Bibir mungil itu mengerucut ketika mendengar ayahnya mengomel. Pria setengah tua yang terbilang masih tampan di usianya itu tengah memarahi sang anak karena tidak mau menurut.
"Papa udah bilang sama kamu. Anak gadis engga boleh pulang larut."
"Aku kan udah gede pa." Sanggah gadis itu masih memanyunkan bibirnya.
"Pokoknya engga kecuali kamu ditemenin sama Radit."
Mata gadis itu membulat mendengar nama itu. Ya, nama pria yang selalu mengganggu hari-harinya dan membuatnya sulit berkutik. Dia juga tidak mengerti mengapa papanya begitu mempercayakan dirinya pada lelaki itu.
"Aku gamau di temenin sama Om Radit." Tolaknya.
"Papa besok ada kerjaan di luar Ri. Om Radit yang bakal jagain kamu selama papa pergi."
"Aku bisa jaga diri aku sendiri."
"Pokoknya kamu harus nurut kata papa."
"Papa tuh apaan sih. Kenapa mesti om Radit lagi. Aku bisa nginep di rumah Tasya."
"Gamau tau kamu dijagain sama Om Radit biar ga keluyuran." Riri memberenggut kesal mendengar keputusan final sang ayah.
Radit tidak jahat hanya saja pria itu menyebalkan. Dititipkan pada Radit sama saja ia ditinggal dengan Ibu tiri, Radit selalu mengomel dan menasihati Riri panjang lebar melebihi papanya.
***
Riri mematikan wekernya yang berbunyi lalu kembali bergelut dengan selimut hangatnya. Dia memang susah bangun pagi dan selalu terlambat datang ke Kampus."Ri bangun." Riri menggeliat lalu menutup wajahnya dengan bantal mendengar suara itu. "Ri ini udah jam 8." Suara itu terdengar kembali.
Riri masih tak bergeming. Dia malah mempererat selimutnya, papanya pasti akan segera pergi dan meninggalkannya untuk bekerja.
"Aww." Ringisan Riri terdengar ketika tangan besar itu menariknya dari selimut lalu menggendong tubuhnya "Om lepasin." Mohon Riri memukul punggung pria itu yang menaruhnya di bahu "Om iya Riri bangun. Lepasin om." Dia baru ingat jika dia berada di rumah lelaki itu.
Radit menurunkan tubuh Riri hingga Riri berdiri tegap di hadapannya dengan wajah kesal. Dia tersenyum melihat keadaan Riri, rambut berantakan dibarengi dengan cemberutan lucu khas Riri.
"Pantes Mas Gibran uring-uringan mulu dikantor. Anak gadisnya bangun pagi aja susah banget."
"Aku semalem belajar sampe larut buat presentasi tugas kuliah aku." Ucap Riri membela dirinya.
"Sambil telponan soal cowok sama si Tasya."
"Om nguping ya. Engga sopan banget."
"Kamu bohong sama om lebih engga sopan lagi." Jelas Radit melotot "Mandi sana katanya mau presentasi." Riri mendengus sebal "Apa mau om mandiin."
"Aku bisa mandi sendiri." Sinisnya sambil melenggang memasuki kamar mandi.
Radit menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah gadis itu. Riri bukan keponakannya, dia hanya anak dari teman kerjanya yang seorang single parent. Dia mengenal Riri dan ayahnya ketika gadis itu berusia 10 tahun.
***
Riri melirik pria di sampingnya. Pagi ini dia diantar Radit ke kampus, ini bukan kali pertama tapi pria itu memang sering mengantarnya dan menjadi bahan gosip teman-teman wanitanya. Entah disengaja atau tidak, Radit selalu turun dari mobil dan mengawasi Riri hingga masuk ke dalam kampus. Katanya sih memastikan."Ngapain ngeliatin. Terpesona?" Tanya lelaki itu tanpa menoleh karena dia tengah fokus mengemudi.
Riri mendengus mendengar ucapan Radit dia mengalihkan tatapannya menghadap ke depan.