Aku tersenyum pada semua orang. Wajahku memerah saat mereka menyinggung masalah kedatangan Sasuke. Aku harus menahan rasa malu saat mereka berusaha menggoda perihal Suami ku. Sedangkan pria itu? Dia hanya berdiri dengan ekspresi datar tepat di belakangku. Tanpa senyum, sama sekali. Apa dia tidak bisa menunjukkan sedikit saja ekspresi?
Aku menjabat tangan beberapa pejabat kota setelah memberikan kata sambutan. Sasuke menolak untuk melakukannya, jadi aku yang melakukannya. Aku masih harus bertahan agak lama disini, menemui beberapa kepala desa dan beberapa investor yang tertarik untuk membuka usaha atau ekspansi bisnis ke dalam kota ini. Aku sangat senang karena perjuanganku dan kakek Madara tidak sia-sia.
Aku menyukai buku-buku. Bagiku buku adalah pintu menuju dunia tak terbatas. Jadi pembukaan perpustakaan ini sangat penting bagiku. Penting juga untuk kemajuan kota ini karena demi pendidikan masyarakat yang terfasilitasi dengan baik. Masa sekolahku yang cukup terbatas membuat aku tidak ingin anak-anak di kota ini ikut merasakannya.
Aku berkeliling dan melihat semua buku. Aku melihat Sasuke diam dengan wajah murung di pojok perpustakaan. Aku menghampirinya dan dengan insting militernya, ia langsung menyadari keberadaanku. Matanya tajam menatap kearah ku dengan ekspresi datar. Tepat selalu seperti itu. Aku bahkan tidak bisa membaca dirinya?
"Kau suke perpustakaan baru ini?"Tanyaku dengan santai. Menyilangkan kedua tanganku di depan dada.
Dia mengerutkan keningnya. Sasuke mencengkram lenganku dan menarikku mendekatinya. Aku menabrak dadanya dan ia menahan gerakan ku yang ingin melepaskan cengkraman nya. Sial! Kenapa pria itu suka sekali main kasar?
"Sebenarnya permainan apa yang sedang kau mainkan?"Tanya Sasuke dengan menggertakkan giginya. Suaranya ia kecilkan. Aku menoleh kebelakang melihat orang-orang. Sudah sepi dan sangat tenang, sepertinya penjaga perpustakaan ini sudah mulai menerapkan aturannya.
Aku mengadah menatap matanya, walaupun aku sudah menggunakan heels tetap saja aku masih kalah tinggi darinya.
"Permainan apa? Ini permainan kakek mu. Sedangkan aku? Aku hanyalah pion yang beruntung."Jawabku menantangnya.
Rahangnya terlihat mengeras ketika aku menjawabnya. Cengkraman nya di lenganku bertambah. Aku menahan sakitnya. Tanpa sadar aku meringis keras. Ia melepaskan cengkramannya dengan cepat dan mendorongku jauh.
Aku menatapnya kesal dan mengalihkannya pada lenganku yang terasa sangat sakit akibat cengkaramannya. Beruntung aku mengenakan kemeja berlengan panjang. Dengan menahan amarah aku melangkah jauh meninggalkannya. Sial! Seharusnya aku tidak usah menghampirinya. Baru sehari bertemu dan ia sudah hampir meretakkan tulang lenganku. Bagaimana jika sampai beberapa bulan kedepan?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife
FanfictionTerasa mengejutkan begitu kau sedang mendapat cuti pulang ke kampung halaman dan mendapati bahwa di sepanjang jalan menuju kerumah mereka membicarakan 'Istri' yang sama sekali tidak kau ketahui. Re-make dengan banyak perubahan sana sini dari novel t...