Di sinilah mereka berada.
Setelah masakannya selesai, Waifa memanggil semuanya untuk makan.
Tentu saja mereka akan makan bersama di ruang keluarga."Nah. Makan yang kenyang ya anak-anak ummi," ucap Waifa semangat.
"Calon mama mertua, masakannya enak banget. Top markotop deh pokoknya!" seru Zaqi dengan antusias.
Semuanya hanya tertawa renyah menanggapi perkataan Zaqi.
"Pan, itu siapa sih? Yang daritadi sibuk sama handphone-nya. Dia lagi sariawan, ya? Diam-diam mulu," bisik Sarah.
"Kak Izam. Makanannya jangan dianggurin," tegur Wafa, sebenarnya ia sangat malu menegur. Teman-teman Rafiq memang sering berkunjung, tapi Wafa tak terlalu dekat dengan Izam dikarenakan lekaki itu terlalu sibuk dengan handphone-nya.
"E-eh? Iya, Fa."
"Oalah ... Namanya Izam," gumam Sarah sembari senyum-senyum tak jelas.
Bagi Wafa, tak sopan rasanya apabila saling berbisik dalam keadaan ada orang lain di sekitar mereka.
Nanti kalau orang lain berpikir macam-macam kan bisa jadi su'udzon, apalagi kalau mereka sampai tersinggung.Dalam diam pun, Wafa sebenarnya tau kalau Zaqi curi pandang sedari tadi. Tapi, gadis itu berusaha mengabaikan.
🌸🌸🌸
Selepas makan. Mereka masih berkumpul di ruang keluarga, sibuk dengan urusan masing-masing. Wafiy, Wafa, Zakia, dan Rafiq sedang berdiskusi tentang acara organisasi Rohis yang akan mereka adakan, sedangkan yang lainnya hanya sibuk dengan benda pipih di genggaman mereka.
"Kak, bagaimana kalau setelah sesi tilawah, kita adain sesi tanya jawab?" usul Wafa.
"Wah, aku setuju. Bagian perempuan dan laki-laki tentu saja dipisah. Jadi, siapa yang mau menjawab pertanyaan-pertanyaannya?" tanya Zakia.
"Wafiy, dan Wafa. Aku, dan Zakia kan bagian tilawah. Beberapa anggota Rohis ada yang jadi panitia acara, dan ada juga yang ngatur di belakang panggung."
Zakia, Wafa, dan Wafiy mengangguk pertanda menyetujui ide Rafiq.
"Eh, Raf, lo dicariin Reina! Haha, gila nih cewek, pantang mundur. Dia spam chat gue, katanya mau ikutan kesini." Tiba-tiba Zaqi duduk di tengah-tengah mereka sembari memperlihatkan room chat-nya dengan Reina.
"Gak! Tolak! Awas aja tuh cewek kesini. Perusak banget, dah," celetuk Izam, masih tetap berkutat dengan benda pipih di genggamannya.
"Gimana, Raf?" tanya Zaqi memastikan.
"Lebih baik jangan, Raf. Lo tau sendiri dia kayak gimana." Wafiy ikut menimpali.
Wafa sudah tak heran lagi kalau Wafiy memakai lo-gue ke teman-temannya. Bukankah kakaknya juga seperti itu? Rafiq sangat berbeda saat bersama dengan Wafa dan orangtuanya, ia melembut.
"Yaudah, tolak aja. Gue juga risih deket-deket sama tuh cewek. Kayak gak ada harga dirinya," ujar Rafiq dengan nada tak mengenakan hati.
Wafa langsung menatap kakaknya tajam. "Ih, Kak Rafiq, kok gitu."
🌸🌸🌸
Hari senin. Kenapa begitu banyak pelajar di Indonesia tak menyukainya? Berbeda dengan yang lainnya, Wafa malah bersemangat datang ke sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Al-Hubbu Fillah
DuchoweBukankah sebaik-baik pembuat rencana adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala? Wafa mengakui kebenaran fakta itu. Tanpa ia sadari, dirinya telah menjadi jembatan antara Allah dengan seorang pemuda non-muslim yang pernah turut mewarnai hari-harinya saat ma...