Selamat membaca...
***
Kali ini aku tidak akan melepaskannya.
Dia berada 10 meter di hadapanku. Tanganku semakin erat menggenggam pedang besar berlumur darah. Dia adalah lawanku yang terakhir. Aku tidak akan membiarkannya hidup.
Keh , jangan pernah berharap masih bisa hidup setelah bertemu denganku.
Aku adalah dewi kematian.
Aku mencoba maju selangkah. Masih dengan tatapan membunuhku. Kuangkat pedang ditanganku. Dia mulai melangkah perlahan kearahku.
Nampaknya dia belum pernah mendengar tentang diriku. Baiklah kalau begitu, dengan senang hati aku akan memperkenalkan diri.
Aku berlari kearahnya. Melayangkan tendangan memutar kewajahnya. Dia sempat terhuyung ke belakang. Aku sempat lihat dia terkejut karena kedatanganku yang tiba tiba. Aku menggunakan pedangku untuk melukai lengannya tapi dengan mudah ditahan oleh pedang berkilau miliknya yang jauh lebih besar. Kali ini aku merunduk karena sabetan pedang itu mengarah keleherku. Kucoba menjatuhkannya dengan kaki tapi lagi lagi tidak berhasil. Dan dia justru berhasil menendang perutku.
Aku berguling kesamping. Memegangi perutku sambil berdiri. Kembali ku ayunkan pedangku untuk menyerangnya. Menebas menusuk menyabet dan beradu dengan pedangnya. Sehingga menimbulkan desingan halus saat dua logam itu saling beradu. Sambil terus kulawan dengan tendangan dan tinjuan tangan kiriku.
Dia tersenyum miring.
Ck sial. Rupanya dia tidak selemah seperti dugaanku. Dari cara bertarungnya dia terlihat sangat terlatih. Dia tidak seperti lawanku sebelumnya.
Tidak.
Aku tidak boleh gagal. Aku harus tetap berjuang.
Aku kembali berlari kearahnya dengan pedang yang teracung ke atas. Siap membelah tubuhnya menjadi dua bagian. Tapi dengan mudahnya dia melompat kekanan dan memberi tendangan ke punggungku. Dan aku tersungkur dengan tidak elitnya ke tanah. Pipi kanan ku tergores batu kecil. Aku kembali bangkit dan menusukkan pedangkaku ke arah perutnya. Tapi justru mengenai lengan kanannya.
Dia sempat diam saat aku berhasil memberikan tanda di lengannya yang berotot itu.
Keh sudah kubilangkan jangan remehkan aku. Sekarang rasakan tendangan mautku ini.
Hyaa.....
Aku menendang perutnya sekuat tenaga. Dan membuatnya terpental hingga menabrak dinding dibelakangnya. Dia ambruk dengan darah yang mengalir dari mulutnya. Tapi rupanya dia tidak menyerah begitu saja. Pedangnya tiba tiba memancarkan cahaya biru. Dalam cahaya itu terlihat aliran listrik yang sepertinya sangat kuat. Dia berlari kearahku. Kami kembali beradu pedang dengan cukup lama. Tapi kecepatannya meningkat dibandingkan tadi.
Sampai akhirnya dia berhasil melemparkan pedangku jauh ke belakang. Dia menusukku dengan pedang besar itu. Darah keluar begitu derasnya.
Dan akhirnya......
GAME OVER
" Ahh sial aku kalah ... "
Buagh
"Aw"
"Makanya jangan berisik PRISKILLA DELAROSA!! Aku sedang mengerjakan tugas bodoh!!"
Oh astaga sahabatku yang satu ini sadis banget. Kepalaku sakit dipukulnya dengan buku psycolog setebal 300 halaman.
Tiga ratus halaman KAWAN!!!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Team Onyx
AksiTeam Onyx Pertemuan adalah sebuah takdir " Setya turunlah. Kau tidak lihat kak Ira sangat khawatir padamu?" " Tidak. Naiklah Stela. Disini sangat indah." Mata yang melihat cahaya terakhir berakhirnya sebuah jiwa " Aargh ... tolong j-jangan teteskan...