Because I love you

1.4K 32 4
                                    

Bukan pemandangan alam Dihadapannya yang membuat dia diam terpaku bahkan hampir lupa mengerjab. Dia menatap seseorang Dihadapannya.

"Kamu engga lanjutin gambarnya? Kok diem aja." Dia tersenyum hingga menampilkan deretan gigi rapinya.

"Liatin kakak." Gadis itu mengerjab bingung "Aku sayang kakak." Lalu tersenyum mendengar nada tulus dari anak lelaki dihadapannya.

"Kakak juga." Ucapnya mengelus rambut hitam milik anak lelaki tersebut.

**
"Pagi Dam." Sapanya sambil tersenyum cantik. Namun lelaki itu hanya melirik sekilas dan berjalan keluar rumahnya.
"Bener-bener berubah banget si Adam." Ucapnya.

Dia bertetangga dengan laki-laki itu sejak kecil. Keluarganya bahkan sangat dekat satu sama lain begitupun dengan dirinya dan pria itu, dia bahkan telah menganggap pria itu seperti adik lelakinya. Namun sikap lelaki itu berubah semakin bertambah dewasa, Adam tak pernah sehangat dulu lagi. Dia terkesan cuek dan sangat acuh padanya.

"Bi. Kamu ngapain diluar ?" Teriakan sang ibu memanggil.

"Anu ma, Bi lagi menghirup udara segar."

Meskipun dia pulang seminggu sekali tapi kebersamaan bersama keluarganya tetap saja kurang. Setelah lulus kuliah dua tahun yang lalu dia diterima bekerja disebuah perusahaan di Jakarta.

"Bianca masuk bentar lagi mam."

"Sarapannya udah mamah bikin."

"Siap mam." Jawabnya melenggang masuk ke rumah.

Dia bukan anak tunggal. Bianca memiliki seorang kakak laki-laki yang kini tinggal di Australia karena pekerjaan. Maka dari itu Ibu dan Ayahnya memperlakukan dirinya seolah anak semata wayang. Ibu dan ayahnya bahkan memaksa dirinya pindah kerja di Bandung.

*
Lambaian tangan temannya itu bahkan hanya ia tanggapi dengan gelengan kepala. Yang benar saja, lelaki kribo dengan tubuh tambun itu berteriak begitu keras sambil melambai-lambai layaknya nyiur. Lelaki kribo itu terus meneriakkan namanya hingga gadis-gadis memperhatikan. Tanpa teriakan teman hebohnya itu dia memang menjadi pusat perhatian para gadis.

"Adaaaaaaaaaam."

"Malu-maluin gue lu bo." Protesnya sebal.

"Biar gue ikutan beken dam." Cengirnya.

"Lu tuh udah beken banget. Jadi maskot kampus karena keunikan lu malah." Jawabnya berjalan mendahului pria itu.

"Ledek aja terus." Jawabnya menyamai langkah Adam. "Jadi dam ngambil kerjaan di Jakarta ?" Adam menoleh lalu mengangguk "Enak bener ya jadi orang ganteng belum wisuda aja udah ada tawaran kerja." Elunya.

"Engga ada urusan sama itu Kebo. Gue dites juga kali masuk kerja engga pake jalur istimewa. Gue engga punya orang dalem juga disana." Jelas Adam.

"Iya iya percaya gue."

"Percaya gue Musrik." Adam tertawa melihat ekspresi kesal temannya.

"Bahagia pasti ketemu Bianca."

Adam menghentikan tawanya. Ya, temannya memang tahu jika dirinya menyukai perempuan yang bernama Bianca sejak lama. Namun wanita itu hanya menganggap dirinya seorang adik. Padahal dia berharap ketika satu kampus dengan Bianca dulu bisa lebih dekat dengan wanita itu sebagai seorang lelaki dewasa tapi Bianca malah berpacaran dengan laki-laki lain. Hal itu membuatnya menjauh dan menghindari wanita itu.

"Biasa aja." Jawabnya singkat dan berjalan mendahului temannya.

"Ah elumah ninggalin gue mulu." Protesnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oneshoot Where stories live. Discover now