Dia menggeliat merasakan lengan kokoh itu mendekapnya lebih erat. Mata tertutupnya ia buka perlahan, dia mengerjab melihat dada bidang seseorang berada di hadapannya. Kontan mata cantiknya melebar sempurna ketika menyadarinya.
"Kau bangun ?" Suara serak itu membuatnya kembali terkejut.
Dia mendorong pemilik tubuh besar itu namun pria tersebut tidak bergeming sama sekali. Terdengar kekehan kecil dari bibir pria itu .
"Lihat saja jika kau mencoba mendorongku . Kupasatikan milikku akan berada di dalammu lagi." Degg. Dia menghentikan aksi mendorongnya.
Gadis itu diam tanpa berani bergerak. Dia takut pria itu mengulangi hal yang sama padanya seperti semalam.
"Lepaskan aku." Gumam gadis itu pelan nyaris tidak terdengar.
Gadis Itu sungguh ketakutan sekarang. Dia tidak habis fikir jika dirinya akan berakhir seperti ini karena kejahilannya.
Pria itu menurunkan tubuhnya hingga wajahnya sejajar dengan gadis mungil yang telah direngkuhannya tadi. Dia menatap wajah cantik itu dalam diam, lalu menyentuh pipi gadis itu pelan dan mengusapnya begitu lembut.
"Aku tidak akan menjahilimu lagi." Gumamnya menampilkan wajah bersalah dan takutnya. Laki-laki Itu hanya tersenyum menanggapinya "Arga. Maaf." Cicitnya dengan suara khasnya yang menggemaskan.
"Maaf tidak diterima."
"Kok gitu sih?" Rengeknya lagi.
Pria itu merubah posisinya hingga sekarang berada di atas gadisnya. Mengungkung gadis itu dengan kedua lengan besarnya.
"Sekali lagi." Ucapnya penuh hasrat sedangkan gadis di bawahnya hanya menggeleng lemah.
"Aku lelah semalaman." Gumamnya pelan. Laki-laki itu tidak mengindahkan ucapannya "Argah -" Dia bahkan sudah mendesah sekarang karena perbuatan lidah lihai lelaki itu di lehernya.
Jika sudah seperti ini apa yang bisa dilakukannya. Dia hanya bisa pasrah menerima perlakuan pria itu yang sialnya membuat dirinya selalu terbuai
.
.
.
Naya memperhatikan pantulan dirinya Di hadapan cermin meja riasnya. Sesekali desahan kesal terdengar dari bibir tipisnya yang belum sepenuhnya membaik."Bagaimana Aku menutupi tanda ini." Gerutunya frustrasi.
"Tidak usah ditutupi. " Suara berat itu membuatnya menoleh.
Arga baru keluar kamar mandi dengan handuk menutupi setengah tubuh atletisnya. Naya yang menyadari hal tersebut langsung mengalihkan tatapannya. Wajahnya selalu bersemu melihat tubuh polos suaminya, padahal hampir setiap hari ia melihat tubuh menggiurkan itu.
"Aku harus ke kampus hari ini." Gumamnya memanyunkan bibirnya.
"Siapa suruh jahil." Celetuk Arga menyematkan senyum sinisnya. Semalam istrinya itu menggodanya "Tapi gapapa deh. Jahil ajah terus tiap hari." Tambahnya lagi terkekeh memperhatikan Naya.
"Dasar mesum."
"Kamu juga seneng aku mesumin." Naya mendelik.
Tidak munafik memang. Naya juga sebenarnya tidak keberatan jika bercumbu dengan Arga. Secara agama juga mereka sah-sah saja jika melakukannya, hanya saja terkadang Arga membuat dia kewalahan.
Arga berjalan menghampiri Naya yang masih memperhatikan tanda cinta perbuatannya semalam. Melihat Arga datang padanya membuat Naya segera bangkit dari kursi riasnya dan berniat meninggalkan pria itu seolah dia tau apa yang akan dilakukan suaminya. Tapi apa yang terjadi Arga malah memeluk istrinya itu dari belakang.
"Aku mau ke kampus ga." Ucap Naya menahan nafas
"Gausah ke kampus."
"Nanti dosen nyebelin itu marah-marahin aku lagi."