Wafa, gadis itu merutuki dirinya yang terlalu ceroboh. Kemarin ia mendapatkan ceramah dari guru yang sedang mengajar di kelasnya. Sudah dituduh berbohong karena katanya ia terlalu lama hanya untuk alasan ke toilet, ditambah lagi hukuman berdiri di luar kelas sampai istirahat. Sebenarnya gadis itu tidak masalah, hanya saja saat ia sedang asik menikmati berdiri sendirian di luar kelas tiba-tiba seseorang datang dan menertawainya yang sedang dihukum, siapa lagi kalau bukan Nathaniel Pratama.
"Menyebalkan. Kak Nathan menyebalkan," gadis itu berguling-guling di atas kasurnya lalu menendang-nendang udara.
Wafa teringat sesuatu, ia bangkit lalu berjalan cepat menuju ke kamar kakaknya.
"KAK RAFIQ!" Wafa menggedor pintu kamar Rafiq dengan cepat.
"BERISIK!" balas Rafiq dari dalam kamarnya.
"Ih, bukain dulu!"
"Iya sabar!"
"Lama ih! Ngapain sih di dalam?"
"Tunggu dek!"
"Kak Rafiq! Cepetan buka ih!"
Rafiq terlanjur kesal, ia berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan cepat. Wafa langsung terdiam setelah kakaknya itu berdiri di ambang pintu.
"Ada apa?" tanya Rafiq dengan santai.
Kembali sadar, gadis itu malah berteriak sambil menutup matanya dengan kedua tangannya. "Astaghfirullah, KAK RAFIQ! PAKAI BAJU DULU SANA!"
Rafiq tertawa melihat reaksi adiknya. "Ya siapa suruh kamu nyuruh cepat-cepat, aku tadi baru selesai mandi. Tunggu bentar, aku pakai baju dulu." ucapnya lalu menutup pintu kamarnya.
Tak lama kemudian pintu kembali terbuka. Rafiq mempersilakan adiknya untuk masuk dan menyuruhnya duduk di kasur.
"Nah. Ada apa?" tanya Rafiq sambil senyum-senyum tidak jelas. Ia masih terbayang-bayang reaksi lucu adiknya tadi.
"Kak, ingat jaket yang waktu itu gak? Jaket yang Wafa bawa ke rumah."
"Ingat kok ingat. Ada di jemuran, aku malas ngambil. Itu punya siapa? Parfumnya nyengat banget."
"Kak Rafa aja ya yang ngembaliin? Aku gak mau ketemu dia," Wafa mengerucutkan bibirnya kesal, kejadian kemarin teringat kembali di ingatannya.
"Lah. Kok jadi aku yang ngembaliin?" tanya Rafiq bingung.
"Itu punya kak Nathan. Kelasnya berada di samping kelas kak Rafa, kan? Ih, pokoknya kak Rafa aja deh yang ngembaliin. Wafa cuma mau titip bilangin terimakasih," ucap Wafa lalu memperlihatkan senyum kotaknya.
Raut wajah Rafiq seketika berubah.
"Shanum. Kamu ada hubungan apa sama Nathan?" tanya Rafiq serius.Duh, kak Rafa manggil nama tengahku. Berarti kak Rafa lagi serius, gak bisa diajak bercanda.
"Gak ada hubungan apa-apa. Wafa gak bohong kok. Kak Rafa tau kan Wafa selalu jujur ke kak Rafa?" ucapnya mewanti-wanti, ia tak mau kejadian dua hari yang lalu terulang kembali. Tapi, ia memang benar-benar jujur perihal tidak memiliki hubungan dengan Nathan.
Raut wajah Rafiq kembali tersenyum.
"Iya, kakak percaya kok sama kamu. Yasudah, nanti aku saja yang kembaliin ke Nathan.""Terus lain kali jangan sembarangan keluar kamar gak pakai baju. Kalau saja tadi ada teman-temanku, Kak Rafa pasti bakalan malu," ucap Wafa lalu tertawa kecil.
Rafiq mengacak-acak rambut adiknya gemas. "Makanya kamu juga lain kali jangan maksa minta dibukain pintu gitu dong. Pagi-pagi begini kamu sudah berisik. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Al-Hubbu Fillah
SpiritualBukankah sebaik-baik pembuat rencana adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala? Wafa mengakui kebenaran fakta itu. Tanpa ia sadari, dirinya telah menjadi jembatan antara Allah dengan seorang pemuda non-muslim yang pernah turut mewarnai hari-harinya saat ma...