shasi Khairiyah.

Shasi Khairiyah, si bijak yang terkadang tidak difilter perkataannya.

"Wah, kita samaan Shas," balas perempuan yang memiliki senyum manis di antara mereka, Khanita Ranaa.

Khanita Ranaa, si tukang senyum yang terkadang menjelma jadi si tukang ngambek.

"Ah, aku sih mau lanjut di luar negeri," ucap perempuan yang mempunyai gigi gingsul dengan nada bicara yang sengaja dia buat-buat, Muty Azizah.

Muty Azizah, si kekanak-kanakan yang sering dijadikan bahan bullyan oleh ketujuh sahabatnya.

"Dih, begaya banget kamu, Mut," sindir Anisa lalu tertawa, yang lainnya juga ikutan tertawa.

"Eh, kalau aku mau di SMK 2, di sana katanya bagus," kata perempuan bermata paling cipit dari yang lainnya lalu manggut-manggut, Fristy Chandani.

Fristy Chandani, si 'paling dewasa' di antara mereka ber-8 padahal usianya paling muda, dan ia juga yang paling mudah ketawa di antara mereka.

"Kalau kamu, Ga?" tanya Wafa, mereka yang lainnya ikutan memandang Viga penasaran, menunggu jawaban dari perempuan yang memiliki bibir tipis tersebut.

Viga Aninda, si paling kalem plus datar di antara mereka ber-8. Diam-diam menghanyutkan...

"Entah. Bingung," jawab Viga seadanya. Sahabat-sahabatnya langsung menghela napas, mereka menyerah setiap berbicara dengan Viga.

🌸🌸🌸

"Eh, anak ummi sudah pulang, kamu sudah ditungguin sama abang dan abimu," perempuan paruh baya itu menyambut anak gadisnya yang baru saja pulang, mereka masuk bersama ke dalam rumah.

"Kamu lambat dek, ayamnya udah abang habisin," ucap laki-laki itu sambil mengunyah.

"Rafiq, makanannya ditelan dulu," ucap pria paruh baya dengan wajah yang teduh menegur anaknya.

"Ih, abang Rafa ngeselin. Wafaa gak disisain ayam. Ummi, Abi, lihat abang," gadis bernama Wafa itu merengek.

"Rafiq, kamu ini suka sekali mengusili adikmu."

Al-Hubbu FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang