I. Stalasha Isadora

39 4 0
                                    

Selamat membaca....

***

Hidup dan tumbuh tanpa orang tua?

Siapa saja tak mungkin bisa melakukannya, termasuk aku.
Yap, aku memang seorang anak yatim piatu yang hidup dan tumbuh dewasa bersama paman dan kedua sepupu kembar ku.

Semua itu berawal saat aku masih berumur 7 tahun, aku kehilangan kedua orang tuaku tanpa tahu penyebab kematian mereka. Bahkan sebelum di makamkan, aku dilarang paman melihat wajah kedua orang tua ku untuk yang terakhir kalinya. Aku tak tahu apa alasannya tapi aku tetap menuruti apa yg di katakan pamanku.

Tapi selama beberapa hari aku terus memikirkan penyebab kematian kedua orang tua ku yg penuh keganjalan. Sebab kedua orang tuaku tak memiliki riwayat penyakit apapun, lalu kenapa paman berkata pada tetangga bahwa kematian kedua orang tuaku di sebabkan oleh penyakit?

Aku pun memberanikan diri menanyakan hal ini pada pamanku tapi yang kudapat hanya sebuah pelukan hangat dan air mata. Dan sejak saat itu aku tak pernah lagi menanyakan hal itu pada paman dan berpikir kelak seiring berjalannya waktu aku akan mengetahui penyebab kematian kedua orang tua ku.

Setahun setelah kematian orang tua ku, paman mengajak aku dan kedua sepupu kembar ku pindah ke Gorontalo, jauh dari Bandung tempat kelahiran ku.

Setelah kami benar-benar menetap di Gorontalo paman mengajarkanku banyak hal, tak hanya pelajaran yang biasa di dapatkan layaknya seorang anak yang berumur 8 tahun, beliau juga mengajarkanku beladiri dan menembak. Kata pamanku alasannya sederhana, karena sekarang banyak kejahatan yang terjadi pada anak di bawah umur dan aku mempercayai ucapannya begitu saja.

Aku pun tumbuh dengan berbagai luka yang disebabkan oleh latihan yang kujalani setiap harinya. Sampai akhirnya paman ku menjadi pemimpin sebuah organisasi dan aku adalah salah satu anggotanya, tapi itu tak membuatku berhenti sekolah. Aku bergabung dengan pamanku saat aku duduk di bangku perkuliahan.

Hingga suatu hari paman mengutusku untuk membuat satu tim berisikan lima orang yang di ketuai olehku. Aku melakukan beberapa tes untuk mengetahui kesesuaian antara aku dan anggota ku nanti, salah satunya adalah dengan melawanku satu lawan satu. Namun dalam tes tersebut aku hanya mendapatkan tiga anggota yaitu satu teman masa kecil yang kutemui dulu saat aku masih di Bandung, dan dua temanku yang kutemui saat kami masih di bangku sekolah menengah atas.

Aku pun pergi ke ruangan Angreya dengan beberapa kertas laporan yang sudah ku print tadi.
Yah beginilah hidupku dan aku bangga menjalaninya.

***

Hallo !!
Salam kenal.
Kami author baru disini. Dan ini adalah cerita karangan bersama dari kami. Maaf ya kalau ceritanya absurd kayak gini.

Jangan lupa vote dan comandnya...

Salam dari kami
Dea & Ara

Team OnyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang