Selamat membaca...
***
Munafik.
Semua yang dikatakannya bohong. Aku merasa kasihan pada gadis di depannya, dia menaruh harapan lebih pada pemuda tersebut tapi apa yang ia dapat? Kepalsuan.
Sejak mereka datang, pandangan ku tak henti menatap gerak gerik mereka. Mungkin karena ini masih terlalu pagi dan cafe ini terlihat sepi. Ralat. Sangat sepi. Hanya ada aku, pemuda munafik itu, gadis yang bersamanya dan beberapa pekerja cafe.
Aku merasa risih dengan pemuda tersebut. Entah dari caranya duduk atau kata kata yang ia katakan pada gadis di sampingnya.
Dia memiliki mulut manis, sayangnya itu sama sekali tak serasi dengan apa yang ia rasakan. Dia hanya mengumbar kata kata manis pada setiap gadis, dahi nya saja sudah bertuliskan " PLAYBOY "
Maaf itu hanya kiasan.
Dan apa sekarang? Apakah dia tengah menatapku? Tapi aku tak akan terpengaruh dengan tatapan mu. Sekarang saja aku hanya menatap datar kearahnya.
Tapi..... tatapan ini sudah terlalu lama. Aki pun mengalihkan pandanganku ke buku yang sempat ku abaikan karna kedatangannya. Namun lagi-lagi aku tergganggu karenanya. Suara yang keluar dari mulut nya tak bisa membuat ku fokus pada buku ku. Saat kutatap lagi pemuda tadi, aku sudah tak melihat gadis yang ia rayu tadi malah sekarang ia sudah dengan pemuda pekerja cafe.
Mungkin dia temannya.
Kenapa ia harus tertawa sekeras itu? Apa ia merasa menang karena berhasil membuat gadis tadi luluh? Atau karena ia menang taruhan? Kenapa pemuda di dunia ini selalu menganggap segala sesuatunya hanyalah mainan?
Dasar.
Semua ini hanya akan membuang waktu ku, jika aku masih saja disini. Lagipula sudah jam segini. Jalanan pasti ramai jika aku berangkat terlambat.
Aku menaruh beberapa uang lembar di samping gelas kopi yang ku pesan tadi dan beranjak pergi dari cafe.
Tapi sebelum aku sampai di pintu cafe, tiba-tipa....
"Bulshit" kata kata itu keluar dari mulut ku begitu saja saat aku berada di sebelah pemuda tadi.
Tanpa menatapnya dan masih terus berjalan.Ada apa denganku? Untuk apa aku berkata seperti itu? Dan apa untungnya juga untuk ku? Sepertinya otak ku sudah terganggu karena pemuda itu.
Ah Sial. Aku akan terlambat jika aku terus memikirkan hal yang tak penting.
Liburan panjang pekerjaan ku tak akan berpengaruh dengan jam kuliah yang semakin padat.
Ini bukan istirahat tapi kiamat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Team Onyx
ActionTeam Onyx Pertemuan adalah sebuah takdir " Setya turunlah. Kau tidak lihat kak Ira sangat khawatir padamu?" " Tidak. Naiklah Stela. Disini sangat indah." Mata yang melihat cahaya terakhir berakhirnya sebuah jiwa " Aargh ... tolong j-jangan teteskan...