Bagian Sepuluh: [Senjata Makan Tuan]

517 122 42
                                    

Melody mengganti posisinya menjadi duduk sembari melemaskan otot-ototnya. Tak lama, dia membereskan tempat tidur sembari menyiapkan buku-buku yang akan dibawa nanti. Hari Minggu biasanya dia akan menghabiskan waktunya untuk bermain piano atau sekadar menggoda sang adik, tetapi kali ini berbeda.

*LINE*

Nadira Khansa

Dy, anterin gue ke toko buku ya? 08:15.
Read

Melody Vraynka

Soriii sorii banget Nad, gue enggak bisa. 08:17
Read

Nadira Khansa

Yaahh, kenapa enggak bisa, sih, lo ada acara sama keluarga lo?
08:20
Read

Melody Vraynka

Bukan. Gue harus bimbingan Matematika sama si Kev di rumahnya dia lagi, bete gue! 08:24
Read

Nadira Khansa

Wihhh, ya, udah deh kalau gitu. Lo bimbingan aja deh sama Beruang tercintah haha. Kapan-kapan aja kita ke toko buku sama nagih janji traktiran lo. 08:35
Read

Sungguh, Minggu yang tak baik bagi Melody. Dengan mood pagi yang sudah berantakan dia pun segera melakukan aktivitas paginya membantu sang ibu. Setelah selesai menyapu dan mengepel rumah, dia berjalan menuju kamar. Matanya terbelalak ketika melihat jam yang menunjukkan pukul 09.35. "Mampus! Gue bakalan telat nih, bisa diomelin sama cowok nyebelin itu."

Setelah mandi dan bersiap pergi, Melody mendapati sang ibu sedang di dapur untuk meminta izin pergi belajar di rumah Kevin atas kemauan Bu It, dan kondisi yang tak mendukung. Tak lupa, dia mencium punggung tangan sang ibu lalu segera menjalankan kuda besi miliknya.

Setelah melewati lika-liku perjalanan yang amat mendebarkan, Melody memarkirkan motornya di rumah dengan halaman yang luas, ada taman bunga di sampingnya. Sungguh indah dan asri.

"Ini Melody, ya? Temennya Kevin," ucap wanita paruh baya sambil merangkul bahu Melody sembari mengajak masuk ke ruang tamu yang berukuran cukup luas.

Melody sedikit heran kenapa ibunya Kevin sangat bertolak belakang dengan sifat cowok menyebalkan itu.

"Iya, Tante saya Melody, temennya Kevin yang mau belajar Matematika bareng," balas Melody sembari tersenyum ramah.

"Ternyata yang namanya Melody cantik juga ya."

"Hehe, makasih, Tante. "

"Kevin biasanya cerita ke Tante soal kamu, katanya kamu jago main piano," tanyanya dengan lemah lembut.

"Hehe, iya, Tante. Dari umur empat tahun mulai belajar pianonya."

Ngapain, tuh, cowok cerita ke nyokapnya segala, sih?

Tak lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu. Dilihat dari ekspresi wajahnya bisa ditebak dia sedang kesal.

"Ma, Kevin sama Melody mau belajar dulu ya," katanya sembari menarik lengan Melody.

"Tante, saya belajar dulu ya. Mari, Tante," kata Melody. Dibalas anggukan mengerti.

Kevin menarik lenganMelozy menuju ke gazebo halaman belakang. Cukup luas, di sana terdapat kolam renang yang berukuran sedang. Banyak tanaman yang menghiasi halaman samping rumah Kevin.

Hening. Dari Melody ataupun Kevin belum ada sepatah kata yang memecah keheningan. Tanpa berpikir panjang dan menghentikan situasi akward, dia pun mengeluarkan kotak pensil dan buku catatan beserta paket Matematika.

MELLIFLUOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang