BAB 3

199 21 9
                                    

Pagi itu Risa baru tiba di Dermaga 8 dengan seragam sekolah yang dari ujung kepala sampai ujung kaki berwarna hitam. Dia tidak habis pikir juga kenapa sekolah sihirnya berada di sebuah pulau wisata yang posisinya masih di wilayah negara Ferla. Ketika anak-anak yang mengenakan seragam seperti dirinya melangkah masuk ke dalam kapal, dia pun mengekor dari belakang.

“Permisi, boleh saya lihat buku pelajarnya?” tanya seorang wanita yang kelihatannya adalah pelayan wanita di kapal. Risa pun merongoh tasnya dan mengeluarkan sebuah buku berwarna merah lalu menyerahkannya kepada wanita itu. Setelah diperiksa, wanita itu mengembalikan bukunya dan tersenyum pada Risa.

“Mari ikuti saya,” katanya kemudian. Risa pun melangkah masuk bersamanya. Risa kira dia akan duduk di kursi VIP atau apalah itu berhubung dia putri kerajaan. Tapi nyatanya di kapal ini tidak ada tempat seperti itu. Yang berbeda hanya kursi warna biru dan merah. Biru untuk anak kelas 3 dan merah untuk kelas 1 dan 2. Karena Risa masih pemula, tentu saja dia harus merangkak dari kelas 1. Setiap baris ada 4 kursi dan dia duduk di kursi nomor dua setelah kursi yang dekat dengan jendela.

Ia membuka buku pelajarnya dan memperhatikan halaman pertamanya. Jadi, dia akan duduk di sini selama 2 tahun?

Tiba-tiba Risa menguap. Sudah 3 hari Risa kurang tidur karena pemandangan gunung jasad yang ditunjukkan ayahnya. Sampai sekarang pun Risa masih bisa mengingat baunya.

Mendadak, ada seseorang yang tanpa permisi langsung melewati Risa dan duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Risa memperhatikan cowok itu dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan wajah kusut. Sebagian dari  rambut hitamnya disembunyikan di balik topi putih dengan lidah topi mengarah ke belakang, mengenakan jacket putih yang lumayan tebal dan membawa ransel putih. Ini orang kok ngejreng banget ya?

“Kenapa lihat-lihat? Naksir?” tanyanya ge-er yang membuat Risa mendengus lalu mengalihkan pandangannya.

“Tolong ya bro, gue bukan mengagumi kegantengan lo,” katanya yang membuat cowok itu tertawa.

Thanks,” balasnya yang membuat Risa menatap malas ke depan. Dasar narsis – rutuk Risa dalam hati. Kepalanya mulai berdenyut sakit hingga akhirnya dia memutuskan untuk memejamkan mata dan berusaha untuk tidur. Perlahan dia tertelap. Heran, kok bisa dia tidur di kursi, sedangkan di kasur empuk khusus putri kerajaan dia malah tak bisa tidur nyenyak?

***

Risa terbangun. Yang dia dapati hanya cowok aneh tadi di sampingnya. Dia pun bangkit dan kaget kenapa kapal ini kosong melompong.

“Hei, yang lain pada kemana?” tanya Risa.

“Steven, nama gue Steven,” ucapnya sambil bangkit dari kursi. Melihat wajah Steven yang baru bangun tidur, Risa pun memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Mana mungkin dia tahu apa yang terjadi.

Mereka berdua pun, secara tidak sengaja, berjalan bersama-sama keluar dari kapal dan menuju aula. Karena banyak murid berseragam seperti mereka berkumpul di sana.

***

“Dari penampilan mereka aku dapat merasakan tahun ini murid-murid kita sama kuatnya dengan anak kelas 3,” kata Carin sambil menatap Josua yang duduk di sampingnya.

“Terutama putri bungsu dari raja sialan itu,” ucap Josua. Carin mengedipkan matanya cepat.

“Bukankah kekuatannya baru muncul 6 bulan yang lalu?” tanya Carin kaget. Semua keturunan penyihir sejak berumur 1 sampai 14 tahun masih berwujud manusia asli. Begitu memasuki 15, perlahan-lahan wujud asli mereka akan kembali muncul. Setelah itu selama 1 tahun, kekuatan mereka tidak akan stabil. Apa lagi yang memiliki darah kerajaan. Jika sampai lepas kendali, pasti akan memakan korban jiwa. Dan biasanya selama 1 tahun itu, mereka dikurung di dalam ruangan khusus.

Who ar U?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang