"Sudah bertemu Sakura?"Pria tua itu menyambutku dengan pertanyaan. Aku bahkan sama sekali belum menyapanya. Namun itulah kalimat yang pertama kali ia lontarkan ketika melihatku memasuki ruangan kerjanya setelah sekian lama kami tidak berjumpa.
Aku hanya mengangguk. Dia memijit pelan pelipisnya, seakan akulah pembuat onarnya disini.
"Surprise. Kau pulang lebih awal."
Aku menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Wajah pria tua itu memperlihatkan antara keterkejutan dan kebingungan saat ini. Padahal seharusnya aku yang merasa demikian.
"Seperti yang kau tahu, Sakura adalah istrimu."Ucapnya seakan mengajarkan ku bahwa satu tambah satu sama dengan dua. Ada pernyataan tidak ingin dibantah dalam pengucapan kalimat itu. Dahiku mengerut, apakah kecurigaan awalku salah besar? Kenapa kakek membela perempuan yang mengaku sebagai istriku itu?
"Semua ini aku yang putuskan. 2 tahun yang lalu, kondisi kakek tiba-tiba melemah. Hal yang ada dipikiran kakekmu ini adalah melihat kau menikah. Jadi, Aku memikirkan calon yang pantas. Aku merasa Sakura adalah orang yang tepat. Aku langsung mendafrarkan pernikahan kalian berdua."Jelasnya seperti menjelaskan ladang potensi bisnis. Hal ini benar-benar membuatku terkejut.
Pria tua itu yang mengatur segalanya? Kakekku sendiri adalah dalang dari skenario paling tidak masuk akal yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku tahu si tua itu memiliki uang yang banyak untuk mewujudkan segala pemikiran tidak masuk akalnya, tapi bagaimana caranya dia membuat perempuan itu dan dirinya bisa memiliki kelegalan dalam administrasi pernikahan?
"Bagaimana kakek mengurusnya? Kenapa bukan kakek saja yang menikahinya kalau begitu?"
"Kau ingin nenekmu bangkit dari kubur? Kau seharusnya memberikanku cucu lain sebelum memutuskan pergi untuk bermain dengan pistolmu di perbatasan sana!"Kakek terlihat menahan kekesalannya terhadapku.
Ia melanjutkan, "Kau menandatangani surat nikahmu sendiri disana. Aku mengirimimu lewat surat 2 tahun yang lalu. Kau jelas menandatanganinya. Aku tebak kau tidak membaca surat yang datang untuk kau tanda tangani?"Pria tua itu benar bisa menebak diriku semudah itu, seakan aku hanya remahan kecil dalam genggamannya.
Seketika aku merasa dijebak.
"Sial."Desisku pelan. Tidak berharap keteledoranku bisa menimbulkan masalah seperti ini.
"Seharusnya 8 bulan lagi baru kau kembali kesini. Saat itu istri yang tidak kau kenal itu akan pergi. Sakura sepakat menandatangani kontrak dan sebagai imbalannya, kakek akan memberikannya 500 juta yen."
Mataku membelalak lebar. 500 juta yen? Apa otak kakek sudah dicuci? Perempuan itu jelas akan kaya sekali ketika menerimanya. Aku yakin perempuan manapun akan langsung menerima tawaran itu.
"Kenapa pulang lebih cepat, Sasuke?"Kakek memperhatikan bahuku yang terluka. Entah kenapa matanya berbicara seakan tau bahwa disanalah titik kesakitan ku. Walaupun sudah tertutup rapat dengan kaus hitam lengan panjang yang ku kenakan.
Aku tersenyum kecut, "Oh ini hanya luka tembak biasa."Jawaban yang kuberikan sukses membuat kakek ku berteriak histeris.
"SAKURRAAAA!?"
Aku memutar mataku bosan. Perempuan 500 juta yen itu berlari dengan wajah pucat menghampiri kami.
"Ada apa kakek?"Tanyanya gusar terlihat sekali sangat khawatir.
"Segera hubungi Tsunade. Suruh dia segera kemari memeriksa bahu Sasuke."
Kakek benar-benar terlalu over reaksi terhadap keadaanku. Sebagai pejuang luka ini hal biasa. Aku tertawa miris dalam hati. Terluka di medan perang adalah bukti kejantanan bagi seorang marinir. Ini adalah penghargaan. Namun akibatnya memang harus ditanggung seberat ini.
Sakura menatap ku dengan melotot. Wajahnya yang pucat entah kenapa langsung berubah menjadi memerah.
"Tidak perlu."Kataku santai.
Kakek menggeleng pelan, terlihat tidak setuju dengan kalimatku.
