Satu pertemuan akan menjadi awal dari pertemuan berikutnya.
🎵🎵🎵🎵
Kamar bernuansa monokrom dipenuhi poster-poster pria asal negeri Gingseng--memakai jas rapi dengan sebuah piano. Selain poster pianis asal Korea Selatan itu, banyak sticky note bertebaran di mading kamarnya yang bertuliskan quotes penyemangat diri supaya rajin berlatih untuk mengasah bakatnya itu.
Yiruma, seorang pianis terkenal asal Korea Selatan yang mahir melantunkan alunan nada untuk menghipnotis semua pendengarnya. Dia adalah idola Melody. Ritual wajib yang dilakukan sebelum mengikuti seleksi lomba ataupun perlombaan adalah memandang poster Yiruma seakan ada energi yang di-transfer kepadanya.
"Kak Ody! Ayo, cepet turun nanti telat!" Suara nyaring nan melengking siapa lagi jikalau bukan suara adik bungsu Melody.
Melody mengerjap, tersadar dari ritual wajibnya. "Iya, gue turun!"
"Oppa! Jangan lupa doakan aku lolos, ya? Pasti lolos!" ucapnya seraya berdialog dengan poster pianis idoalnya.
Di meja makan sudah terlihat sosok Clara Rifany. Adik Melody satu-satunya yang lebih muda satu tahun darinya itu sedang asyik menyesap teh paginya. Ya, kalau dibilang, sih, dia memang lebih cantik daripada Melody, tetapi sifatnya yang menyebalkan dan manja itu membuat Melody pusing tujuh keliling kalau harus berhadapan dengannya.
"Ayo, Kak! Nanti telat," serunya membuat Melody menatapnya malas.
"Baru juga duduk. Wait!"
Untuk mempersingkat waktu, Melody mencomot roti selai lalu memasukkan ke kotak bekal. Tak lupa dia berpamitan dengan sang ibu yang masih berkutat di dapur.
"Hari ini semoga lancar, ya, seleksinya anak-anak Ibu."
"Aamiinn paling serius, Bu. Doain kita, ya, Bu," ucap Melody seraya mencium punggung tangan sang ibu.
"Pasti, Sayang. Ibu selalu berdoa yang terbaik."
"Kita berangkat dulu, ya, Bu. As-salamu'alaikum."
"Wa 'alaikumus-salam. Iya, hati-hati, Sayang."
Mereka pun bergegas menaiki motor matic untuk ke tempat tujuan. Hari ini adalah hari penting, di mana seleksi lomba musik akan diadakan hari ini.
🎵🎵🎵🎵
Sesampai di parkiran sekolah, Clara pamit ke kelasnya terlebih dahulu. Setelah melihat jam di tangan, ekspresi Melody berubah panik karena sebentar lagi bel nyaring pertanda masuk akan berbunyi.
Segera dia berlari menuju kelasnya yang ada di lantai dua. Butuh waktu dari parkiran sekolah menuju kelasnya. Semoga tidak terlambat, itu yang dia harapkan. Di tengah perjalanan menuju ruang kelasnya, dia melihat seseorang yang sedang membawa buku bertumpuk-tumpuk. Dalam hatinya, ingin membantu siswa itu, tetapi bel masuk akan berbunyi.
"Hei, butuh bantuan?" ucapnya setelah pergolakan batin dan pikirannya.
"Gak usah!" ketusnya.
"Gue, kan, cuma nawarin bantuan. Sewot amat!" kesal Melody kemudian hendak pergi.
"Eh, tunggu," katanya menghentikan Melody yang baru membelakanginya.
"Apalagi, sih, lo kan enggak mau dibantuin, terus kena-" perkataan Melody terpotong ketika melihat wajahnya.
"Lo!!" sinis si cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
Teen Fiction#510 in TeenFict 14/07/17 Melody Vraynka seorang pianis yang selalu adu mulut dengan seorang cowok bernama Kevin Aditya adalah seorang cowok yang jutek sama cewek. Hingga akhirnya mereka punya perasaan yang sama tanpa mereka berdua tahu. Lalu se...