"Tolong telepon Tsunade, Sakura. Aku mau dia di sini dalam 30 menit."Tegas kakek ku dan tidak ada yang bisa menahan permintaanya.
...
...
...Kakekku meminta waktu 15 menit untuk menenangkan dirinya di dalam kamar. Kekhawatiran pria tua itu bukan tanpa alasan. Sasuke tahu kenapa, namun ia memilih bungkam. Itu hanya satu dari memori usang yang harus dirinya lupakan.
Aku duduk di ruang tamu bersama Sakura yang sedang menatapku. Menunggu seseorang bernama Tsunade untuk datang memeriksaku. Aku mengenal nama perempuan yang kami tunggu itu. Dokter pribadi milik Uchiha.
"Jangan tatap aku seperti itu."Kataku.
Tapi dia memutar matanya. Keinginanku mengusirnya dari hadapanku tidak terbendung lagi. Istri yang tepat? Kakek sangat salah besar. Wanita ini benar-benar memuakkan di mataku sekarang.
"Kau membuat Kakek kaget. Itu bisa mempengaruhi kondisinya. Dia bisa mati di tempat!"Serunya tak terima. Aku jadi bingung, siapa cucu dari Kakek sebenarnya?
"Yah, Karena kalau Kakek meninggal secepat ini kau tidak akan mendapatkan 500 juta yen-mu."Balasku acuh.
Dia hanya menatapku tanpa membalas ucapanku. Sakura menarik napasnya dalam sebelum kembali berbicara.
"2 tahun yang lalu Kakek kritis. Aku mencoba meneleponmu, namun tidak ada jawaban. Aku menelpon pangkal militer mu, dan mereka bilang kau sedang berjuang di sebuah pulau di Pasifik. Disaat kau berjuang untuk negaramu, Kakek sedang berjuang untuk nyawanya...
... Kau pergi terlalu lama, Sasuke. Kakek menginginkan kehadiranmu. Dia ingin melihatmu menikah. Jadi Kakek memintaku menjadi istrimu."Jelas Sakura.
Kritis? Aku sama sekali tidak mengetahui kakek kritis? Astaga, aku tidak ada bersama kakekku saat itu. Rasa penyesalan langsung menyelimuti ku dengan cepat.
"Dan kau meminta 500 juta yen."Sindir ku. Dia hanya tersenyum miring. Senyum yang sudah dua kali dia tampakkan hari ini padaku, aku tidak suka.
"Well, aku membutuhkan jaminan waktu 2 tahun yang ku buang. Aku rasa itu cukup"
"Setelah kita bercerai maksudku, setelah kau mendapat uang 500 juta yen-mu. Apa yang akan kau lakukan?"
Dia tersenyum. Senyum yang aku sama sekali tidak tau apa artinya. "Tidak usah berpikiran negatif. Aku akan pergi sejauh mungkin dari sini. Sudah cukup kan? Sekarang angkat badanmu itu dan kita pergi ke pembukaan perpustakaan kota."Ucapnya merapikan rok span yang di kenakannya.
Mataku memperhatikan bokongnya yang terbentuk dengan baik. Well, walau keras kepala setidaknya ia tidak begitu memalukan untuk dikenalkan sebagai istriku.
"Ayo cepat! Tenang saja, aku tidak benar menelepon Tsunade. Kakek akan bangun 2 atau 3 jam lagi. Aku sudah memberinya obat tidur."Jawabnya santai.
Obat apa? Obat tidur?
"Kau.."Aku menarik lengannya dan ia kembali terjatuh duduk di sofa.
"Kau memberi kakekku obat tidur?"Dia berusaha memberontak. Tapi cekalan yang ku berikan padanya adalah cekalan militer. Dia tidak merintih kesakitan.
"Itu sudah ada di dosis obat penenangnya. Jadi itu aman untuknya. Sial!"Serunya dan melepaskan cekalan di lengannya.
Dia sedikit mengaduh dan memegang lengannya.
"Bukannya seorang istri dan suami saling bergandengan mesra? Tapi kau malah ingin meremukkan tanganku."
"Ah yah.. Aku ingat, Kau kan Uchiha Sasuke, Wakil kapten tim khusus. Wajar saja."Ledeknya berdiri dan berjalan meninggalkanku.
Aku tersentak kaget. Dia tahu bahwa aku adalah Tim khusus. Aku tidak pernah memberitahukan hal ini pada siapapun. Siapapun, itu adalah rahasia militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife
FanfictionTerasa mengejutkan begitu kau sedang mendapat cuti pulang ke kampung halaman dan mendapati bahwa di sepanjang jalan menuju kerumah mereka membicarakan 'Istri' yang sama sekali tidak kau ketahui. Re-make dengan banyak perubahan sana sini dari novel t...